Wednesday, May 25, 2011

So Called Soc-Med

Masih agak nyambung dengan posting tentang virtual celebrity kemarin ini, baru-baru ini gue agak bersinggungan dengan seorang celebtwit, alias selebriti di dunia Twitter, dan merasa sangat kecewa.

Okelah, kita memang hidup di era social media, atau soc-med, di mana segala sesuatu bersifat sangat terbuka. Semua orang berhak mengeluarkan opini. Dan semua opini itu langsung menjadi konsumsi publik. Terlebih di dunia twitter, di mana ribuan orang berkicau setiap detiknya.

Ada orang yang begitu seriusnya beredar di twitter, sampai muncul istilah kultwit, atau kuliah di twitter. Kadang menarik juga menyimak berbagai topik hangat yang menjadi bahan "kuliah" dalam 140 karakter itu.

Tapi sayangnya, ada sajaaa oknum-oknum yang nge-twit dengan modal sok tau. Belaga ngerti dan yakin banget sama topik yang diangkat, tapi sayangnya tidak didukung oleh fakta yang tepat. Bahkan kadang, tidak didukung fakta apapun juga, dan hanya bermodalkan pemikiran yang nggak jelas asal-usulnya. Gawatnya lagi, banyak orang-orang seperti ini yang memiliki follower sampai ribuan, bahkan puluhan ribu. Kebayang dong info menyesatkan seperti apa yang bisa beredar dalam hitungan detik ke banyak orang? Apalagi kalau para pengikutnya adalah orang-orang yang asal manut, tidak kritis dan main Retweet setiap kicauan si celebtwit.

Sebenarnya sih gue nggak terlalu peduli dengan status celebtwit (karena gue juga jarang follow orang-orang seperti ini), kalau saja twitnya tidak menyinggung dunia gue. Sayangnya, itulah yang terjadi kemarin. Salah satu so-called-celebtwit yang followernya lebih dari 12 ribu orang tiba-tiba seenaknya nge-twit kalau program beasiswa Fulbright akan dihapus, karena budget cutting di Amerika, dan bahkan program Fulbright untuk orang Amerika untuk studi ke luar Amerika sudah dihapus.

Seorang teman yang tahu gue bekerja di organisasi yang mengurus program ini di Indonesia, mempertanyakan twit ini pada gue. Tentu gue sangkal. Lah, harusnya gue taulah kalau sumber mata pencaharian gue terancam tutup. Masa iya gue dan teman-teman sekantor nggak tau apa-apa? Kita malah lagi sibuk mempersiapkan gelombang berikut, termasuk orang-orang Amerika yang akan datang ke Indonesia.

Yang membuat kesal, si celebtwit ini menyangkal dia pernah ngetwit seperti itu (setelah sebelumnya malah mengacuhkan reply dari gue), dan bersikeras kalau itu hanya opininya, salah sendiri kalau para pengikutnya menganggap itu sebagai fakta. Ya ampun, gue nggak ngerti gimana ceritanya orang kayak gini bisa punya follower demikian banyaknya. Waktu gue mengintip timelinenya pun, ternyata banyak yang menanyakan kabar tersebut. "Program yang dihapus apa aja?" "Rencananya kapan dihapus Prof?" Dan jawabannya berupa kalimat-kalimat gantung seperti "Belum tau sih", "Tinggal tunggu waktu"

Menyebalkan sekali rasanya berhadapan dengan orang yang sok pintar, sok tau, dan herannya, dianggap benar-benar tau oleh banyak orang. Gosh, please think before you tweet! And for followers, please cross check before you take a tweet as a fact.

We do live in social-media era, but we still have our individual brain for sure =)