Friday, November 18, 2011

Reality Bites

Salah satu hal paling sulit dalam pekerjaan gue sekarang adalah mengakui kalau ada beberapa hal yang memang belum bisa diubah dari negara kita ini. Dan hal-hal itu, meski memang bisa terjadi di belahan dunia manapun, sayangnya justru terjadi di Indonesia...dan menimpa orang asing, yang kebetulan menjadi tanggung jawab gue selama mereka tinggal di Indonesia.

I'm talking about sexual harassment.

Miris banget waktu mendengar kalau salah seorang volunteer yang mengajar di Kupang, rumahnya dimasuki oleh seorang laki-laki (tetangga!!!)saat dia sedang mandi, untung saja refleks si cewek ini cukup cepat, dan dia sempat membanting pintu tepat di muka si laki-laki sinting (yang saat itu sudah buka celana!!!)

Belum hilang kekagetan, ada kasus lain lagi di Palembang. Kali ini, masih menimpa volunteer perempuan, yang diikuti oleh seorang laki-laki pengendara motor saat sedang berjalan menuju rumahnya, dan disentuh dengan tidak senonoh oleh makhluk menyedihkan itu.

Yang bikin tambah gemes adalah, ternyata tidak hanya sebagai "korban", tapi bule-bule ini juga merupakan sasaran empuk untuk dituduh menjadi "pelaku pelecehan seksual". Gilanya, peristiwa ini malah menimpa volunteer perempuan yang tiba-tiba dituduh oleh sekelompok anak pesantren di lingkungan rumahnya, kalau dia telah menggoda dan memprovokasi mereka dengan mengenakan bikini di depan anak-anak itu! Sinting banget. Apalagi setelah ditelusuri dan dilakukan sejumlah meeting dengan orang-orang yang terkait, ternyata anak-anak itu terbukti berbohong, entah karena iseng, atau sakit hati pernah ditolak? Who knows.

Kenapa ya, masih harus ada jenis orang seperti ini, yang mencoreng nama Indonesia di dunia luar? Bagaimana bangsa ini mau cerdas sih, kalau orang-orang yang ingin membantu mencerdaskan anak-anak kita malah diperlakukan seperti ini?

Well, it's true that this could happen anywhere in the world. Gue pernah diikuti oleh seorang laki-laki kulit hitam di Washington DC yang keukeuh ngajak gue pergi sama dia dan jadi pacarnya. Gue juga pernah dikerjain sekelompok anak laki-laki keturunan Maroko waktu gue tinggal di Belanda. Di negara semaju apapun, penduduk yang primitif itu memang masih ada.

Tapi alangkah gondoknya saat gue harus mengakui kalau Indonesia, yang penuh dengan orang-orang ramah, baik hati, berpikiran terbuka dan gemar menolong, ternyata masih harus dinodai oleh banyaknya orang sinting, kurang kerjaan dan nggak punya otak, yang menganggap perempuan (apalagi bule!) adalah sasaran empuk hawa nafsu mereka.

Oh well, maafkan posting penuh kemarahan ini ya. I still love this country. It's the crazy people that I can't stand.

4 comments:

  1. hiks.. ikut sedih dan marah dengernya.
    tapi bener loh Tid, kadang gue ngerasa kalau di Indo, cewek itu masih sering diperlakukan sebagai obyek (seksual)?
    mulai dari yg 'ringan' macam disuit-suitin, sampai ditowel, sampai diperkosa (amit-amit).
    sedihnya, imho, kasus2 di indo lebih banyak (dan parah) dibanding di negara2 yang (katanya) lebih terbuka dan bebas.
    ironis yah.

    ReplyDelete
  2. oh, tid... sexual harassment also happens in office buildings, where the guys are well educated, wearing nice suits and hold very important positions. sad, isn't it?
    wish we could have a more strict culture about sexual harassment.

    ReplyDelete
  3. Fanny: betul Fan, entah kenapa semakin tertutup lingkungannya, justru semakin gila kasus pelecehan yang terjadi. mungkin pelampiasan kali ya?

    agnes: true! it could happen anywhere with anyone. emang perlu hukum yang lebih jelas dan nggak memihak sih =(

    ReplyDelete
  4. mindset laki-laki harus diubah ketika melihat perempuan.. mereka bukan object tetapi partner hidup. Pendidikan masa kecil juga mempengaruhi saya kira..uppss jadi curcol dah hehehe makasih ya.salam kenal

    titip link ya http://tipsbisnisuang.wordpress.com/buku-saya/rahasia-surat-hati/

    ReplyDelete