Thursday, October 30, 2008

Bahasa Indonesia

Baru beberapa hari lalu peringatan Sumpah Pemuda, dan ketika seorang teman bertanya, apa sih isi Sumpah Pemuda itu, gue benar-benar merasa blank. Rasanya semenjak lulus dari SMA, nggak pernah sekalipun gue tertarik untuk menyimak upacara maupun acara-acara peringatan Sumpah Pemuda, baik yang disiarkan di TV ataupun yang langsung di depan mata.

Akhirnya, setelah kasak kusuk dan berdebat, kita sepakat bahwa salah satu poin Sumpah Pemuda adalah : bangga berbahasa satu, Bahasa Indonesia. Dan topik itu jadi memicu kesadaran gue tentang bahasa yang sudah hampir 28 tahun gue gunakan setiap harinya. Kadang gue amaze sama bahasa ini, dengan segala perkembangannya dari masa ke masa. Karena besar di akhir era 80an dan awal 90an, gue masih ingat jelas trend-trend yang ada saat itu, seperti slank-slank yang mengubah beberapa kata (masih ingat kata pembokat yang berarti pembantu, sepokat yang berarti sepatu, atau boil yang artinya mobil?). Norak kalau dipikir-pikir, tapi toh saat itu mereka begitu berjaya. Lalu di awal 90-an, inget nggak dengan kalimat-kalimat seperti ini : Dia keren sekaleeeee....
Dan bahkan kadang si kata "sekaleeee" tadi bisa berubah menjadi "cekaleee..." Hehehe...

Tahun 2000-an menghasilkan lebih banyak lagi istilah baru, seperti Bete (yang sampai sekarang masih diperdebatkan asal-usulnya), kesian deh looo (lengkap dengan gerakan jari yang membentuk gelombang dari atas ke bawah), capek dehhh (kali ini dengan gerakan tangan mengusap jidat), dan yang paling baru: ya iyalah, masa ya iya donk... (diikuti embel-embel garing seperti: namanya juga cafe oh lala, bukan oh donk donk...). Gosh. Entah siapa yang menciptakan istilah-istilah itu, tapi yang jelas, sekali menjadi trend, istilah itu bakal ngelotok dengan suksesnya.

Mengingat pembicaraan dengan beberapa teman lainnya, gue juga jadi sadar, meski sudah berpuluh-puluh tahun bergelut dengan bahasa Indonesia, masih sering banget gue melakukan kesalahan-kesalahan tolol yang akhirnya dibenarkan karena sudah menjadi kebiasaan. Berikut beberapa yang mungkin juga sering dialami oleh orang-orang lain:
- Pulangnya mampir ke BCA dulu ya, mau AMBIL ATM. (hmm..kalo tiap orang ambil ATM, lama-lama mesinnya abis, ya ngga sihhhh)
- Itu, di pinggir jalan tadi banyak yang JUALAN WARTEG kok... (warteg di-franchise-in ??? hehehe)
- Tadi udah minta tolong Mama supaya BIKININ AIR... (hebat amat si mama, meskipun yang dimaksud di sini adalah masakin air panas...)
- BIKININ TEMPAT TIDUR nya ya, tadi masih berantakan..(Bukan, ini bukan ngomong ke tukang kayu, tapi simply minta tolong orang buat ngerapiin tempat tidur)

Dan mungkin, masih banyak lagi contoh-contoh konyol hasil "latihan" bertahun-tahun dengan bahasa Indonesia. Tapi apa pun yang terjadi, inilah bahasa Ibu kita...yang semoga saja, masih akan menjadi bahasa anak-anak kita juga nantinya... (mengingat anak sekarang lebih jago berbahasa Inggris atau Mandarin, rasanya wajar aja kalo kita berharap-harap cemas)....

Wednesday, October 08, 2008

Treasures

What makes me love Bandung so much is the ability of this city to give me endless surprises. This city has many hidden treasures, ready to be discovered in any time.

You'll be surprised that at the back of St Aloysius school building, in a crowded-small place with only a tent covered it from rain or shine, there's a very delicious Batakuah (means: Baso Tahu Kuah). Very original taste, in a very cheap price.

And in Jalan Bungsu, in a small alley across Atoy Salon, you could try a great mie ceker. Yummy.

Or, how bout this store at the second floor of a small building in Dipatiukur, where you could find choices of old records, including the first album of NKOTB and Pink Floyd?

Or, for me, who love books more than anything...There is this little attic shop in front of Unpar, called Omunium, that sells lots and lots of second hand books, books that are very hard to be found in other stores, with a magnificently reasonable price. I've just found this Newbery Winner book, that is quite rare around here, in only Rp 24.000,00. I always love to smell the pages of a second hand book, while imagined where that book came from, who had flipped its pages before me...

Those little treasures are the reason why I love this city so much. And to think that I would have to leave again soon (this time, for good)...Uhmmm...it's heartbreaking.