Showing posts with label marriage. Show all posts
Showing posts with label marriage. Show all posts

Monday, December 17, 2012

Four Years

Soooo it's been four years since we said our vows in a church in Bogor, in front of the people whom we love so much. And how's marriage life treated me so far?

To tell you the truth, it's not all rainbows and butterflies like I thought before. We are two different people, with two very different needs, and we really have different approaches in solving our problems. We're not the perfect couple. I am not a romantic, even in our first year of marriage he could tell the obvious fact.

And after being with one person for these past four years, sometimes I miss my single life. My carefree-do whatever I want to do- days. When I could sort all my plans without having to consult anybody. When I didn't have to bear a heavy responsibility as a mother and a wife. When my identity was simply me. Myself.

And then the reality hit me hard. Do I really want to go back to those days? Days without the little boy's laughter and cries? Days without having someone to talk to after a series of unfortunate events? Days without my own little family?

I can't imagine that happens to me.

Yes we don't have a perfect marriage, yes we have so many unsolved problems, yes we have very bad days. But who doesn't? 

We don't live in Twilight world anyway. And even there, they have their own problems.

Happy anniversary!


Tuesday, December 13, 2011

Skills I Want To Have

Kadang-kadang gue masih diminta menulis sebagai kontributor untuk majalah ELLE Indonesia. Dan terakhir, gue menulis satu artikel yang mengangkat profil perempuan yang berprofesi di bidang sex & relationship.

Salah satu perempuan yang gue interview adalah Natalia Indrasari, seorang marriage & family therapist yang berdomisili di Amerika Serikat. Iseng gue ajukan pertanyaan, "What do you think about happily ever after marriage? Does it even exist?"

Dan inilah jawabannya =)

"Happily ever after could be a reality and is realistic wish asalkan tahu 'pilar-pilar' apa yang dibutuhkan dan juga menjalaninya. Sebelum menikah, kita bisa mempelajari dan latihan mempraktekkan skill-skill yang dibutuhkan untuk hubungan perkawinan yang sehat (communication skill, problem solving skill, prioritizing skill, budgeting, dll). Sebaiknya ketika jatuh cinta, mata dan telinga harus dibuka lebar-lebar. Kalau pun ketahuan tidak cocoknya sebelum menikah, itu lebih baik daripada tahunya setelah menikah. Untuk pasangan yang sudah menikah, coba luangkan waktu untuk tidak hanya membicarakan masalah 'logistik' sehari-hari (anak, schedule, rutinitas), tapi coba biasakan untuk membicarakan misi dan visi keluarga, ke mana keluarga ini mau di bawa, dan apa peran dan harapan masing-masing anggota keluarganya. Sense of humor adalah salah satu skill yang baik dan bisa membuat pasangan lebih bahagia , biaskan untuk 'be playful' dengan pasangan, jangan selalu serius, namun ini harus dilakukan di saat yang tepat. Biasakan untuk mencoba kegiatan baru bersama pasangan (tanpa selalu menyertakan anak), mempelajari hal baru (tidak harus kemudian menjadi ahli) bisa meningkatkan kuatnya ikatan pasangan. Coba benar-benar cari tahu 'inner quality' apa yang membuat pasangan jatuh cinta pada kita dan pertahankan kualitas tersebut. Misalnya suami jatuh cinta karena kita dipandang sebagai wanita yang cerdas dan supel, coba pertahankan untuk tetap cerdas dan tetap supel. Coba perlakukan pasangan kita setidaknya sebaik kita memperlakukan teman kita. 'pick your battle' jangan semua masalah dijadikan ajang pertengkaran, pilih hal-hal yang benar-benar penting untuk kita, misalnya hal-hal yang berhubungan dengan prinsip, selebihnya kita harus bisa 'let go'. Belajar untuk 'fight fair', pasangan yang bahagia itu bukan pasangan yang tidak pernah bertengkar, namun pasangan yang walaupun bertengkar tidak kehilangan 'respect' satu sama lain, sama-sama bertujuan mencari pemecahan terbaik dan berani bertanggung jawab akan konsekuensi dari keputusannya."

Thank you Natalia, sudah mengingatkan gue tentang janji yang gue ucapkan 3 tahun yang lalu. Sometimes time flies so fast, and I forgot what's my reason when I decided to spend my life with my guy. Apalagi setelah ada anak, rasanya waktu gue jauhhh lebih banyak dihabiskan dengan anak gue.

So many ups and downs. So many obstacles, from little things like the way he eats and the way he talks, to the most challenging issues like raising a kid and managing our finance. Marriage is indeed a battlefield! But it's worth to fight for.

Happy 3rd anniversary Bung, cheers to our next adventures to come! =)

Sunday, October 18, 2009

A Miracle Was Born

Jumat, 2 Oktober 2009: Kontrol ke dokter, katanya: Minggu depan kontrol lagi ya, abis itu baru kita siap-siap siaga 1, due-nya sekitar tanggal 17 Oktober...

Sabtu, 3 Oktober 2009: Dua pernikahan dari dua pasang teman baik, udah mulai begah dan nggak ada baju yang cukup memuaskan...

Selasa, 6 Oktober 2009: Masih jalan-jalan, beresin kerjaan kantor, kontrak udah mau abis...

Rabu, 7 Oktober 2009: Berkunjung ke rumah tante gue di Cipete, mengatur rencana kepindahan sementara gue ke sana menjelang lahiran, supaya lebih dekat ke rumah sakit yang berlokasi di Brawijaya..

Kamis, 8 Oktober 2009:

6 am: Merasa bingung karena ada cairan bening merembes dari celana gue. Apa gue ngompol?? Sedikit panik, menelfon dokter tapi belum aktif nomernya, akhirnya menelfon nyokap. Nyokap langsung menyuruh gue berangkat ke rumah sakit. "Itu air ketuban kamu pecah..." Waks!

6.20 am: Thank God, karna jalanan masih sepi, dalam waktu 20 menit kita udah sampai di rumah sakit. Semua kekhawatiran gue tentang jalanan macet atau nggak ada yang nganterin, sirna semua. Semuanya seperti sudah diatur sebaik mungkin...

6.30 am: Pemeriksaan di UGD, ternyata benar air ketuban gue pecah. Gue langsung dioper ke ruang bersalin. Ups. Padahal due gue masih sekitar minggu depan...Setelah diperiksa dalam, ternyata gue belum ada pembukaan sama sekali. Susternya bilang, kita tunggu sampai siang, kalau belum ada kemajuan, terpaksa diambil tindakan. Tindakan apa? tanya gue dengan cemas. Mungkin induksi, jawab si suster dengan tenang. Waks!

11 am: Pemeriksaan berikutnya menunjukkan tidak ada tanda-tanda kemajuan menyangkut pembukaan gue. Dan yang gue takutkan akhirnya terjadilah. Gue diinfus untuk diinduksi. Gue berusaha keras nggak mikirin semua gosip dan mitos tentang betapa sakitnya induksi. Yang lebih bikin gue cemas adalah omongan suster yang bilang kalau dalam waktu 24 jam, bayi gue harus dilahirkan, untuk menghindari habisnya air ketuban, yang bisa berakibat fatal untuk si bayi.

12 pm- 7pm: masa-masa mencemaskan diselingi kontraksi demi kontraksi dan pemeriksaan dalam yang tetap tidak menunjukkan tanda-tanda adanya pembukaan. Frustrasi gue semakin memuncak.

7.30 pm: bukaan satu!

10 pm: bukaan dua!

12 am: bukaan empat!

1 am: bukaan lima, dan frustrasi gue mencapai titik tertinggi. Apalagi waktu si suster (yang sudah berganti shift sampai 4 kali sejak gue pertama kali masuk rumah sakit) bilang, kita liat 3 jam lagi ya, kalau belum ada kemajuan, mungkin harus diambil tindakan. What? 3 jam? Tindakan apa lagi??? Saat itu gue sudah berniat untuk minta ke dokter (yang belum akan datang sebelum bukaan delapan), untuk dioperasi cesar aja. Nggak sanggup gue membayangkan harus bertahan 3 jam lagi, sementara gue udah nyaris 24 jam nggak tidur.

1.30 am: Suami dan nyokap gue akhirnya menelfon si dokter untuk menyampaikan permintaan gue. Selama mereka keluar ruangan, tiba-tiba kontraksi demi kontraksi datang bertubi-tubi. Gilaaa, rasanya nggak bisa digambarin dengan kata-kata. Gue nggak boleh mengejan, padahal ada dorongan yang luar biasa kuat untuk mengejan. Bener-bener bikin frustrasi.

1.35 am: Suster memeriksa dalam lagi, ternyata gue udah bukaan delapan, dokter pun datang dan selanjutnya hanya berupa bayangan-bayangan kabur di benak gue, terdiri dari serangkaian kontraksi dan perasaan mules, perintah-perintah dokter untuk mengejan, menarik napas, menahan napas, dan teriakan-teriakan penyemangat dari suster-suster, suami, dan nyokap gue yang semuanya menemani di dalam ruang bersalin. Sampai akhirnya,

2.10 am: Ayo!! Udah keliatan rambutnya tuh!

dan akhirnya, 2.11 am: Sesosok bayi dibaringkan di dada gue, diiringi rasa takjub luar biasa. A miracle was born.

Jadi, apakah melahirkan itu sakit? Apakah gue kapok punya anak lagi?
Gue nggak tau jawaban pastinya, tapi satu yang bisa gue omongin adalah: it's all worth it, to the tiniest part.

And let me introduce you to our miracle, Joshua Octavian Yofel Souisa.

Wednesday, October 07, 2009

Here Comes The Ugly Truth...

Bisa dibilang, kehamilan gue bukanlah termasuk kehamilan yang menyusahkan..Banyak mitos (ataupun fakta?) seputar kehamilan yang nggak sempat gue alamin sendiri..Gue nggak mengalami morning sickness (atau yang menurut sebagian orang, lebih tepat disebut all day sickness), gue nggak sempat ngidam macem-macem (yang sedikit membuat gue menyesal, karena sesekali sebenarnya pengen juga nyusahin suami, hahaha), dan gue juga (untungnya) nggak mengalami berbagai gangguan yang kerap gue baca di buku-buku kehamilan atau artikel di internet, seperti sembelit, varises, bahkan kenaikan berat badan yang berlebihan (sebenernya kalo yang ini relatif ya, apakah 15 kg berlebihan? hahaha)...

Yang membuat gue lega, sampai bulan kedelapan, meskipun perut, paha dan teman-temannya sudah membesar dan menampakkan tanda lemak berlebih, belum muncul yang namanya stretchmark, salah satu musuh terbesar para ibu hamil. Padahal gue nggak pakai krim macem-macem, hanya minyak yang gue beli di Jerman, rekomendasi salah seorang teman di sana. Itupun pakainya tidak teratur.

Jadi, gue pantes bersuka ria...Sampai suatu hari, memasuki minggu-minggu terakhir kehamilan, lohhh...kok muncul garis-garis merah di bagian samping perut gue ya? Gue mulai cemas, mencoba berpikir positif dengan mengasumsikan garis-garis itu hanyalah bekas pinggang celana yang kesempitan...Tapi hari demi hari, kok dia masih ada di sana yaaa? Samar-samar sih, tapi cukup mengganggu juga...Dan akhirnya, terpaksalah gue menerima kenyataan pahit, kalau si stretchmark yang terkenal itu sudah masuk ke kehidupan gue..Sedihnyaaa....

Dan berbagai kebenaran menyakitkan lainnya mulai menyusul seiring semakin tuanya usia kehamilan gue...Kaki yang membengkak, jerawat kecil-kecil di jidat..Hahaha, akhirnya gue benar-benar mengalami kekacauan-kekacauan ibu hamil...

Satu hal yang bisa menjadi masukan para ibu hamil di luar sana, janganlah terlalu banyak mendengar atau membaca sumber-sumber tentang kehamilan. Sure, menambah pengetahuan itu penting..Tapi menelan semuanya tanpa disaring, adalah a truly big mistake. Gue masih inget waktu di awal kehamilan dulu, kuping gue sampai panas setiap kali ketemu orang yang ribut berkomentar, "Hamilnya kok kecil sih?" "Perutnya kekecilan tuh, untuk usia kandungan 3 bulan...". Sementara komentar sebagian orang lainnya: "Gede banget lo!" "Gilaaa...belum pernah ngeliat lo segendut ini!"... Dan lain sebagainya.

Begitupun dengan banyak hal di luar sana yang diperuntukkan untuk ibu hamil: info seputar ASI eksklusif, Inisiasi Menyusu Dini, Prenatal Yoga, senam hamil, Hypnobirthing, water birth (melahirkan dalam air),bedah cesar, dan sebagainya. Pilah-pilih mana fakta yang memang sreg di hati, lakukan sesuai kata nurani, minta masukan orang-orang yang paling kita percaya. Kalau memang kondisi tidak memungkinkan untuk lahir normal, cesar bisa jadi pilihan. Kalau memang ASI kurang, tidak ada yang melarang susu formula, dan tidak perlu merasa bersalah (btw, gue sendiri adalah produk susu formula murni, dan sampai saat ini, gue nggak punya alergi, penyakit aneh, dan perkembangan otak gue juga baik-baik aja...So please don't judge something you don't really know about!)..

Belum lagi nasihat sok tau dan mitos-mitos menyesatkan, seperti nggak boleh minum air es, nggak boleh menyentuh makanan pedes, nggak boleh potong rambut, dan larangan aneh lainnya. Akhirnya jalan keluar gue simpel, gue hanya menurut sama apa yang dibilang dokter gue, setelah mengcross-checknya dengan fakta yang ada.

Dan akhirnya...what can I tell? I enjoyed this pregnancy, this unique situation where someone really grew inside my womb. I enjoyed every movement he made, every single moment spent with him inside me, every conversation, and every prayer... Am I scared? Hell yes, I am...I'm scared of the whole unknown world spreads in front of me..And a thousand what ifs that running in my head..

But dear God, I know You're there, and If I could go through these 9 whole months with You by my side, then I could go through anything!

Wednesday, March 18, 2009

Unpredictable

My life is sooo unpredictable, I didn't even try to really plan everything. I don't have a nice long term plan, a great answer when an interviewer ask me the question, "Where do you think you'll be in the next five years?" I usually just answered the question with any imaginative thing that happened to be in my mind that time.

I never plan where my career will take me, and I never plan how long will I stay in a particular job. I decided to jump into journalism world right after I graduated from college without any serious thinking. What I know was, I like writing, and journalism seemed like a good option. So I took the opportunity.

And when I decided it's time to move on and continue my study, I didn't really make a long list of my dream schools around the world, I just came to a studying abroad exhibition, falling in love with a particular program in the Netherland, and next time I know, I already did the tests and interviews, and ready to go.

So that's how I live my life. Just do whatever my guts told me, and try to enjoy it. Not without any regrets, of course. Sometimes when I think back of the older times, I wondered whether I will take a different path if I was given the chance.

When I got married, lots of my friends asked me the why question. Why do I want to get married, and why with this guy? And to tell you the truth, I don't have the right answer. For me, it's just about the time. I felt really comfortable to do it, and I ready to face all the consequences.

So when everybody keep asking me when will I have kid, I don't have many choices but to answer, I don't have any idea. I guess it's good to just wait a little bit, especially when my doctor told me that it might not gonna be easy, concerning my health history. So I think this time I will try to make a good plan, at least until everything and everybody (including me) is ready for that.

And just like that, one day, it happened. The two red lines in the test pack showed that I really couldn't plan anything. It's happening, we're having a baby!!!

But despite the fear and anxiety... I felt wonderful. This is really happening. The unpredictable, again, appearing in my life like a drop of rain in the middle of summer. It's very surprising, but it's a blessing.

Friday, January 09, 2009

Year of Change


In my family Christmas celebration almost a month ago, the preacher was asking us to count the blessings we had in the past 12 months of 2008. He asked us to close our eyes, counting one by one every single thing that was really mattered for us in that particular year. And I was astonished. Yes, it's true that I began 2008 with some complainings, from being hospitalized because of the dengue fever, to the resignation from my old job (love the job, hate the office!).

And I also tried to find my way through the year, working as a freelancer, trying this job and doing that job, sometimes feeling so insecure about my unclear employment status and my unstable bank account. But!!! To mention about all the blessings I had during that year, I felt guilty only to think that I've been complaining so much!

I have a wonderful family, who sticked with me through thick and thin, an amazing guy who's now also becoming my partner for life, and later, a great job with new people and challenges to know. Sometimes, we are too busy looking at the dark side, without realizing how lucky actually we are.

I ended 2008 with so many beautiful memories. I have a new family (and having my best friend as my sister in law!), a great wedding ceremony (and a nice party afterwards!), a new home (me and my guy were finally moving to an appartment in western Jakarta), a memorable honeymoon (I totally recommend Le Jardin, a very beautiful vila in Seminyak for those who plan to have a honeymoon), and a blasting new year with the whole Limtob family in Singapore. Woohoo!

For me every year is a year of change, but 2008 brought so many changes to my life. Not just giving a checkmark in "Married" box instead the "Single" one, but living the brand new life altogether. Sometimes I still got this weird feeling, when I woke up in the morning to see my guy lying right next to me (without those horrible feeling of, "Shit! What have I done last night???What's my mom going to say??), or how I really care about what's the cheapest brand of detergent. It's totally so un-me! (But true, that I still struggle to wake up early every morning to make tea for him, and go straight to bed after he's gone to work; or that sometimes I just spend all day watching Gossip Girl and forget to wash the piling dishes).

Sometimes, a year brings so many changes in our life, but I do believe that the most important change still comes from our inner self. So..happy 2009 to all of you, be it a healthy, wealthy, and memorable year =)