Friday, January 20, 2012

Memorable Holiday - a MOLESKINE GIVAWAY!


Gara-gara kemarin sempet baca buku Dash and Lily's Book of Dares featuring a very cute red moleskine in the book, gue bener-bener kabita (aka ngiler berat!) pingin punya satuuuuu aja moleskine, kalau bisa warna merah. Hihihi, nawar =p

Dan pucuk dicinta ulam tiba, saat gue membaca postingan di blog JUNK THOUGHTS pagi ini..ada Moleskine Giveaway! Yihaaa...Karena syaratnya adalah memposting tentang most memorable holiday, dan sepertinya belum ada yang lebih memorable dari holiday di Bali yang pernah gue posting dulu, jadi gue posting ulang aja ya! Bukannya males lho, tapi sepertinya ini yang paling cocok buat diikutsertakan dalam giveaway moleskine tercinta =D

So...enjoy, and wish me luck!

It's a Mad, Mad, Mad Holiday

Pertengahan tahun 2008, gue dan keluarga besar dari pihak nyokap (yap, The Batak-ers) berlibur ke Bali. Ini kesempatan langka, karena untuk memberangkatkan sekitar 50-an anggota keluarga (termasuk segerombolan anak kecil yang over excited) ke tempat yang lumayan jauh termasuk kerjaan yang nggak gampang. Selama ini biasanya kita mentok sampai Bandung atau Puncak. Tapi tahun ini, mumpung ada kesempatan, termasuk tawaran hotel murah karena adanya koneksi dengan si empunya, akhirnya berangkatlah rombongan yang udah mirip rombongan sirkus ini ke Pulau Dewata.

Sebenernya gue juga sangat excited menunggu-nunggu liburan ini. Tapi sejak awal, adaaaa aja kesialan yang gue alamin. Pertama-tama adalah pesawat gue. Kita dibagi-bagi jadi beberapa rombongan, karena penuhnya pesawat di musim liburan sekolah. Dan gue kebetulan kebagian rombongan terakhir, naik Garuda yang seharusnya berangkat jam 9.30 pagi. Tapi apa mau dikata, di antara jarangnya pesawat Garuda yang terpaksa di-delay, entah kenapa justru pesawat gue lah yang harus mengalami kesialan itu. Nggak tanggung-tanggung, delaynya sampai 3 jam lebih. Akhirnya terpaksalah gue dan rombongan menghabiskan waktu di salah satu lounge berbekal pinjam meminjam kartu kredit.

Oke, gue pikir, nggak papa deh delay, yang penting gue mau seneng-seneng di Bali. Dan nyampe Bali, gue langsung melampiaskan kangen gue sama ponakan gue, Matthew, yang baru pertama kalinya menginjakkan kaki di Bali, dan main-main di pantai sama dia. Kebetulan banget, hotel kita langsung menghadap pantai yang lumayan sepi. Tapi di tengah hebohnya main terjang menerjang ombak, tiba-tiba gue meraba kantong celana pendek gue dan sadar, loh, HP gue di mana yaaaaa??? Perasaan tadi gue kantongin sebelum berangkat ke pantai. Paniklah gue, balik lagi ke kamar, ternyata nggak ada. Menyusuri jalanan tempat gue lewat, nihil. Dan dengan sia-sia mencari di seputaran pantai. Akhirnya, gue terpaksa merelakan HP gue (lagi!!!! setelah tragedi kecopetan di bis P6 beberapa tahun yang lalu) ditelan lautan...Lengkap dengan semua nomer-nomer kontak yang lagi-lagi nggak pernah gue back up. Huhuhu....

Perasaan gue langsung berbalik 180 derajat. Sepertinya liburan ini memang membawa sedikit demi sedikit kesialan buat gue.

Tapi toh, gue masih berusaha menikmati sisa liburan yang ada. Makan di Jimbaran, jalan di Legian, bahkan nonton Fire Dance di Uluwatu. Pokoknya turis banget deh...

Sampai akhirnya, sebuah kesialan lagi menghampiri gue. Waktu lagi berkunjung ke rumah salah satu teman lama keluarga gue di daerah Sanur, gue mengambil sebuah permen yang ditawarkan. Sebenernya permennya mungkin nggak kenapa-kenapa, tapi gigi gue aja yang memang bermasalah. Karena setelah kunyahan kesekian, permen yang sangat kenyal itu membawa serta tambalan gigi beserta pinggiran geraham gue yang langsung rompal. Gue langsung panik, membayangkan menjalani sisa liburan dengan gigi bolong dan perasaan senut-senut sepanjang hari. Sial.

Kalau menurut nyokap gue, kesialan itu datangnya tiga kali. Jadi seharusnya, setelah tiga kesialan berturut-turut ini, gue akan menjalani sisa liburan dengan tenang (di samping fakta nggak punya HP dan gigi linu-linu). Tapi justru keseruan yang paling edan masih disimpan untuk akhir liburan ini.

Setelah sebagian besar anggota keluarga pulang, gue dan adik gue memperpanjang liburan dan pindah dari Discovery Hotel di Kartika Plaza ke hotel yang lebih merakyat, Oasis Kuta. Lokasinya oke, harganya reasonable, dan desainnya yang minimalis juga lumayan bikin betah.Memang ada bau-bauan yang sedikit aneh di daerah balkon kamar kita (kamarnya langsung menghadap ke kolam renang besar yang terletak di bagian tengah hotel yang berbentuk huruf U), tapi kita berusaha untuk nggak peduli.

Sampai saat hari kedua kita nginep di sana, kita dibuat kaget dengan rombongan polisi yang tiba-tiba mengerumuni sekitar kamar kita. Usut punya usut, ternyata di balkon sebelah kamar kita, ditemukan janin yang udah berumur beberapa hari. Bayangin aja!!! Berasa ada di tontonan Buser atau acara-acara kriminal gitu. Dan gue sama adik gue langsung ngebayangin bau-bauan aneh yang udah kita cium keberadaannya sejak kemarin. Huaaaa!!!!! Gue nggak habis pikir, kenapa ada orang yang dengan gilanya meninggalkan janin di kamar hotel. Apa nggak ada tempat lain ya??? Sinting.

Dan itulah. Liburan gue diawali dengan kejadian menyebalkan, dan diakhiri dengan kejadian mengerikan. But overall I enjoyed my holiday, because what is a holiday without a little bit of madness, right? =)

Thursday, January 19, 2012

Tentang Parenting (LAGI??)


Kayaknya topik ini sering banget deh ya diomongin, sampe pusing sendiri bawaannya, hehe...Tapi karena jadi orang tua itu status seumur hidup, pelajaran yang didapat pun sepertinya tidak berakhir.

I'm not gonna talk about UHT, home made food, imunisasi dan sebangsanya ya, karena udah banyak banget bahasan tentang itu di blog para ibu lainnya yang lebih kompeten daripada gue =p And frankly speaking, gue termasuk yang cuek soal topik beginian. Gue masih ngasih susu pertumbuhan (bukan UHT), suka beliin Yofel makanan di restoran (dan sesekali nggak bisa terhindar dari MSG si musuh bersama), dan gue melengkapi Yofel dengan imunisasi, apapun yang disarankan dokter (meski masih suka telat, hehe).

Jadi, jadi, jadiiiiii....sebenernya tulisan ini dibuat karena gue kepikiran beberapa hal yang terjadi dalam lingkup hidup gue akhir-akhir ini.

Salah satunya, tante gue, yang baru-baru ini curhat sama nyokap gue tentang ketidakrelaannya melepaskan anak perempuannya yang paling besar untuk menikah dengan seorang lelaki dari Inggris. Kenapa nggak rela? Karena anak bungsunya pun sudah diboyong oleh suaminya, yang juga seorang British guy. Masa harus dua-duanya sih kawin sama bule? Gitulah kira-kira keluh kesah si tante sama nyokap gue. Tapi di lain pihak, tante gue ini juga sadar kalau anak-anaknya sudah dewasa. Apalagi, yang menyekolahkan mereka ke London sehingga akhirnya ketemu dengan para pria Inggris itu juga tante gue. Jadi dilema sebagai orang tua itu emang gak pernah berakhir ya. Seberapapun dewasanya anak kita nanti, tetep akan ada "my little kiddo" sense yang menguasai hati kita.

Hal yang mirip juga menimpa nyokap gue, saat adik gue mengakhiri hubungannya dengan cowok yang sudah dianggap anak sendiri sama nyokap gue. Sambil berlinangan air mata, nyokap bercerita sama gue tentang harapan-harapannya, apalagi usianya yang semakin tua dan cita-citanya ingin melihat adik gue bahagia. Tapi kenyataannya adik gue nggak bahagia, jadi harusnya nyokap lebih mudah menerima dong? Ternyata nggak sesimpel itu. Meski nyokap bilang sekarang sudah bukan jaman Siti Nurbaya, tetep saja sebagai orang tua ada perasaan "memiliki" anaknya, ingin memilihkan "yang terbaik" untuk anaknya. Dan who knows? Sometimes, parents know best. But still, children have their own thinking, living their own life.

Merinding juga membayangkan suatu saat nanti gue harus siap menghadapi hal yang sama. Merelakan. Melepaskan. Dan mendoakan. Bukan memiliki, apalagi mengatur hidup anak gue.

Ujian terkecil datang setelah libur tahun baru kemarin. Ketika nanny-nya Yofel cuti dan pulang kampung, sementara gue dan Rayo sudah harus masuk kerja. Akhirnya, kita memutuskan untuk menitipkan Yofel di Bogor. Without nanny. Without us. And it's damn difficult at first! (Sebelumnya, gue sudah beberapa kali meninggalkan Yofel karena harus dinas, rekor terlama adalah 2 minggu, tapi selalu ada nanny atau papanya). Takut juga Yofel kangen dan mencari-cari kita. Takut Yofel nggak mau makan. Takut oma opanya di Bogor stress. Dan nggak rela kalau mereka sampai melakukan hal-hal yang "kurang sesuai" dengan kebiasaan kita.

But turned out, everything's going well. Yofel emang susah makannya (but he's a picky eater anyway, doesn't matter who watched for him), kadang bertanya-tanya di mana mama, papa atau ncus. Tapi toh, he lives! And we live too =)

Jadi...dua puluh tahunan lagi, harusnya kita siap dong ya melepas dia? Merelakan dia memilih jalan hidupnya? (yea, rite!!!!)

Tuesday, January 10, 2012

Thank You God


Awal tahun, sungguhlah saat yang tepat untuk bersyukur atas kebaikan Tuhan di tahun sebelumnya, sambil tentunya berharap yang baik-baik untuk hari-hari ke depan.

Tapi sejujurnya gue sedikit risih kalau ada orang yang sedikit-sedikit bersyukur pada Tuhan karena segala kejadian baik yang ada dalam hidupnya...kadang tanpa memikirkan apa yang menimpa orang lain.

Contoh.
Kemarin, di salah satu BB Grup, pembicaraan sedang berkisar tentang musim hujan, daerah-daerah yang diprediksi akan banjir, dan sejenisnya. Ada satu orang yang mem-forward berita tentang daerah di Jakarta yang katanya sih bakal jadi korban banjir lima tahunan yang terkenal itu. Lalu, karena merasa daerahnya tidak muncul di daftar itu, langsung deh beberapa orang memuji-muji nama Tuhan. "Puji Tuhan daerahku nggak ada", "Wahh..Tuhan luar biasa masih jaga kita ya", dll dsb.

Kalo lagi iseng sih gue bisa nyeletuk, "Trus di daerah-daerah yang kena banjir itu, Tuhan nggak ada gitu? Salah apa ya mereka sampe nggak dilindungi sama yang di atas?"

Contoh lagi.
Seorang teman cerita, dia sedang buru-buru mau ke kantor, karena sudah terlambat. Akhirnya dia nekat menerobos 3 in 1. Dan ternyata, seorang polisi yang jeli melihatnya, lalu langsung mengambil motornya. Tapi keberuntungan ada di pihaknya. "Tuhan baik banget deh, motor polisi itu nggak bisa distarter! Ajaib ya!"

Manusia itu kadang memang sangat egosentris ya. Yang ada di pikiran kita hanyalah kita, kita dan kita. Tak terkecuali gue, yang selaluuuu berkutat dengan masalah gue sendiri. Yang bersyukur sepenuh hati kalau lagi dapet rejeki, tapi mengeluh sekalinya mendapat sedikit tantangan.

Bersyukur itu perlu. Perlu banget. Tapi jangan lupakan juga esensi dari kebaikan Tuhan itu sendiri.

Happy 2012, hopefully I did not start this year with a too negative post ya =D