Thursday, December 30, 2010

Nasionalis?

Seorang temen kemarin ini cerita, kalau dia berniat untuk "pindah paspor" ke negara lain, karena sudah tinggal begitu lama di negara tersebut dan selama ini masih memegang paspor hijau sebagai identitasnya.

Kenapa? Gitu tanya gue. Kenapa sekarang, setelah sekian lama?

Jawabannya simpel. Soalnya biar gampang kalau mau traveling. Kalau pake paspor Indo susah dapet visa nya, belum lagi suka dicurigain macem-macem dan imbasnya suka jadi korban tindakan security lebay di negara-negara tertentu.

Gue masih penasaran. Tapi berarti loe bukan warga negara Indonesia lagi donk, officially?

Dan temen gue menjawab santai. I'm still Indonesian at heart.

Oke...hmmm mungkin emang terlalu dangkal kalau nasionalisme hanya dinilai berdasarkan sebuah buku mungil bernama paspor. Dan nggak bisa disangkal juga, paspor Indonesia memang kadang sedikit merepotkan. Bikin visa suka ditolak. Tembus imigrasi di airport asing suka susah.

Isu nasionalisme muncul lagi di benak gue ketika heboh Piala AFF kemarin ini. Timnas bermain bagus, meski sempat ada bahasan seru tentang naturalisasi pemain asing. Nah lhoo...meski tentunya berkat the so-called pemain asing itulah prestasi dan performa timnas jadi meningkat tajam. Sampai-sampai ada yang nyeletuk, "Garuda di pasporku!" instead of "Garuda di dadaku" hehehe...Entahlah apakah pemain yang dimaksud memang bermain sepenuh hati karena memang merasa sudah meng-Indonesia, atau hanya karena memang "kewajibannya".

Sebenernya apa makna nasionalisme juga gue masih nggak yakin sampai sekarang. Iya, gue cinta Indonesia, iya gue bangga jadi orang Indonesia. Dan iya, gue bakal mikir seribu kali untuk memutuskan tinggal for good di negara lain atau mengganti paspor gue dengan paspor negara lain. Tapi apa nasionalisme berarti marah-marah dan ngatain tim dari negara lain yang mengalahkan kita? atau sibuk rusuh sendiri bikin trending topic di Twitter tentang betapa negara tersebut adalah cheater?

Menurut gue, nasionalisme kayak begitu hanya yang jenisnya semu. Mungkin malah lebih semu dibanding menukar paspor hijau dengan paspor berwarna lain.

Akhirnya, kembali ke masing-masing orang sih. Mungkin memang nasionalisme hanya bisa diukur dari hati. Bukan dari atribut seperti paspor atau kaos merah bergambar garuda di dada.

No comments:

Post a Comment