Thursday, December 21, 2006

Season's Greetings

Well, Christmas is coming again, and instead of cold weather and anticipating for snow to fall down from the sky, this time it will be an ordinary christmas again in motherland =) With hard rain and 25 degrees outside..

But still, lots of great Christmas album this year...One of my favorites is Glenn Fredly, especially his new song Terang..

"Jadilah harapan, jangan hanya berharap..."

And it is very wonderful indeed, to become a hope, and not just hoping all the time..Although, whatever happens, please do not stop hoping...

Anyway, Merry Christmas to all of you who celebrate it.. Have a great one! =)

Thursday, December 07, 2006

Numb

Have you ever felt like living in an underwater world?
Where everything around you is keep on moving..
While you can only watch it in slow motion mode?

And suddenly, you realize, your cute little sister is already being a sophisticated college girl..
Your ordinary mum is panicking all the time with her PhD desertation's deadline..
All your friends are rescheduling their appointments with you because of their busy work-life..

And all you can do is watching the hectic-crazy lives around you..
While still trying so hard to figure out your own life..
And what should you do with the rest of it..

Waiting for something to really happen..
Or someone who could tell you that everything's going to be okay..

Wondering why on earth that everybody's keep on changing..
Or is it only you who's playing numb..

Thursday, November 23, 2006

Natural Survivor

Sesudah beberapa lama Bandung kerasa gerah banget, panas, gersang dan nggak pernah disiram hujan, tiba-tiba hari ini Bandung diguyur hujan..Tepat di hari ulang tahun gue.

Bener-bener serasa dapet hadiah dari Yang Di Atas..Seneng banget, bisa ulang tahun di Bandung lagi, di tengah orang-orang yang sangat berarti, ditemenin bau hujan yang mengendap di tanah, percikan air yang jatuh dari langit, dan bahkan sempet bobo siang diiringin musik tetesan hujan yang nyampur sama guruh..Kangen banget rasanya sama Bandung yang kaya gini...

Kalau ngomongin tentang nambah umur berarti nambah juga masalah-masalah yang harus dipikirin, kayanya sih udah basi, ya..Tapi yang kepikiran sama gue hari ini adalah, selama duapuluhenam tahun (!) hidup di dunia, gue makin sadar kalo manusia itu adalah natural survivor...

Nggak seekstrim para survivor di film seri LOST tentunya, tapi gue cukup bersyukur karena selama ini, segala macem hambatan, dan situasi yang terkadang bisa bikin hidup gue berada di titik terendah, masih bisa gue atasin walaupun seringkali dengan susah payah..

Karena manusia itu, memang punya kecenderungan untuk selalu bertahan..Yang tadinya nggak bisa masak, mau nggak mau harus belajar juga kalau nggak ada yang masakin. Yang nggak pernah naek angkot, mau nggak mau jadi mengandalkan bis kota kalau nggak ada mobil. Yang habis disakitin, bakalan selalu membangun bentengnya sendiri untuk bertahan..dan bahkan mungkin, berani mengambil resiko untuk jatuh cinta lagi suatu hari nanti..

Anyway..I keep thank God for giving me this wonderful life..=)

Wednesday, November 15, 2006

6:30

Satu hal yang gue kangen banget selama tinggal di Belanda adalah nonton film Indonesia. Dan setiap kali ada orang yang mau dateng ke Belanda, pesenan DVD atau VCD film Indonesia jadi sesuatu yang wajib buat ditunggu. Bahkan gue pernah bela-belain bayar tiket 8 euro (kurs: 1 euro=12 ribu rupiah) untuk ikutan nonton film 9 Naga di Festival Film Internasional Rotterdam..

Nggak tau kenapa, tapi nonton film Indonesia selalu bawa keasikan tersendiri buat gue. Entah sekedar nyela-nyela para pemainnya, jalan ceritanya yang kadang absurd, atau (biarpun jarang)terkagum-kagum sama kualitasnya yang di atas rata-rata.

Dan begitu sampe di Indonesia, gue langsung mengupdate diri gue sama film-film yang belum sempet gue tonton selama ini. Ketawa ngakak ngeliat aktingnya Ringgo (yang sebelum gue berangkat ke Belanda masih berstatus sebagai penyiar radio, dan ternyata sekarang udah jadi artis tenar)di film Jomblo, terkagum-kagum (lebih tepatnya sih terbingung-bingung) sama kenekatan sutradara film Ekskul yang sumpah deh, temanya kok hiperbola banget yah? Dan tentu aja menghindari film" horror nggak jelas yang biarpun sempet bikin gue tergoda pengen nonton buat nyela", tapi tetep nggak berhasil mengalahkan faktor penakut-nya gue..

Dan akhirnya, kemaren untuk pertama kalinya gue nonton lagi film Indonesia di bioskop (nomat sih, lumayan deh, 15 ribu doang). Setelah menilik beberapa film yang ada, tampaknya film 6:30 jadi satu-satunya film yang layak tonton buat gue (dibanding Kuntilanak? Gila kali gue).

Ternyata oh ternyata, film yang tampak menjanjikan ini jatuhnya jauhhh dari harapan gue. Oke, ide ceritanya termasuk orisinil, dan settingnya di San Francisco juga pas banget sama jalan ceritanya (yang berkisar tentang cinta segitiga anak" rantau Indonesia dan segala problema mereka sehari"), tapi sayang beribu sayang, dialognya tuh garing banget, datar dan bikin ngantuk. Kalo mau dibandingin sama film sejenis seperti Before Sunrise-nya Ethan Hawke, yang ngandalin kekuatan dialog dan karakter tokoh"nya, hummm...tampak masih jauh...Dan satu hal lagi yang sangat disayangkan, soundnya itu lhooo...kok ya jelek banget..(Denger" sih emang budget filmnya kecil banget, tapi...buktinya bisa nyampe ke San Francisco toh..).

Tapi...Kalo untuk variasi perfilman nasional, bolehlah 6:30 diacungi jempol. Setidaknya dia nggak berkutat di seputar stereotype film" Indonesia jaman sekarang (yang kalo nggak horor, cerita ABG yang sebenernya lebih pantes masuk sinetron, atau adaptasi novel...oh soooo boring).Moga" lebih banyak lagi sineas nasional yang berani keluar dari mainstream yang ada sekarang...Biar setidaknya tujuan nonton film Indonesia bukanlah untuk mencela" lagi, tapi bener" untuk menikmatinya..

Tuesday, November 07, 2006

The Invitations

Masih jelas dalam ingatan, sekitar 8 tahun yang lalu, banyak banget undangan sweet seventeen yang gue terima. Kadang bertempat di hotel berbintang, kadang di cafe yang lagi trend di Bandung, atau di rumah orang yang berulang tahun..

Kadang dalam satu malam, ada dua pesta yang digelar bersamaan, dan akhirnya malam minggu pun dihabiskan dengan tur dari satu pesta ke pesta lain. Membandingkan MC nya, makanannya, band-nya, dan tamu" nya..

Dan sekarang, undangan-undangan itu kembali berdatangan..Bukan sweet seventeen tentu, tapi undangan pernikahan. Kalau lagi bertemu dengan teman-teman lama pun, pembicaraan biasanya berkisar antara kapan si ini nikah, di mana tempat dengan harga murah, lebih baik makanan hotel atau pesan catering, perlu pakai wedding organizer atau tidak, dekorasi dan undangan pesan ke mana...

Dan gue hanya bisa berpikir, sambil membuka undangan-undangan berbentuk bagus itu... Does time really fly so fast..Or is it just me who do not want to fly with it?

Sunday, October 29, 2006

Kamu

Iya, kamu..
Yang selalu nyela aku karna kegendutanku..
Yang sering bangunin aku dengan telfon"mu..
Dan memenuhi inbox-ku dengan SMS"mu..

Kamu..
Yang bikin hari"ku jadi berwarna..
Yang selalu bisa buat aku ketawa..
Dan berusaha untuk selalu ada..

Kamu..
Satu alasan untukku mencinta..
Dan yakin kalau semuanya akan baik" saja..

Kamu..
Aku kangen..

Wednesday, October 18, 2006

hope

Kalau sudah berada di titik terskeptis tentang suatu hal, lalu tiba" ada sekelumit pencerahan muncul di depan mata, apa reaksi terwajar yang akan muncul dari diri seseorang?

Tidak percaya, senang, takut kalau semuanya hanya sementara belaka, dan jauhhhh di lubuk hati terdalam, lebih dari segalanya, berharap supaya ini adalah sesuatu yang real. Bukan ilusi. Bukan temporary.

Dan harapan, meskipun kadang menyesatkan, ada kalanya harus dilakukan. Dinikmati. Karena tanpa harapan, apa artinya hidup? =)

Monday, October 09, 2006

5 Kilogram Pembawa Bencana

Oke, udah seminggu lebih gue pulang, dan sementara ini agenda gue masih seputar ketemuan sama temen" lama, mulai dari temen kuliah, temen sma, temen masa kecil, dan temen" lainnya.
Hasil dari ketemuan" itu, selain melampiaskan rasa kangen, mengupdate gosip terbaru (yang biasanya berkisar antara: si ini mau merit tanggal segini lho....), sambil memuaskan hasrat jajan, adalah menerima cercaan tentang berat badan gue.

Sampe" gue bikin janji, orang ke 50 yg bilang "Astrid...jadi gendutan ya sekarang??" bakal gue kasih suvenir cantik dari negeri penjajah. Hehehe...

Tapi gue jadi agak" introspeksi diri juga. Selama ini, gue selalu mikir kalo orang yg keluar negeri dan pulangnya jadi gendut adalah sebatas mitos belaka, setidaknya buat diri gue, karena gue bukan orang yang gampang menjadi gendut.

Tapi ternyata, berada 1 taun di antara keju, susu, slaagroem, kentang goreng dan mayones, bener" bikin berat badan gue bertambah 5 kilogram, yang sialnya, membuat muka gue menjadi sangat bulet, dan nomer celana gue naik 1 level.

Dan sangatlah nggak membantu waktu si komentator, yang mungkin sedikit menyesal setelah melihat tampang gue yang sedih karena mendengar kata "gendut", buru" berusaha menghibur dengan kalimat: "Tapi bagusan sekarang kok, dulu sih terlalu kurus.."

Arghhhhhhh! Mari", berolah raga!

Friday, September 29, 2006

Yang Sempat Ditinggalkan

Setelah melewati perjalanan panjang, dimulai dengan kebaktian pengucapan syukur di Den Haag bareng sama Hellena dan Michael, acara wisudaan di sekolah yang sempet bikin kaget karena ternyata nyantai banget (pada pake celana jins dan kaos, sementara gue keukeuh dengan kebaya gue, haha, untung nggak sanggulan segala), traveling bareng nyokap seputaran barcelona, montseraat, brussel, bruge, ghent, amsterdam dan singapore (flonaaa...maap yaaa ga sempet ketemu, cuman bentar banget di spore nya, hectic pisan...next time harus ketemuan yaaa)...

Finally, I'm home...=) Back to Bandung.

Dan lumayan terkaget-kaget juga, karena rasanya gue baruuu aja kemaren pergi, semuanya tampak sangat familiar, tapi sekaligus juga asing. Tempat tidur di kamar gue udah jadi super besar, ruangan atas udah merangkap jadi studio arsiteknya adek gue yang sangat berantakan, anjing" gue keliatan tambah gede dan gondrong...Everything seems so different...but also familiar at the same time.

Dan gue masih harus terus mengingatkan diri gue sendiri untuk bilang "terima kasih" instead of "dank je wel", jalan di jalur kiri dan bukan di jalur kanan, STOP mengkurs segala sesuatu, karna toh semua barang dijual dengan harga Rupiah instead of Euro, bisa menikmati film di TV dengan baca teks berbahasa Indonesia (bukan bahasa belanda yang ngejelimet), dan cium pipi orang cukup dua kali, bukan tiga kali!!

Anyway...mau mulai merancang jajanan dan tempat" yang harus dikunjungi dulu, ya...=)

Tuesday, September 12, 2006

Scribble

...and i looked around my room. my tiny little room. with all the posters gone off the walls. and instead of the books and messy papers that usually covering the floor, there lying my huge suitcase, open.

and i remembered. all the nights i spent here. sometimes accompanied with homesick songs. or broken heart tears. or brain that felt like exploding because of all the deadline assignments.

and i sigh.

this year, i learnt a lot. not only about theories, putting my thoughts into the papers, or dealing with the teachers. but most of all, about living far from familiarity. about love. and friendship. about struggling and surviving. about experiencing every details. about being thankful. about living life to its fullest.

and here i am, in my little room, trying to put my one-year life into one big suitcase, one travelling bag, four card boxes, and a very graceful heart. ready to end an era.

and once again, preparing for the new one.

Saturday, September 09, 2006

Things I'm Gonna Miss





Berhubung udah deket dengan waktu kepulangan ke tanah air, sepertinya emang wajar aja kalo belakangan gue jadi sedikit mellow dan penuh nostalgia menyangkut negara mungil eks penjajah Indonesia ini, tempat gue tinggal selama setahun terakhir.

Dan kalau dipikir-pikir, banyak juga loh yang sepertinya bakal gue kangenin dari kehidupan gue selama di sini. Pergi keliling kota hanya bermodalkan sepeda cupu, tanpa harus takut disaingi knalpot metromini atau terperosok ke lubang-lubang di jalanan. Menikmati suasana kota Den Haag yang sejak jam 6 sore udah mulai sepi. Mengagumi gedung-gedung tua yang arsitekturnya bakal bikin nyokap atau ade gue (yang sama-sama terjun di dunia arsitek) terkesiap. Duduk di salah satu bangku Plein Centrum atau tepi sungai Buitenhof sambil baca buku. Bahagia setiap hari Kamis karena itulah satu-satunya hari di mana toko-toko buka sampe jam 9 malem.

Menyerbu KFC dengan nasi dan sambal tiap hari Senin malam (waktunya ayam-ayam KFC jadi super murah!). Menahan kantuk sampai jam 2 pagi karena ruang depan rumah dipake tempat nongkrong anak-anak. Sesi curhat bersama Hellena, temen serumah gue, tentang segala hal aneh dan weirdo people yang kita temuin selama hidup di sini. Chatting semaleman dan nyalain internet seharian tanpa takut ada yang protes karena tarif telepon membengkak. Download lagu kurang dari 1 menit dengan koneksi internet yang luar biasa cepat.

Baileys, Heineken, Sherry kebanggaan Regi, dan segala jenis minuman yang dengan gampang dan murahnya bisa didapet di sini. Nonton Sneak Preview setiap Selasa malam bareng Christian. Merencanakan jalan-jalan keliling Belanda dan mencari tiket-tiket murah untuk kunjungan ke negara lain. Pesta-pesta ulang tahun temen sekelas dari berbagai negara, having a drink after a whole crazy day in class. Menanti gugurnya daun kuning, turunnya salju putih, harumnya kuncup bunga yang mulai bermunculan, terbenamnya matahari musim panas yang bertahan lama di ufuk langit.

Teman-teman dalam senang dan sedih. Gelak tawa dan air mata.

And the most important thing, a truly memorable and precious lifetime experience.

Tuesday, September 05, 2006

Rencana, dan Impian

Semenjak berasa lega karna beban" sekolah yang udah berakhir, gue jadi punya banyak waktu luang buat merenung". Hmm..sebenernya, selama ini gue juga banyak merenung sih (baca: melamun), tapi karna masih kebayang" thesis dan kawan"nya, merenungnya jadi kurang maksimal.

Dan topik perenungan paling utama, tentu aja pertanyaan klise: Mau ngapain gue abis ini?

Dari beberapa perbincangan dan e-mail dengan temen" wartawan, sebagian besar menyarankan gue untuk nggak kembali ke dunia pewartawanan. Kenapa? Karna menurut mereka, profesi itu sangat mubazir buat seorang lulusan Master (cieee) seperti gue, setidaknya dari segi gaji, dan mungkin, jenjang karir.

Seorang temen ex wartawan TV yang lagi menuntut ilmu di Inggris malah bilang, "Itu nista banget kali, buat seorang lulusan Master Belanda kaya elo". Waduh...masa sih segitunya?

Jujur, gue emang masih membuka opsi buat melakukan hal" lain di luar dunia jurnalistik. Alasannya, biar lebih buka peluang aja, dan siapa tau, gue menemukan sesuatu yang lebih gue suka. Tapi, hari ini, perasaan gue terusik lagi.

Bermula dari ajakan seorang temen gue, Pamela, yang bekerja di pemerintahan Taiwan dan lagi melakukan riset di Belanda, untuk menghadiri salah satu hearing di International Criminal Court yang ada di kota Den Haag. Gue pikir, okelah, paling nggak gue bisa ngeliat yang namanya hearing di pengadilan internasional itu seperti apa.

Ternyata, hmm..keren, keren. Meskipun nggak terlalu mudeng sama kasus yang lagi dibahas (menyangkut situasi di negara Kongo), tapi gue langsung terkesan gitu pas masuk ke ruang buat visitors, yang dibatasin sama kaca bening dengan ruang sidang. Di deretan depan, ada bangku khusus untuk Pers, yang dipenuhi sama cowok" dan cewek" berpenampilan modis, yang pada lagi sibuk nyatet".

Untuk ngedengerin hearing itu, kita dikasi semacam audio tool gitu, lengkap dengan earphone nya, karena hearingnya dilakuin dalam dua bahasa, Inggris dan Perancis, jadi ada interpreternya gitu. Dan begitu ngikutin jalannya hearing, tanpa sadar gue malah bikin" angle berita, sambil mikir mana yang bakal gue pake seandainya gue disuruh naikin beritanya.

Dan saat itulah...ohh...gue baru menyadari kalo gue sangat kangen sama yang namanya liputan! Masa" nongkrong berjam" di DPR dengerin anggota komisi 1 ngoceh" nggak karuan, contek" an lead berita, laporan di pojokan, colongan ngabur makan siang...Bedanya sama di ICC ini, wartawan DPR sih cuek banget ngampar" di ruang sidang kalo emang kursinya udah kepenuhan, dan curi" makanan kotak punya anggota dewan. Hehehe...

Hummm...jadi, kembali ke dilema gue...Balik ke dunia peliputan? Atau mencoba peruntungan di tempat lain? Seberapa pentingnya sih gaji buat gue? Duh...hidup emang selalu dipenuhi pilihan sulit.

*Mungkin, gue bakal kembali ke impian semula aja, punya peternakan anjing. Senangnya...=)*

Friday, September 01, 2006

Nuhuunnn...

Makasih banget buat semua yang udah support, udah ngedoain, udah ngirim sms, udah telfon bangunin gue malem", udah ngasi komen" penghiburan dan penyemangat di posting sebelumnya...=)

Akhirnya akuw lulus jugaaa....Terbebas dari sistem pendidikan aneh di Belanda, dari dosen" yang suka nggak jelas maunya apa, dari tugas" menumpuk dan thesis yang super duper menyebalkan...

I'm gonna miss all those things...(NEAAAHHHH!!!)

Bandung, here I come!

Monday, August 28, 2006

Menghitung Hari

Three more days to my defence...Damn...And to make it worse, some of my friends got the news from their supervisor to postpone the defence because their works are not good enough..Imagine that! Receiving the bad news less than 1 week before the defence day...And some of them even had booked the ticket to get back to their home country...

So..right now I am just continually checking my inbox, hoping that there is no bad news about my stuff from my supervisor...

Pray for me pleaseeee =)

Wednesday, August 23, 2006

Sneak Preview

Setiap hari Selasa malam, salah satu hal yang gue tunggu-tunggu adalah nonton Sneak Preview di bioskop. Film yang ditayangkan di Sneak Preview adalah film-film yang belum diputar untuk umum di bioskop sini, meski kadang nggak terlalu baru kalau dibandingkan dengan waktu pemutaran perdananya di Hollywood.

Biarpun film yang diputar kebanyakan bukan film-film box office atau mainstream Hollywood, tapi tetep aja, perasaan excited karna nggak tau "what should we expect" adalah hal yang menyenangkan dan bikin gue ketagihan nonton Sneak Preview. Seperti beli kucing dalam karung sebenernya, karena kita nggak bakal tau film apa yang bakal diputer sampai film itu bener-bener mulai main. Tapi berhubung gue punya kartu Pathe Unlimited (semacam kartu pra-bayar yang bisa memungkinkan gue nonton bioskop sepuasnya dengan membayar 17,50 euro per bulan), gue nggak terlalu ngerasa rugi, karna tujuan gue punya kartu itu justru menonton film sebanyak-banyaknya di bioskop.

Selain karena punya kartu Pathe Unlimited, gue baru mulai tertarik nonton Sneak Preview akhir-akhir ini, setelah gue nggak ada kelas lagi setiap hari Selasa (dulu, setiap hari Selasa gue selalu ada kelas sampe jam 9 malem..huhuhu). Beberapa kali kehabisan tiket, malah bikin gue makin penasaran untuk nonton Sneak Preview (secara ruangan yang dipake untuk pemutaran film juga nggak berkapasitas terlalu besar).

Pertama kali gue berhasil dapet tiket untuk nonton Sneak Preview, gue sempet kecewa berat, karena ternyata, di antara sekian banyak film yang akan diputar di bioskop minggu berikutnya, yang terpilih untuk diputar di Sneak Preview adalah film hantu! Dan gue, yang sebenernya adalah pecinta film dan rela nonton film apapun, terpaksa mengakui kalau satu-satunya film yang bikin gue alergi adalah film hantu, atau film setan, atau film horror (Gue belum nonton The Ring sampe sekarang karna masih trauma sama Jelangkung yang bikin gue nggak bisa tidur selama seminggu penuh!).

Di tengah film, emang banyak orang yang akhirnya keluar karna mungkin termasuk kelompok penakut seperti gue, atau justru kelompok yang terlalu pemberani dan menjadikan film hantu bahan tertawaan. Tapi, gue yang selalu mikir "pamali" untuk keluar bioskop di tengah film (betapapun jeleknya film yang diputar), akhirnya memaksakan diri untuk bertahan sampai penghabisan film Fragile itu, sambil dengan setengah hati melihat pemeran Ally McBeal, Calista Flockhart, kejer-kejeran sama hantu yang bergentayangan di rumah sakit tempat dia bekerja sebagai perawat (Mampus banget dehhh).

Tapi minggu berikutnya, gue nggak kapok. Tetep menjadi salah satu pengantri setia di loket bioskop untuk mendapatkan tiket Sneak Preview. Lumayan, kali ini filmnya berjudul Step Up, agak lucu, mengambil tema dansa dan pemainnya pun lumayan ganteng (biarpun ceritanya ABG banget dan agak-agak mirip sama Save The Last Dance-nya Julia Stiles).

Dan hari ini, penantian gue akhirnya terbayar. Film yang diputer, meskipun bukan film terkenal, bener-bener bikin seger gue yang akhir-akhir ini kebanyakan nonton film Hollywood. Brick, judul filmya, bersetting tentang konspirasi mafia drugs di daerah selatan California, yang hebatnya, sebagian besar terdiri dari anak sekolahan. Tapi jangan ngebayangin film ini berbau-bau action dan dipenuhi adegan-adegan ala film gangster , karena penyajiannya yang kental nuansa Noir bener-bener menyegarkan dan beda sama film remaja Hollywood kebanyakan. Apalagi buat yang udah kangen sama Joseph Gordon-Levitt, aktor imut yang dulu pernah bikin cewek ABG kesengsem berat di film 10 Things I Hate About You (yang lagi-lagi, menampilkan Julia Stiles), sekarang ternyata udah menjelma jadi aktor berlevel film independen.

Anyway, nonton Sneak Preview sepertinya bakal jadi salah satu hal yang bakal gue kangenin dari kehidupan gue di Belanda. Kecuali, tentunya, kalo modelan kaya gini udah ada juga di Indonesia. Atau jangan-jangan udah ada dan gue yang ketinggalan jaman? =) Then, I was really wasting your time reading this posting...

Saturday, August 19, 2006

Tentang Indonesia

Terakhir kali gue ikut upacara bendera untuk memperingati hari kemerdekaan Indonesia adalah tujuh tahun yang lalu, dengan seragam putih hitam dan atribut ospek, diiringi tatapan "haus darah" para senior di kampus Unpar.

Dan kemarin, karena diajak beberapa teman yang entah kenapa lagi kesambit semangat nasionalisme berlebihan, akhirnya gue kembali ke lapangan upacara bendera, kali ini di Wisma Duta KBRI, dengan suasana kelewat santai karena diselingi foto" bareng, dengan kostum warna merah, dan tanpa pembacaan teks Pancasila (I wonder why?).

Meskipun suasana upacaranya nggak seserius upacara bendera waktu jaman SD (yang dilakuin setiap Senin pagi!), gue cukup kaget juga karena ternyata gue masih hafal mati lirik lagu mengheningkan cipta (secara dulu gue anggota paduan suara di sekolah) dan pembukaan UUD 45 (Bahwa sesungguhnya kemerdekaan itu ialah hak segala bangsa, dan oleh sebab itu, maka penjajahan di atas dunia harus dihapuskan...).

Waks! Hasil doktrinasi bertahun-tahun dari mulai seragam putih merah sampai putih abu-abu ternyata nggak sia-sia. Gue nggak tau, apakah anak SD jaman sekarang masih wajib hafal mati butir-butir Pancasila dan pasal-pasal dalam UUD 45. Dan gue juga nggak tau, apakah PPKN yang dulunya bertitel PMP sekarang udah diganti dengan akronim lain, atau bahkan udah dihapuskan dari kurikulum sekolah. Tapi gue pikir, kebegoan kurikulum sekolah jaman dulu dengan segala "pemaksaan nasionalisme" nya itu adalah bagian dari diri gue, generasi gue, dan kenangan gue sama segala hal tentang tanah air.

Seorang teman pernah bilang, dia merasa sebagai bagian yang terbuang di Indonesia, dan gue masih inget ucapannya: "Gue lebih baik dijajah di negara orang, oleh bangsa lain, daripada dijajah di negeri sendiri, oleh bangsa sendiri".

Seorang teman lain pernah juga berargumen tentang kecintaan gue sama tanah air: "Kamu kangen sama Indonesia karena kamu termasuk salah satu orang beruntung yang punya segala fasilitas enak di sana. Kalo misalnya kamu dateng dari keluarga yang nggak beruntung misalnya, apa kamu masih pengen pulang? Apa Kopaja buat kamu tetep punya nilai romantis dan sentimentil?"

Dan gue jadi berpikir. Gue nggak tau, apa gara" pendidikan kebangsaan yang terlalu berlebihan di jaman gue, atau keberuntungan gue yang memiliki semua yang gue sayang di Indonesia, yang jelas, pulang ataupun enggak, gue tetep cinta tanah air gue, dengan segala kesemrawutan dan kekacauannya.

Thursday, August 10, 2006

Super Pippo

Inzaghi birthday strike gives Milan narrow lead
MILAN, Aug 9 (Reuters) - AC Milan striker Filippo Inzaghi celebrated his 33rd birthday with the goal that secured a 1-0 win over Red Star Belgrade in their Champions League third qualifying round, first leg match on Wednesday.

Despite Inzaghi's 22nd minute strike the six-times European champions still have a lot of work to do in the return match in two weeks' time in the Serbian capital.

Milan, who originally finished runners-up in Serie A last season, found themselves in the Champions League qualifying round after being demoted to third place by an Italian sports tribunal that examined a match-rigging scandal.

UEFA cleared Milan to face Red Star due to a lack of legal grounds to exclude them but European soccer's governing body scolded the Italian club in a statement that spoke of the damage they had "already caused to European football".

Red Star gave the home side an early scare when Blagoj Georgiev was picked out unmarked inside the area but Milan's Brazilian goalkeeper Dida saved well.

Brazilian Kaka then went close for Milan before providing the pass that allowed Inzaghi to confidently strike home from inside the area to put Carlo Ancelotti's side ahead.

Milan had chances after the break but Red Star keeper Ivan Randjelovic was in top form as he twice foiled Alberto Gilardino and kept out an effort from Dutchman Clarence Seedorf to ensure the Serbians have everything to play for in the second leg.

Happy b-day Pippo...One of my favorite players, ever...=)

Tuesday, August 08, 2006

Agen Siluman dan Bisnis Sekolah: Ketika Pendidikan Diperdagangkan

Gue dateng ke Belanda lewat bantuan sebuah organisasi yang menamakan dirinya "agen representatif sekolah". Gue memilih sekolah gue yang sekarang setelah menghadiri pameran pendidikan yang diselenggarakan oleh NEC (Netherlands Education Centre), badan resmi pendidikan Belanda yang salah satu cabangnya ada di Jakarta.

Ada beberapa pilihan sekolah yang menarik hati gue saat itu, meskipun pilihan programnya tetap berkisar di bidang komunikasi dan media. Akhirnya, karena salah satu sekolah memiliki "agen representatif" di Jakarta, dan proses pendaftaran serta tetek bengeknya (termasuk mengurus akte kelahiran dan visa di kedutaan Belanda) lebih cepat dan ringkas, gue pun resmi menjatuhkan pilihan di sekolah gue yang sekarang. Tentu saja setelah menilik dan menimbang faktor lainnya, seperti jenis program yang ditawarkan, lamanya studi, dan biaya yang harus dikeluarkan.

Dan jujur aja, entah karena ekspektasi gue terlalu berlebihan, atau memang si sekolah dan "agen representatifnya" tidak memberikan informasi yang akurat dan lengkap, banyak hal yang ternyata berada di luar dugaan gue ketika gue menjalani hari-hari pertama di bangku kuliah. Sistem pendidikan Belanda yang ternyata sangat-sangat berbeda dengan Indonesia (ataupun sistem pendidikan internasional pada umumnya), adanya pemisahan antara University dan University of Profesional Education (atau yang umum disebut Hogeschool), dan banyak hal lain yang seharusnya sih, merupakan tugas si "agen representatif" tadi untuk memberi informasi pada calon student yang akan berangkat menuntut ilmu.

Banyak hal yang menyebalkan di dunia ini, tapi salah satu hal paling kejam menurut gue adalah menjadikan pendidikan sebagai bisnis, dan memperlakukan calon pelajar yang akan menuntut ilmu tak lebih sebagai konsumen. Kenapa? Karena pendidikan itu mempengaruhi masa depan seseorang. Kasus gue mungkin nggak terlalu parah, karena setidaknya gue masih bisa dapet ilmu selama gue studi di sini, meskipun mungkin kadarnya di bawah harapan yang udah gue pasang sebelumnya. Tapi, agen-agen representatif tadi merugikan banyak orang selain gue. Gue tahu seorang pelajar asal Indonesia yang mengeluh nggak bisa mengerti apapun di kelasnya karena bahasa Inggrisnya yang nggak memadai, atau pelajar Cina teman sekelas gue yang bahkan jadi tidak lulus karena reportnya yang nggak bisa dimengerti oleh sang dosen.

Dan orang-orang seperti mereka, kebanyakan hanya mengandalkan agen-agen representatif untuk menjamin mereka masuk ke sekolah yang bersangkutan. Sementara mungkin kualitas mereka sendiri nggak memadai untuk menjadi siswa di sekolah itu. Apakah pelajar hanya dihargai setara dengan calon pembeli? Yang rela membayar berapapun asal bisa masuk ke sekolah yang diinginkan? Sementara itu, sebagian siswa yang lain justru "terperangkap" masuk ke salah satu sekolah karena agen representatif tadi nggak memberi informasi yang memadai, bahkan cenderung menyesatkan.

Mungkin ini hanya salah satu cara sekolah untuk menarik murid sebanyak-banyaknya. Dan gue yakin, untuk sekolah dengan kualifikasi tinggi yang nggak mengandalkan pemasukan dari jumlah murid, kondisi ini nggak mungkin terjadi. Tapi, masa sih orang-orang yang berkecimpung di dunia pendidikan itu nggak punya hati nurani? Masa sih, udah nggak ada lahan bisnis lain, sehingga bahkan pendidikan pun jadi diperdagangkan?

(Thanks buat Mbak Niken dari NEC untuk obrolan sorenya yang mencerahkan...)

Wednesday, August 02, 2006

Teringat Masa Itu...

Mocca - I remember (OST Catatan Akhir Sekolah)

I remember...The way you glanced at me, yes I remember
I remember...When we caught a shooting star, yes I remember
I remember.. All the things that we shared, and the promise we made, just you and I
I remember.. All the laughter we shared, all the wishes we made, upon the roof at dawn

Do you remember..?
When we were dancing in the rain in that december
And I remember..When my father thought you were a burglar
I remember.. All the things that we shared, and the promise we made, just you and I
I remember.. All the laughter we shared, all the wishes we made, upon the roof at dawn

I remember.. The way you read your books,
yes I remember
The way you tied your shoes,
yes I remember
The cake you loved the most,
yes I remember
The way you drank you coffee,
I remember
The way you glanced at me, yes I remember
When we caught a shooting star,
yes I remember
When we were dancing in the rain in that december
And the way you smile at me,
yes I remember


*Baru nonton VCD Catatan Akhir Sekolah (setelah berhasil men-submit thesis tadi sore, hehe), dan jadi mengenang masa SMA*

Seragam putih abu-abu, ketawa dan bercanda sepanjang waktu, bolos pelajaran Bahasa Indonesia dan malah nongkrong di pinggir lapangan bola, dulu-duluan keluar pas jam istirahat buat berjuang rebutan bala-bala (a.k.a bakwan) di kantin 9, ijin ke WC padahal janjian sama gebetan di pendopo, deg-degan dipanggil ke depan buat ngerjain soal matematika, dihukum push up karena telat dateng pelajaran olah raga, berusaha keras nahan air mata waktu abis berantem sama pacar, ngegodain cowok kelas satu yang masih cupu, latihan band mati-matian buat tampil di acara sekolahan, nyiptain kode-kode aneh buat kerja sama waktu ulangan, ngerjain guru baru yang tampangnya lucu, ketangkep make rok yang panjangnya di atas lutut, ngeri setiap kali praktikum kimia karena gosip hantu di laboratorium, bahkan ngelirik frater ganteng di kapel samping sekolah!

Masa SMA. Berjuta kenangan yang nggak mungkin terlupakan =)Kamu juga-kah?

Saturday, July 29, 2006

Musim Panas, Thesis, dan Dante

Setelah musim dingin selesai, gue pikir penderitaan paling berat hidup di Belanda sudah lewat, dengan angin dingin menusuk-nusuk dan suhu yang kadang bisa mencapai minus. Ternyata, perkiraan gue salah, karena musim panas tidak kalah sadisnya. Panas matahari yang keterlaluan teriknya, suhu yang bisa mencapai lebih dari 30 derajat, dan alergi menyebalkan yang mulai menyerang kulit gue. Arghhhh....!

Dan efek sampingnya, gue jadi super males ke mana-mana, dan lebih memilih untuk diem di dalem rumah yang memang lumayan adem, dan sepertinya lebih bersahabat dengan cuaca di musim panas dibanding tempat lainnya.

Jadi....mestinya nggak ada alesan buat gue untuk terus menunda thesis, yang deadlinenya tinggal 4 hari lagi. Gue hampir selalu ada di rumah, nggak tergoda untuk jalan ke centrum, makan di Wing Kee, bahkan pergi ke pantai. Gue di rumah. Di depan komputer. Seharusnya.

Tapi...Godaan memang ada di mana-mana, bahkan di rumah sendiri. Dan kali ini, datang dalam bentuk novel berjudul The Dante Club. Buku super seru yang kisahnya berkisar tentang pembunuhan berantai yang menjiplak puisi Inferno karangan Dante, pujangga Italia yang menulis perjalanannya ke neraka dan melihat hukuman para pendosa. Dengan setting di tahun 1800-an, dan gaya bercerita yang detil, buku ini sedikit mengingatkan gue dengan film Se7en-nya Brad Pitt yang diramu dengan setting lebih modern.

Dan entah kenapa, malam tadi, salah satu channel di TV malah memutar film Se7en yang sudah bertahun-tahun nggak pernah gue tonton. Thesis gue pun, tertunda lagi... (Untung, yang masih ketinggalan hanyalah Appendix dan pritilan-pritilannya, setidaknya gue nggak terlalu merasa bersalah..hehehe).

Tapi baca buku The Dante Club dan nonton film Se7en jadi bikin gue berpikir, apa rasanya ya, menghakimi dosa orang dengan membuat dosa baru? Bukan hal yang asing sebetulnya, bahkan di kehidupan kita sekarang ini. Perang atas nama negara, teror dengan latar belakang agama, dan entah alasan apa lagi, seakan-akan menghalalkan satu dosa manusia yang sangat mendasar: membunuh. Serem kalo dipikir-pikir, betapa manusia makin hari makin bertindak sebagai Tuhan untuk sesamanya.

Dan memang,untuk sekarang, mungkin lebih baik gue kembali ke thesis gue =)

Monday, July 24, 2006

20-Something

Just went through my old personal emails, and bumped into this one. Dedicated to all my twenty-something friends, where ever you guys are...Keep the spirit high!!

Being Twenty-something - they call it the "Quarter-life Crisis". It is when you stop going along with the crowd and start realising that there are many things about yourself that you didn't know and may not like.

You start feeling insecure and wonder where you will be in a year or two, but then get scared because you barely know where you are now.
You start realising that people are selfish and that, maybe, those friends that you thought you were so close to aren't exactly the greatest people you have ever met, and the people you have lost touch with are some of the most important ones. What you don't recognise is that they are realising that too, and aren't really cold, catty, mean or insincere, but that they are as confused as you.

You look at your job ... and it is not even close to what you thought you would be doing, or maybe you are looking for a job and realising that you are going to have to start at the bottom and that scares you.

Your opinions have gotten stronger. You see what others are doing and find yourself judging more than usual because suddenly you realise that you have certain boundaries in your life and are constantly adding things to your list of what is acceptable and what isn't.

One minute, you are insecure and then the next, secure. You laugh and cry with the greatest force of your life. You feel alone and scared and confused. Suddenly, change is the enemy and you try and cling on to the past with dear life, but soon realise that the past is drifting further and further away, and there is nothing to do but stay where you are or move forward.

You get your heart broken and wonder how someone you loved could do such damage to you. Or you lie in bed and wonder why you can't meet anyone decent enough that you want to get to know better. Or maybe you love someone but love someone else too and cannot figure out why you are doing this because you know that you aren't a bad person. One night stands and random hook ups start to look cheap. Getting wasted and acting like an idiot don't seem as fun.

You go through the same emotions and questions over and over, and talk with your friends about the same topics because you cannot seem to make a decision. You worry about loans, money, the future and making a life for yourself... and while winning the race would be great, right now you'd just like to be a contender!

What you may not realise is that everyone reading this relates to it. We are in our best of times and our worst of times, trying as hard as we can to figure this whole thing out.

I'm at my twenty something... And it's hard... Really,, it is!!!

Tuesday, July 18, 2006

Kangen

Somehow I really missed my home these days. Silly of course, because it's only two months until the day I'll go back to Indonesia.

But what can I say? I missed my house and the crazy dogs, I missed my Mom yelling at me because I don't want to clean my room, I missed talking to my sister, sharing Marlboro Light Menthol and a can of Bir Bintang, I missed the comfortable soffa in the living room, my favorite place to spend the whole season of 24 series DVD, I missed driving around in the city, stopping by in every distro and just sitting in Selasar Dago, I missed all my friends, from the one I share the most of my stories with(Congratulations for you engagement girl, I really wished I could be there...), to the one who was my loyal companion of DVD and CD searching in Dalem Kaum (Hey...when will you arrive in UK? I wish we could at least meet before I get back home..).

And all the songs in my playlist did not help me with this homesick thing, they made it even worse...Linger-Cranberries, Somebody-Depeche Mode, Dari Hati-Club 80s, Bimbang-Melly Goeslaw...and so on...and so on...I even re-read the book Cintapuccino, only to experience one more time the feeling I had when I first read the book in Bandung (especially because the setting of the story was Bandung after all...).

*Sigh....*

But for now, back to reality first...To my unfinished thesis, my wonderful friends here, the long summer days, and of course, all unforgettable experiences...=)Chomp-chomp!

Sunday, July 16, 2006

Teori Kebetulan

Dari dulu gue nggak pernah terlalu serius mikirin kebetulan-kebetulan yang mampir dalam hidup gue. Buat gue, semua yang harus terjadi ya memang harus terjadi, meski kadang ada hal-hal tertentu yang keterlaluan anehnya, seperti misalnya dua kali berturut-turut dalam sehari bertemu teman yang sudah lama nggak kelihatan , atau mendengar lagu kesayangan di radio yang berbeda dalam jangka waktu berdekatan.

Dan hari ini, kebetulan itu kembali terjadi. Ketika gue baru ngobrol online dengan seseorang dan membahas suatu hal yang bikin gue merasa sangat down, malamnya gue chatting dengan seorang teman lain yang ternyata, mengalami hal yang sama dalam waktu bersamaan pula.

Teman gue mulai berteori, katanya nggak ada hal yang terjadi hanya karena kebetulan. Semua ada maksudnya. Termasuk obrolan kita di saat mengalami kejadian serupa. Dan gue jadi berpikir, mungkin Tuhan memang sengaja mempertemukan gue dengan dia di dunia maya malam tadi, untuk saling menghibur satu sama lain, untuk sekedar mendengarkan impian masing-masing yang harus dikubur mulai saat itu.

Dan ingatan gue mundur jauh, ke hari-hari di mana gue masih sering merasa down akibat orang yang sama. Setiap kali, selalu ada orang yang menemani gue. Entah punya masalah yang sama, atau sekedar numpang lewat dalam hidup gue yang sedang berwarna biru. Tuhan memang baik. Dan gue mulai percaya, kebetulan itu mungkin memang nggak ada. Yang ada hanyalah hal-hal yang memang patut disyukuri karena selalu punya maksud tertentu dalam hidup kita.

Thursday, July 13, 2006

Azzurri, Cinta yang tak Berbalas

Piala dunia usai sudah. Harap-harap cemas, perasaan excited karena tim favorit mau bertanding, dan rasa kesal yang amat sangat melihat pemain kesayangan dikartu kuning dengan semena-mena oleh wasit.

Banyak kenangan piala dunia tahun ini buat gue. Yang paling luar biasa dan nggak diduga-duga, tentu aja kemenangan tim azzurri sebagai juara dunia. Seumur-umur gue mengidolakan tim italia sebagai favorit, belum pernah sekalipun mereka meraih kemenangan. Paling banter masuk final. Itu pun biasanya diakhiri dengan tragis dan ironis, menyisakan air mata buat gue.

Jadi, betapa sangat bahagianya gue yang dari awal sudah menerima celaan-celaan seputar prospek tim italia di piala dunia tahun ini, ketika akhirnya italia berhasil masuk ke putaran final, setelah memenangkan pertandingan luar biasa seru melawan jerman sang tuan rumah.

Saking berlebihannya, seorang temen gue yang asli dari italia berkomentar, sepertinya gue malah lebih bersemangat daripada dia. Gue jadi agak malu sendiri sama kelakuan gue.

Dan kebahagiaan itu semakin berlipat ganda berhubung gue sdah memesan tiket kereta ke Berlin sejak beberapa bulan yang lalu, demi bisa menonton final piala dunia lewat widescreen di tengah kota Berlin. Nggak nyangka, ternyata fans Azzurri membludak di sana, lengkap dengan berbagai atribut gilanya. Gue langsung merasa ada di tengah teman senasib sepenanggungan. Bahkan sempat beberapa kali diminta foto bareng sama gerombolan fans gila itu, mungkin karena mereka heran melihat gue ikut bersemangat, komplit dengan modal atribut gratisan dari pihak sponsor.

Dan begitulah. Finalnya sendiri nggak semenarik yang dibayangkan sebelumnya, apalagi kalau dibandingkan dengan pertandingan semifinal antara italia melawan jerman. Italia kembali main bertahan, dengan passing-passing atas yang sering berakhir dengan terbuangnya bola ke tangan Perancis atau bahkan keluar lapangan. Menyebalkan sekaligus bikin gregetan. Dan menjelang akhir babak perpanjangan waktu, terjadilah insiden itu, yang membuat orang-orang semakin panas. Entah terprovokasi apa, Zidane menanduk dada Matterazi, disusul dengan dikeluarkannya kartu merah untuk Zidane. Gila. Semakin mirip sinetron.

Drama berlanjut kembali saat adu penalti dilakukan. Trezeguet, pemain Perancis yang saat final Euro 2000 berhasil menjadi pahlawan kemenangan melawan Italia, kini malah menjadi penyebab kekalahan Perancis karena tidak berhasil menyarangkan bolanya ke gawang Italia yang dijaga oleh Buffon. Tragis, dan dramatis. Karma, kalau kata orang-orang.Kebetulan yang menguntungkan, kalau menurut gue.

Dan begitulah. Italia akhirnya menjadi juara, diiringi sorak tidak puas dari pendukung Perancis (terlebih setelah insiden dikeluarkannya Zidane dari lapangan), dan gemuruh kemenangan dari fans Azzurri. Gue larut dalam perayaan kemenangan pendukung Italia. Akhirnya, penantian gue terbalas sudah. Meski Inzaghi tidak juga main sampai detik terakhir...tapi kekecewaan gue cukup terbayar.

Tapi, melihat gerombolan Italia menyanyikan lagu kemenangan dalam bahasa nenek moyang mereka, lengkap dengan bendera merah-putih-hijau yang berkibar-kibar, dan sebagian malah dililitkan ke tubuh mereka, membuat gue merasa terasing. Cinta gue sama Azzurri adalah cinta tak berbalas. Sampai kapanpun, gue nggak bisa disamakan dengan pendukung asli Italia. Gue bukan orang Italia, secinta apapun gue pada Azzurri.

Dan tiba-tiba, gue merasa rindu. Rindu dengan hadirnya tim sepakbola negara gue di ajang internasional seperti ini. Rindu menyanyikan lagu kemenangan dengan bahasa Indonesia. Rindu melihat bendera merah putih yang berkibar, tanpa embel-embel hijau atau biru.Rindu mendapat cinta yang berbalas, dari sebuah tim bertajuk PSSI. Mungkinkah?

Friday, July 07, 2006

BookCrossing

A book is not only a friend, it makes friends for you. When you have possessed a book with mind and spirit, you are enriched. But when you pass it on you are enriched threefold.
Henry Miller-The Books In My Life (1969


Sepotong kalimat itu yang jadi salah satu pemikiran dibentuknya BookCrossing. Awalnya, gue lagi jalan-jalan sama anak-anak kelas gue ke Peace Palace, bangunan tua di Den Haag yang juga berfungsi sebagai International Court of Justice dan Permanent Court of Arbitration. Waktu kita lagi mengagumi Api Perdamaian yang terletak di depan gedung, lengkap dengan batu-batu perdamaian yang melambangkan tiap negara di seluruh dunia, mata gue menangkap ada benda yang tergeletak di salah satu bangku deket situ.

Ternyata sebuah buku, novel berjudul Life Of Pi yang keliatannya udah agak lecek, dengan halaman-halaman yang udah berkerut termakan cuaca. Penasaran, gue ambil buku itu. Di covernya ternyata ada tulisan : Free Book. Menarik, pikir gue. Gue buka buku itu, dan di cover bagian dalam ada label dengan penjelasan yang lebih menarik lagi.

Ternyata buku itu adalah bagian dari aktivitas BookCrossing, komunitas para pencinta buku yang saling mengoper buku secara berantai ke seluruh dunia. Menurut kamus Oxford, kata bookcrossing sendiri memiliki arti:

n.the practice of leaving a book in a public place to be picked up and read by others, who then do likewise

Dan gue, yang sebelumnya nggak tau apa-apa soal organisasi ini, jadi sangat-sangat tertarik, membayangkan buku di tangan gue itu udah jalan-jalan keliling dunia, berada di tangan-tangan para traveler yang juga doyan membaca, menemani perjalanan orang-orang dengan ceritanya yang memikat (gue sendiri udah pernah baca The Life of Pi, dan sangat terkesan dengan ceritanya).

Ide dasar aktivitas ini sederhana: baca bukunya, dan kalau udah, lepasin lagi dia ke alam liar di luar sana.

Nggak hanya manusia yang senang dengan kebebasan, buku pun pasti senang bisa punya spirit menjadi bagian dari the world walking library seperti ini. Jadi pesen gue, kalo menemukan buku berlabel Free Book yang jadi bagian dari komunitas BookCrossing, please treat it with kindness, baca, dan lepasin lagi dia ke dunia luar, berharap dia jatuh ke tangan-tangan yang membutuhkan.

Dan jangan lupa, kabarin gue ya kalo udah...=)

Tuesday, July 04, 2006

Paris, dan Da Vinci Code

Sekitar dua minggu yang lalu, gue berkunjung ke Paris. Hanya tiga hari, berangkat hari Jumat pagi naik Thallys, pulang hari Minggu malam naik kereta yang sama. Jujur, tujuan utama gue cuman satu, singgah di Louvre, museum super besar yang namanya makin berkibar setelah demam Da Vinci Code.

Gue berusaha sebisa mungkin untuk menikmati suasana yang ditawarkan Paris. Mulai dari menapaki gereja Notre Dame yang bikin gue teringat sama film Disney Hunchback of Notredame, foto-foto dari atas monumen Arc de Triomphe, menyusuri Les-Champs Elysees yang selalu padat, mengagumi keunikan bangunan Site du Centre Pompidou yang sarat dengan aroma seni, tidur-tiduran santai di taman dekat Plaza Concorde, menanti lampu menyala di Menara Eiffel,sampai mendaki bukit menuju gereja berkubah Sacré Coeur. Semuanya menyenangkan. Tapi tetap, ada yang mengganjal.

Rasanya berbeda dengan waktu gue singgah di Barcelona, misalnya. Di mana gue langsung bisa jatuh hati dengan kota di negara matador itu. Paris, bagi gue terlalu...komersil. Semuanya berbau-bau turis, terlepas dari semua acara TV yang didubbing Bahasa Perancis dan minimnya toko buku berbahasa Inggris.

Dan yang paling terasa jelas adalah betapa besarnya fenomena Da Vinci Code di kota yang katanya adalah salah satu kota teromantis di seluruh dunia ini. Memang, gue salah satu penggemar berat karya fenomenalnya Dan Brown itu (biarpun cukup kecewa dengan film layar lebarnya). Dan memang benar, salah satu tujuan utama gue mengunjungi Paris adalah untuk mengubek-ubek Louvre yang katanya adalah tempat penyimpanan The Holy Grail yang bikin heboh itu. Tapi...waktu dihadapkan kenyataan bahwa Paris sudah terlalu terkontaminasi dengan Da Vinci Code, kok gue jadi ilfil ya?

Ada Walking Tour yang menyusuri tempat" Robert Langdon berpetualang di kota Paris. Ada audio tour di Louvre yang narasinya dibawakan oleh Jean Reno (salah satu aktor di film Da Vinci Code).Dan bahkan, saat gue menyempatkan diri mampir di Gereja San Sulpice (yang juga jadi salah satu setting novelnya Dan Brown), ada artikel-artikel tentang Da Vinci Code dipasang di sana, tepat di sebelah roseline yang terkenal itu.

Hmmm...anyway. I really enjoyed my stay in Paris. But for me, Paris is just...another city. Not the city of love, or the city of romance. Or even the city of The Holy Grail. It's just another city. And maybe I didn't really like it, or fell in love with it. But I will remember my times spent there. And the memories I made there. And just hoping that someday, I will return =)

Monday, June 26, 2006

A Rush of Blood to My Head

A few days ago, I went to Wallibi World (previously known as Six Flags), a great amusement park in northern part of Netherlands, with my friends from school.
It's been a while since my last experience to ride crazy attractions like roller coasters, and i felt rather afraid yet excited when I arrived there.

And really, all the roller coasters were crazy. The one that made our legs hanging in the sky, one with the highest peak ever(and I know how much I hate height!!!), one with terrible speed, and the craziest thing that made us rode backwards. Damn!

But true, that day I felt the adrenaline, the blood rushed to my head, a feeling that I haven't felt for quite some time.

Unfortunately besides the excitements, there were other things that made my blood rushed to my head. I met a bunch of bastards there in the park, Dutch boys that made several annoying comments while we were quieing for the ride. They kept asking my friend from Carribean if she came from Africa and whether she's legal here in Netherlands. C'mon! I think even a whole of African and Carribean students got better education about how to talk with people politely than those useless Dutch boys.

Okay, people here told me that the Dutches are very unwelcome to the immigrants because lots of the immigrants are trouble makers. But please, how about us, foreign students that just want to make our life better by studying here in the so-called-civilized country?

On the way back from the park, there were other incidents in the bus. I sat with my Chinese and Taiwanese friends, and a bunch of Turk and Moroccan boys kept shouting and singing bad words about Chinese people.One of my Taiwanese friends shouting back to them, but all she got were more insults from those crazy people.

I just could not stop wondering. What's wrong with the system here? When good people like my housemate who tried to get a decent job here got bad response only because the office did not want to arrange the documents for her, but racist people like silly Dutch boys in the park and trouble makers in the bus could live freely.

I'm totally speechless. Just feeling the blood now, rushing to my head, again.

Tuesday, June 13, 2006

Underdog

n. person,etc thought to be in a weaker position, and so unlikely to win a competition

Mungkin karena punya rasa empati yang terlalu besar, gue selalu merasa sedikit sedih kalo nonton pertandingan yang melibatkan tim yang tidak dijagokan. Dan biasanya, tanpa disadari, gue jadi mendukung tim underdog dalam hampir setiap pertandingan.

Termasuk dalam piala dunia kali ini. Seneng banget ngeliat tim debutan seperti Trinidad dan Tobago berhasil menahan imbang Swedia yang menyerang bertubi-tubi. Atau juga usaha Ivory Coast yang berusaha mati-matian melawan raksasa seperti Argentina.

Apalagi kalau baca sejarah sepak bola di beberapa negara debutan dari Afrika, seperti Angola yang merasa bisa memulihkan kembali negaranya lewat keikutsertaan di Piala Dunia 2006 setelah menderita perang sekian lama. Miris.

Jadi...selamat berjuang tim-tim underdog..Tetap semangat!

ps: hanya saja, kalau sudah berhadapan dengan Italia, gue nggak bisa menyangkal. Cinta gue tetep sama Azzurri (Biarpun banyak yang protes sama gaya bermain mereka..Divingnya, sandiwaranya, dramanya...Hahaha....Justru itu yang bikin tambah seru!) Maaf yaaa.... =)

Friday, June 09, 2006

Super Indo

Sejak tinggal di Belanda, gue semakin sadar kalau ternyata banyak banget orang Indonesia di negara ex penjajah kita ini. Mulai dari pelajar yang niatnya murni untuk sekolah, perempuan yang nikah sama laki-laki Belanda dan membentuk keluarga disini, sampai pekerja ilegal yang sebenernya nggak punya ijin kerja resmi tapi nekat berjuang demi sesuap nasi (atau dengan kata lain, demi menumpuk Euro).

Dari sekian banyak jenis orang-orang Indonesia yang ada di sini, gue paling tertarik sama anak-anak Indo. Anak-anak yang punya tampang sama seperti anak-anak Indonesia pada umumnya, tapi nyaris nggak ada kesamaan dalam hal lainnya. Mereka, entah memang punya darah campuran Belanda dari orang tuanya, atau sudah sejak lahir ada di Belanda, rata-rata nggak bisa berbahasa Indonesia. Bahasa yang mereka kenal adalah Bahasa Belanda, dan mungkin hanya segelintir dari mereka yang masih familiar dengan budaya Indonesia.

Beberapa dari mereka masih menyempatkan waktu untuk "pulang" ke Indonesia dalam jangka waktu tertentu, tapi nggak semua peduli dengan isu-isu hangat di Indonesia seperti kenaikan BBM atau heboh RUU Anti Pornografi dan Pornoaksi kemarin ini.

Pertama kali mengenal kelompok ini, gue sempet sebel setengah mati. Mereka nggak pernah ngomong bahasa Indonesia, biarpun lagi ngumpul sama anak Indonesia yang nggak bisa berbahasa Belanda, dan membentuk komunitas sendiri yang kadang-kadang lebih Belanda dari orang Belanda pada umumnya. Dan gue, tanpa sadar sering meremehkan mereka. Tau apa mereka soal kondisi Indonesia, kebobrokan yang ada dan rasanya hidup di negara yang nggak pernah lepas dari masalah setiap harinya. Negara yang masih ngutang ke mana-mana, sementara musibah dan bencana datang silih berganti. Tau apa mereka soal Maliq n The Essentials, geliat film Indonesia, megap-megapnya PSSI, dan semua manis pahitnya menjadi penduduk Indonesia.

Dan begitulah. Gue mulai bersikap apriori. Sikap yang sebenernya sangat gue benci.

Sampai akhirnya weekend kemarin, gue pergi ke Groningen, sebuah kota kecil di sebelah utara Belanda. Perjalanan 3 jam naik kereta gue bela-belain demi dateng ke satu event olah raga yang melibatkan seluruh student Indonesia di Belanda. Terlepas dari serunya pertandingan, habisnya suara gue karena sibuk menyuport tim kota Den Haag, dan gelar juara umum yang nggak disangka jatuh ke tangan kita, ada satu hal yang bikin gue miris.

Tim bola kota Deventer, yang emang kualitasnya di atas rata-rata, berhasil masuk ke final. Tapi menjelang pertarungan puncak itu, masalah muncul. Tim mereka diprotes keras oleh peserta lainnya karena mayoritas diisi anak-anak Indo yang hanya berkomunikasi dengan bahasa Belanda. Konflik pun terjadi, tim Deventer nyaris mengundurkan diri kalau saja nggak ada segelintir anak-anak yang peduli dan ikut memperjuangkan hak mereka ke panitia.

Dan sepanjang final berlangsung, teriakan dari kubu anti tim Indo ini semakin menggebu-gebu. "Hidup Indonesia!!" adalah satu teriakan menjurus provokasi yang banyak terdengar dari para suporter di pinggir lapangan.

Tiba-tiba, semua prejudice gue sama anak-anak Indo itu menguap. Mereka sama seperti gue. Pengen diterima, butuh komunitas. Dan mungkin lebih sulit buat mereka, yang sering terkesan masih bingung sama identitas mereka sendiri. Yang punya kulit gelap seperti gue tapi nggak bisa bahasa Indonesia, yang bangga banget pake kaos bertulisan "Super Indo", meskipun pertalian mereka sama Indonesia sangat-sangatlah tipis.

Dan gue bersyukur, setidaknya gue tau gue belong di mana, meskipun gue pantas merasa malu, dengan rasa "sok nasionalis" gue selama ini yang ternyata hanyalah semu.

Thursday, June 01, 2006

6.234

Itu data per pagi hari ini tentang jumlah korban meninggal akibat gempa di Jogja. Menyedihkan memang, ketika nyawa manusia yang hilang harus digambarkan dengan angka-angka berakhiran "ribu". Dan lebih menyedihkan lagi harus mendengar berita buruk tentang negara tempat kita lahir tanpa bisa berada di sana. Dengan kata lain, hanya mengandalkan gambar dari televisi asing dan berita-berita internet untuk bisa membayangkan kondisi yang ada saat ini.

Seorang teman di Indonesia mengirim SMS, "Kelihatannya orang-orang Indonesia yang ada di luar negeri lebih heboh tentang bencana ini dibanding orang yang ada di Indonesia sendiri. Kenapa ya?"

Jawabannya, mungkin karena berada di luar negeri membuat perasaan tidak berdaya, tidak bisa berbuat apa-apa, tidak bisa berada di dekat orang-orang yang paling berarti. Entahlah.

Tapi tetap, kepedulian ada di mana-mana. Contoh paling kecil, hampir setiap blog yang gue kunjungin menyinggung tentang gempa Jogja di postingannya. Dan gue pikir, semuanya merasakan kepedulian yang sama. Baik dalam bentuk rasa duka cita, keprihatinan, menunjukkan link ke kantung sumbangan, atau bahkan berbagi pengalaman, seperti Mas Andi yang niatnya liburan ke Jogja tapi ternyata malah kebagian gempa.

Anyway, turut berduka cita sedalam-dalamnya, untuk Indonesia, khususnya semua yang ditinggalkan, kehilangan, dan harus menata kembali kehidupannya dengan sisa yang ada.

Tuesday, May 23, 2006

Nostalgia 80-an

Kemaren pas lagi blogwalking di sela-sela bikin report (halah...padahal banyakan browsingnya), gue menemukan sebuah blog lucu. Isinya tentang semua hal yang menyangkut tahun 80-an.Taglinenya aja udah bikin senyum senyum sendiri: Memble tapi Kece. Hehehe, berasa lagi baca buku-buku Lupus jaman dulu.

Dibilang generasi yang besar di tahun 80-an mungkin nggak sepenuhnya bener buat gue. Gue lahir di penghujung tahun 80, dan ingatan tentang dekade itu sebagian cuma samar-samar aja. Jadi waktu gue menelusuri blog itu, nggak semua fenomena tahun 80-an yang ada di sana familiar buat gue.

Tapi bahagia banget waktu baca postingan tentang jajanan tahun 80-an, dengan wafer superman dan cokelat ayam, permen chelsea dan cocorico, minuman vitacharm dan jus kotak GoGo, atau jajanan penuh bumbu penyedap seperti Anak Mas dan Krip-krip. Berasa semua rasa makanan itu ada lagi di lidah gue.

Juga waktu gue baca postingan tentang Buku Trio Detektif (favorit gue banget, bahkan masih ngelengkapin koleksinya sampe sekarang), Film-film Warkop DKI dan Catatan si Boy, Albumnya Vina Panduwinata dan bahkan bahasan tentang Coverboy & Covergirl majalah MODE! Hahaha...

Berasa balik lagi ke jaman dulu, jaman di mana seragam kebangsaan kakak cowok gue adalah wristband dan headband, dengan gaya-gaya breakdance amatirannya itu..Jaman di mana uang jajan gue selalu abis buat koleksi sapu tangan dan pritilan Hello Kitty dan Sanrio...Jaman di mana seratus rupiah itu bisa dapet Krip-krip 4 bungkus...Jaman di mana mobil VW Kodok bukanlah mobil gaul tapi emang mobil kebanyakan..

Jaman yang buat gue, berarti 1 kata: childhood...=)

Monday, May 15, 2006

Future Talk

It's like 4 months to my graduation day (if everything is going smoothly), and one of the most popular topics nowadays between me and my foreign classmates is about "going home...or stay?"

For me, the question is rethorical. Of course I will go home! Back to my beloved country...and from my so-called-idealistic-point-of-view, "Do something for Indonesia".

But true, this thought is getting more and more vague. My Latin American friends said to me to at least consider staying here, try to find a job...or a man! Hehehe...They remind me of all the great possibilities if I stay here. More money, better future, and as my Honduran friend said "You can do something for your country better if you had more experiences here."

My friend from Nicaragua even try to find a woman who wants to pretend being his fiancee, to make him easier getting the residence permit here.Talking about effort!

Okay, try not to think about the difficulties first, about my limitation in Dutch language, about the priority they have for the European Union citizens, and about the small opportunities of finding the job I really want here.

Think first about "Do I really want to stay here?" In the country that has freaking system for almost everything, from the education system to the gas and electricity payment system...In the country where you could really know the meaning of "bad weather"...In the country that will cost you a lot just to find a proper place to stay...

Anyway...Maybe it's not about idealistic reason anymore..Maybe the reason why I want to go back is simple. The familiarity of everything, the comfort I have around my friends and family. Or in other words, the crazy, chaotic place I called home..

Friday, May 05, 2006

Places I Love The Most

Kalo ada satu tempat yang bisa bikin gue ngerasa seperti di rumah sendiri, itu adalah toko buku. Dari dulu gue selalu suka nongkrong di toko buku, sekedar liat", browsing buku baru, cari buku lama, atau menikmati suasana...Wangi yang khas dari lembaran" kertas, rak" tinggi menjulang, dan orang" yang tenggelam dalam dunianya masing"...

Kalo di Bandung, gue paling seneng nongkrong di Gramedia lantai paling atas, tempat buku anak" dan novel" fiksi dijual. Gue seneng ngeliat orang tua yang lagi ngedampingin anaknya milih" buku, sementara gue sendiri sibuk browsing novel" Agatha Christie, salah seorang pengarang terbaik sepanjang masa menurut gue..

Omunium juga salah satu tempat nongkrong favorit gue. Orang" nya ramah", dan punya pengetahuan yang luas soal buku, jadi nggak segan" memberi komentar atau saran tentang suatu buku kalo kita minta. Biasanya gue nyulik si Tha ke toko kecil yang terletak di depan mantan sekolah gue itu. Cari" buku mulai dari Trio Detektif (yang bikin gue terkenang" sama masa kecil dulu), Kahlil Gibran dan Paulo Coelho, buku" sastra yang lumayan berat kayak Pramoedya (alm) atau Remy Silado, sampe sastra Indonesia kontemporer karya" angkatan Ayu Utami dan kawan"nya. Dan yang paling menyenangkan dari Omunium adalah harga buku" nya yang di bawah kisaran toko" besar pada umumnya...

Di Jakarta, gue paling suka nongkrong di Kinokuniya Plaza Senayan. Tinggal pilih salah satu bangku di pojokan, ambil satu novel berbahasa inggris yang kadang nggak sanggup gue beli dengan gaji reporter gue yang nge pas (hahaha, it's true!), trus mulai deh...memanfaatkan toko buku seperti perpustakaan... Sampe pernah, gue disamperin satpamnya karena udah terlalu lama nongkrong disana. Tapi gue nggak kapok, dan terus datang lagi....Sayangnya, nggak semua buku disana available untuk dibaca", karena sebagian besar masih dibungkus plastik...

Aksara Kemang juga tempat yang menyenangkan. Banyak buku" aneh terutama tentang musik, film dan fotografi yang dijual di sana. Suasananya juga menyenangkan, karena sering ada acara" menarik seperti diskusi dan eksibisi di sana. Dan kadang, kalo lagi musim korting, Aksara sering nggak tanggung" dalam menurunkan harga.

Hmm..kalo di luar Indonesia, gue paling seneng sama toko buku Borders di Singapura. Tempatnya bener" nyaman buat nongkrong berjam".. Buku"nya nggak ada yg diplastikin, dan kita boleh pilih posisi seenaknya untuk baca" buku yg ada di sana, dari mulai ngejogrok di sofa sampai lesehan di karpet. Nggak heran toko ini rame terus, apalagi kalo weekend dia masih buka sampai midnight..

Selama gue di Belanda, toko buku jadi satu hal yang cukup mewah buat gue. Bukannya apa", tapi disini jarang banget toko yang jual buku dalam Bahasa Inggris dengan harga miring. Yang ada, kalo nggak harganya mahal, ya jualnya buku" berbahasa Belanda. Nasib tinggal di negara yang nggak memakai bahasa Inggris sebagai bahasa utama...

American Book Center (ABC) di Den Haag adalah satu dari sedikit toko yang menjual buku bahasa Inggris. Sayang, tempatnya kecil, dan terlalu crowded. Tapi di lantai dua yang menyerupai loteng kecil, banyak buku" lama dan secondhand yang dijual dengan harga murah.

Waterstone's di Amsterdam juga jual buku" bahasa Inggris, secara dia adalah cabang dari salah satu toko buku terbesar di Inggris. Tapi tempatnya nggak terlalu nyaman, bukan tempat yang tepat kalo kita pengen berlama" menikmati suasana.

Anyway...Kayanya kalo mau nulis tentang ini, bisa nggak berenti"...Yang jelas, toko buku jadi satu tempat yang wajib banget buat didatangin seandainya gue singgah ke suatu kota...Terutama kalo gue lagi merasa lost banget, dan pengen feels at home...

Tuesday, May 02, 2006

Eternal Sunshine of The Spotless Mind

Kalau sedang dihadapkan sama sebuah masalah, kita jadi bisa melihat hidup dari sudut pandang yang berbeda.

Setiap orang punya masalah masing". Orang" optimis menyebutnya sebagai "tantangan". Tapi gue, simply call it "freaking annoying problem". Pendekatan orang ke masalahnya pun cenderung berbeda".

Seorang sahabat gue di tempat yang jauh bilang, yang perlu gue lakukan adalah berdamai dengan hidup gue sendiri. Try to find a proper place for myself..and live my life as if I would die tomorrow.

Seorang sahabat gue yang lain mengingatkan gue supaya mulai fair sama perasaan gue sendiri, dan jangan terlalu memikirkan perasaan orang lain. Belajar untuk deal dengan perasaan gue, adalah satu hal yang sedari dulu sangat sulit untuk gue lakukan..

Seorang teman gue, orang Belanda yang sama sekali nggak tau masalah apa yang sedang gue alamin, pernah bilang kalo cara dia mengatasi masalah adalah dengan menjalaninya seolah nggak terjadi apapun. "The trick is to keep on breathing..."

Sementara adek gue, one of the few people that truly understand my way of thinking, bilang ke gue kalo "jangan dipikirin, karena these too shall pass..."

Ada cara yang mudah untuk mengatasi masalah, ada cara yang sulit. Ada jalan pintas yang bisa diambil, tapi ada juga pelajaran yang lebih berharga yang pantas untuk didapat. Ada rasa ingin memaafkan, namun tetap tidak bisa melupakan.

Tapi yang pasti, email dan sms, chatting dan percakapan telepon, obrolan tengah malam, atau dalam kata lain, teman-teman. Just to know that I'm not alone. Itu yang paling penting. And I could really have the eternal sunshine of my spotless mind...

Thanks guys...

Tuesday, April 25, 2006

Astrid Juga Manusia

When I thought that my heart couldn't feel any more hurt..
Voila, it hurts..
So much...

I'm too tired for this...
Just fucking tired.

Friday, April 21, 2006

Aslan is Near!

Begitu bangun pagi ini, yang pertama gue denger adalah suara burung berkicau di luar jendela kamar gue. Penasaran, gue buka jendela kamar, dan emang bener, ada suara-suara burung yang rame berceloteh.

Begitu keluar rumah, yang pertama gue rasain adalah hangatnya sinar matahari...Dan insting pertama gue adalah mau langsung buka jaket dan nekat jalan hanya dengan kaos lengan panjang. Untung gue masih waras, dan akhirnya memaksakan diri untuk terus pake jaket (hmm..mungkin...kalo situasi ini bertahan terus, gue bener" bisa mempensiunkan jaket tebel gue dalam minggu" ini...).

Begitu gue nyusurin sepanjang jalan depan rumah, yang gue perhatiin adalah pohon-pohon yang mulai menampakkan warnanya lewat kuncup" yang mulai mengembang. Hijau. Dan gue jadi inget pemandangan indah sepanjang jalan dari Den Haag ke Hilversum kemarin, yang gue liat dari balik jendela kereta. Hamparan bunga tulip beraneka warna, dari mulai ungu, merah muda, pink sampai kuning..You name it...Serasa ngeliat permadani warna warni terbentang luas...

Dan gue, yang lagi keranjingan baca Chronicles of Narnia, jadi berasa ada di Narnia, saat Aslan mulai mendekat...=) Spring, here he comes...

Thursday, April 13, 2006

True Color

Dari postingannya Tha, gue terjebak mengikuti another silly test...and the result is:

You're brown, a credible, stable color that's reminiscent of fine wood, rich leather, and wistful melancholy. Most likely, you're a logical, practical person ruled more by your head than your heart. With your inquisitive mind and insatiable curiosity, you're probably a great problem solver. And you always gather all of the facts before coming to a timely, informed decision. Easily intrigued, you're constantly finding new ways to challenge your mind, whether it's by reading the newspaper, playing a trivia game, or composing a piece of music. Brown is an impartial, neutral color, which means you tend to see the difference between fact and opinion easily and are open to many points of view. Trustworthy and steady, you really are a brown at heart.

And my opinion?
I'm not logical, I'm almost emotional..But I do like the neutral one, it does suit me..I hate close-minded people who tend to judge others point of views...

But anyway. it's just a test. Sometimes I even answer differently on the same test..Because people change...And the result depends on our mood when we do the test...

Monday, April 03, 2006

Guilty Pleasures

When I was a little girl, if I liked something, I tended to become addicted to it. But then, out of the blue, I will get bored and then just leave it behind me...That bad habit is still with me now, in my 25-years-old-body-and-soul...

I am crazy about Harry Potter..and I read the books without knowing the time..I remember I even read one of those when I was in my exam period in college, and I just couldn't stop! I know all characters, I even tried some of Harry Potter quizes and got 100% score in almost all of them...

I also had a BIG crush of Leonardo DiCaprio...I watched all of his movies (and still am!), I collected his pictures, and I even had clippings about him when I was in junior high school...(but trust me, I've stopped this habit since then..hahaha).

And how about the New Kids On The Block era? OH MY GOD! How I was sooo in love with Jordan Knight, begging my mom so I could watch their concert (my first concert ever), feeling so good because I was the first one who had NKOTB backpack in the elementary school, and how I know every lyric of their songs and every step by step of their dance...Damn embarrasing if I think about it now...

And now...when I think there's no stupid things that could make me feel addicted..I bumped into one of yahoo crazy service, when everybody could ask and answer each others questions (and collected points)..How I like to answer those crazy questions, and ask my own crazy question just to find out how others will respond to it...And again, without realizing it, I've become addicted to something stupid!

When will I get rid of these guilty pleasures? Or is it only a part of being a human? Does anybody out there have his own guilty pleasure and are willing to share it with me? So maybe...I could have less guilty feeling...=)

Wednesday, March 22, 2006

A Letter from Faraway Land

Kemaren ini gue dikasih tau kalo ada sepucuk surat buat gue yang masih nyasar ke rumah lama. Gue pikir, pasti surat dari bank, sekolah, atau brosur" nggak penting lainnya. Dan betapa kagetnya gue waktu tadi siang Hesti (mantan temen serumah gue)ngasih selembar amplop warna merah muda dengan nama gue yang diketik pake mesin tik manual. Entah kapan terakhir kalinya gue dapet surat dalam wujud yang sesungguhnya, karena biasanya urusan surat menyurat dengan temen" dan keluarga selalu gue lakuin melalui email.Tapi karena gue harus masuk kelas dan kuliah hari ini lumayan padat, surat itu pun sedikit terlupakan.
Gue baru sempet buka surat itu sesudah nyampe di rumah malem ini, dengan perasaan bete dan kecewa luar biasa karena ada sesuatu yang terjadi di luar rencana gue. Sambil duduk sendirian di depan TV, gue buka surat itu, yang ternyata isinya pun diketik dengan mesin tik manual, lengkap dengan tip ex dan beberapa coretan di sana sini.

Di bagian kop surat, tertera nama dan alamat Oma gue di Bandung, yang dicetak dengan bentuk tulisan kaligrafi. Tampak coretan tipis pensil yang mengganti nama Oma gue (yang udah meninggal tahun 2004 lalu) dengan nama Opa gue. Gue sedikit merinding. Udah lama gue nggak denger kabar dari Opa gue. Korespondensi terakhir yang kita lakuin adalah melalui email, itu pun lebih banyak cerita dari pihak gue, dan curhatan dari pihak Opa gue.Dan untuk sementara waktu, sosok Opa agak menghilang dari pikiran gue.

Pelan" gue baca surat itu, yang ternyata diketik dengan campuran bahasa Indonesia, Inggris dan Belanda. Beberapa kosakata yang nggak gue ngerti, akhirnya berusaha gue tebak sendiri. Dan tanpa gue sadar, setitik air dari mata gue tiba" menetes ke kertas itu. Gue bisa ngerasain betapa Opa gue sangat merindukan Oma gue, ketika dia merekomendasikan gue tempat" indah yang pernah mereka kunjungin bareng di Belanda, Belgia dan Jerman. Atau ketika dia mengingatkan gue sama darah Belanda yang masih ada dari pihak Oma, dan membandingkan kesamaan sifat gue dan Oma gue.

Dan terakhir, surat itu ditutup dengan beberapa kalimat bahasa Inggris, yang menyemangati gue untuk sukses dalam studi gue, untuk tetap semangat dalam menjalani hidup gue, dan untuk mencoba mengerti arti hidup : "You will understand life much better if you are able to manipulate your way of thinking, avoiding pain and frustration. And that's not thaught in ordinary schools throughout the world."

Suddenly, I feel much better. Bete gue langsung ilang, masalah gue nggak ada apa" nya. Gue masih punya sejuta hal yang bisa gue syukurin dalam hidup, dan salah satunya, datang dalam wujud sepucuk surat beramplop merah muda...

Friday, March 17, 2006

From Barcelona with Luv



Minggu lalu gue baru ikut program workshop dari sekolah di Madrid. Dan dengan semangatnya, gue langsung memperpanjang beberapa hari untuk jalan" ke Barcelona.

And immediately I just fell in love with the city...Jalan"nya, bangunan dan gedung"nya, cafe"nya, taman dan air mancurnya, matahari dan suhu 18 derajatnya, orang" yang udah lalu lalang make tanktop, aroma udara dari laut, tapas yang dijual di mana", artis" yang berkeliaran dengan kostum aneh di La Ramblas...I love almost everything about this city...Gue bahkan bisa mentolerir cowok aneh yang satu kamar sama gue di hostel, kemampuan bahasa inggris orang" spanyol yang terbatas, harga makanan dan suvenir yang hampir semua mahal, dan copet yang banyak banget di mana"...

And suddenly, I missed my mom soooo much....Gue inget obsesinya sebagai seorang arsitek buat dateng ke kota ini, betapa ngefansnya dia sama Gaudi dan bangunan"nya, betapa dia ngotot kalo "Jalan di Barcelona itu salah satu yang terbaik di dunia lho", dan titipan"nya supaya gue foto" sebanyak mungkin sudut kota Barcelona...

Dan sambil merasakan sinar matahari yang hangat di atas kepala gue, menyusuri Passeig de Gracia dan lewat di depan Cassa Milla, gue berjanji dalam hati, "Someday, we're gonna walk together in this street, Mum..."

Friday, March 03, 2006

Sugar-Honey-Ice-Tea!*

Yesterday, finally I've received all my grades for previous semester. It's not really bad, although I think I could have done better...Thanks to my laziness and deadline-minded! =)

Actually, there are lot of things that I've learnt since I've been in this course. The framework of thinking with more flexibility, doing qualitative papers with convincing argument instead of just rellying on numbers like I usually did in my bachelor study (for god sake, I was studdying industrial-engineering then...!), trying to work together with people from around the world...adjusting to any kind of people with different culture and background...and even trying hard to fit in with the Dutch-teaching-system...It's hard, but also fun in the same time...

Anyway, as I collected my papers in International Office yesterday, I've accidentally bumped into my friend's assignment. And without thinking, I read the note that was placed in the front page of her paper. It's my teacher's handwriting.

"If you want to graduate with distinction, you have to get 8 for the average grade. And you still can do it if you want to improve this paper".

And suddenly, I felt sick. It's been allowed to receit your paper if you get the score under 5.50. But for me, to give the second chance just to make a student graduated with distinction is not a really fair thing to do. Especially if you know exactly how close this teacher to that particular student.

How if there are other students who have exactly the same grade with her? Do they also deserve the second chance? And how about other students who have the score a little bit lower than her? Is it really unfair if they also ask for the opportunity to upgrade their score?

I have no idea why this thing really bothered me, because I'm not a kind of person who like to mess around with other people's businesses. Maybe because I hope for a more fair system here..But you never know..Maybe it's all the same everywhere, even here, when justice and fairness become one of the most crucial things..Or am I being too judgemental? Or maybe...deep down inside...I just hope that I will be given that second chance also...

*Sugar-Honey-Ice-Tea = SHIT! taken from Icha Rahmanti's Beauty Case...

Thursday, February 23, 2006

Part of My Dreams...





Gue, seperti juga setiap orang di dunia, punya banyak mimpi...Dari mulai yang standar dan mulia seperti lulus kuliah dengan nilai bagus, bisa ikut ngajar keliling Indonesia, membahagiakan orang tua, dan punya rumah di tepi pantai, sampai yang sedikit gila seperti jalan" keliling dunia, bisa ketemu sama orlando bloom dan punya peternakan anjing (huehueheuheu...it's true!)

Kemaren, salah satu mimpi gue yang masuk kategori "mengkhayal", sempet jadi kenyataan. Nonton liga champions di stadion ArenA...

Gara"nya juga kebetulan. Seorang temen gue tiba" nelfon dan ngabarin kalo dia punya satu tiket lebih karena temennya ada yang mendadak batal nonton. Dan gue, serasa dapet durian runtuh, langsung menyambut gembira ajakannya buat beli tiket nganggur itu.

Biarpun sebelumnya gue udah pernah ke stadion arena dan ikut tur keliling disana, rasanya tetep aja beda banget. Puluhan ribu orang menuhin stadion, lebih dari 90% nya adalah pendukung ajax yang membawa berbagai macam atribut, mulai dari bendera sampai spanduk super besar.

Lebih seru lagi, gue nonton sama rombongan dari Italia, tapi alih" duduk di daerah suporter Intermilan, kita malah kebagian tempat di tengah para pendukung Ajax. Yang ada, hanya bisa menahan diri setiap kali para penyerang Inter melakukan serangan" berbahaya atau justru mengeluh dalam hati waktu pemain Ajax mulai memberi umpan" bagus. Itupun masih harus menerima nasib setiap kali ada suporter Ajax yang lempar" sesuatu ke arah kita, mungkin karena familiar dengan raut muka khas italia yang menguasai deretan gue.

Anyway, it was a good game. Biarpun hasilnya seri, tapi permainan Ajax nggak jelek" amat kaya biasanya. Inter yang pas babak satu masih melempem, bisa menyamakan kedudukan dari 2-0 jadi 2-2. Dan yang pasti, berada beberapa meter saja dari Luis Figo tentu beda rasanya dibanding hanya menonton di televisi...

Not every dream is impossible though...=)

Wednesday, February 15, 2006

Salju Yang Menjauh

Selama tinggal di negeri kincir yang berangin dingin dan menusuk ini, gue selalu harap" cemas menunggu salju turun.

Salju, butiran" es warna putih seperti kapas, yang jatuh dari langit sampai membentuk tumpukan lembut di tanah...Itu yang selalu gue bayangin, mungkin terlalu dipengaruhi sama film" Hollywood bersetting natal.

Hari demi hari, sampai suhu udah hampir mencapai minus, yang namanya salju tetep aja nggak turun". Bikin gue sempet berpikir, jangan" salju di negeri 4 musim cuman mitos belaka. Buktinya??? Mana???

Sampai akhirnya, natal udah lewat, dan harapan gue mulai menipis, yang namanya salju akhirnya turun juga. Semua impian masa kecil gue yang terpendam akhirnya keluar semua. Perang bola salju, lari"di bawah butiran tipis selembut kapas, dan bahkan buka mulut lebar" buat ngerasain dinginnya es di tenggorokan (sumpah, gue juga nggak bangga kalo harus inget ini, hehe).

Dan setelah itu, salju pun lenyap. Serasa mimpi, Den Haag kembali lagi seperti semula. Dingin, mendung dan berangin...Tanpa ada tanda" bakal turun butiran kapas dari langit. Apa gue emang cuman ditakdirin liat salju sekali aja ya?

Dan kini, hujan turun terus menerus, angin semakin menusuk, langit berwarna kelabu dan matahari tenggelam semakin lambat...Tanda" datangnya musim semi....Salju gue pun, semakin manjauh...

*Buat pencinta senja di Jakarta....Kalau ada salju lagi, gue kirim kesana yah...=)

Monday, February 13, 2006

And it's all coming back...

ANDIEN - Akankah Mungkin

G Bm
Kuberikan seutuhnya
C D
Kasih sayang hanya padamu
G Bm
Ku bayangkan kemesraan
C D
Kan selalu menyertaiku

FM7 Am/D
Itupun tak cukup
FM7 D
Tuk buat kau bahagia

Reff: C Bm
Akankah mungkin kau menyadari
Am D
Sesungguhnya hati ini tlah kau miliki
C Bm
Akankah mungkin pernah terjadi
Am
Kau kembali padaku
C D
Dan berikan cinta untukku lagi

G Bm
Yang tak mungkinkah mengerti
C D
Kau selalu salahkan aku
G Bm
Yang ku pinta jangan engkau
C D
Samakan ku dengan yang dulu

FM7 Am/D
Apa yang terjadi
FM7 D
Kini kau telah pergi

Kembali ke: Reff

*Suddenly..all the memories are coming back...Thousands miles away...thousands days ago...But here I am now, with a totally different guy from him, singing happily as if this song means nothing for me...*

Friday, February 03, 2006

Rumah Yang Yahud

Dua kamar tidur,
Satu ruang tengah merangkap dapur,
Satu kamar mandi,
Sepetak kebun belakang kecil,
Sebuah jendela depan menyerupai etalase,
Sebentang sungai di bagian depan,
Dan dua orang perempuan di perantauan...

Berharap bisa menemukan rumah sementara,
Sambil menghitung hari sebelum bisa pulang
Ke rumah yang sesungguhnya...

*Baru pindahan nih...Semoga rumah yang baru bawa semangat belajar yang baru buat gue...=)Dan terima kasih untuk semua pihak yang udah bantu" pindahan ini...Dari mulai nyetir mobil box gede (padahal yang kita pesen hanya mobil van), ngangkut-ngangkut barang sampe bersih-bersih...Luv u all!!!!*

Wednesday, January 25, 2006

Clueless

Mungkin nggak sih, membagi hati untuk dua orang yang berbeda?
Mungkin nggak sih, menaruh harapan namun tak mau disakiti?
Mungkin nggak sih, mengambil keputusan tanpa harus mengorbankan?
Mungkin nggak sih, mencintai tanpa harus memiliki?

Tuesday, January 17, 2006

Becoming a Legal Alien

Today I went to the Immigration Office and finally taking my ID Card..After a long and winding process..With lots of worrying, complaining, cursing the Dutch government system, wasting time and also money...At last..I become a legal alien in this freaking country!

But still..after 4 months dealing with the Dutch..there are things that I could not understand..or maybe..do not want to understand.

The way people in public services treated clients..The time wasted for waiting my burger's been done in McD (and they called it fast food...why?)..The high prices for almost everything..The after midnite programs in TV (naked girls, girls with no clothes, girls and even old women looking for dates...goshhh)..The no-rice-and-sambal in KFC (and I always bring my own rice and sambal if I go there...)..The so-called chilli sauce (with no chilli taste at all)..The long for finding bubur ayam after taking a walk on Sunday morning (and found patat instead...)..And the everlasting homesick...

But anyway...I try not to think too much about those things..Because there are such things that I wont trade with anything else..The warme chocolade melk met slagroom..The cold and white snow..The late night laugh and gossip..The exciting new places..The baileys-heineken marathon..The cool and nice city..The friends for better or worse..And the experience of my lifetime...

I keep thank God for giving me this chance..=)

Monday, January 09, 2006

And then they were leaving....

Sabtu kemaren gue nganterin keluarga gue ke schipol. Dan biarpun gue udah ngira kalo gue bakalan ngerasa sedih, ternyata gue bener" nggak siap pas harus saying goodbye sama mereka.

Dan thanks to Malaysian Airlines dan Schipol dengan peraturan baru mereka di mana setiap penumpang harus bawa bagasi yang seimbang (dan gak boleh lebih dari 30 kilo masing", biarpun yang bakal berangkat misalnya 2 orang, tetep harus dibagi rata : 30 dan 30, gak bisa 25 dan 35...), akhirnya suasana menjelang keberangkatan mereka malah diwarnain sama perasaan gondok dan kerusuhan bongkar" barang....Bener" menyebalkan...

Yang ada, gue hanya bisa ngelepas kepergian mereka dengan nahan air mata (damn! kenapa gue harus sedih? toh bakal ketemu mereka lagi), peluk cium yang terburu", dan nahan keinginan yang amat sangat buat ikut pulang sama mereka. Ke Indonesia! Hehehe...

Cemen emang, tapi ternyata dampak kedatangan mereka yang 2 minggu itu bikin gue nyadar kalo gue bener" butuh orang" terdekat gue untuk selalu ada buat gue, nerima gue dengan segala kekacauan gue, ngertiin setiap kegilaan gue, dengerin semua cerita" gue, bikin gue ngerasa familiar dengan kehadiran mereka...Dan sekarang rasanya parno aja kalo harus sendirian, bergelut lagi dengan tugas dan presentasi, mikirin makan apa ya nanti malem, dan ngebayangin kalo di belahan dunia yang lain itu, ada orang" tersayang gue yang (semoga sih) lagi mikirin gue juga...

Is it really better to find something and than lose it than never find it at all?

Wednesday, January 04, 2006

Catatan Tahun Baru

Tiba-tiba udah tahun 2006. Kalender ganti, agenda baru, membiasakan diri untuk nulis "2006" instead of "2005".

Yang berubah lagi, apa? Gue sendiri mulai terbiasa untuk ngeliat pergantian tahun sebagai sesuatu yang nggak terlalu istimewa. Nggak seperti waktu masih kecil dulu, misalnya, dimana gue selalu excited banget menyambut pergantian tahun, berusaha keras buat tidur siang biar malemnya bisa bergadang dan ngejalanin count down bareng keluarga gue...

But time really flies...Tahun demi tahun berlalu...Dan meskipun setiap tahun punya maknanya sendiri, kadang gue terlalu sibuk dan nggak peduli untuk kembali mengingat dan merenung.

Sampai kemarin, ketika gue ngabisin awal tahun ini sama keluarga gue, yang lagi dateng ngunjungin gue dari Indonesia (and for once, I really want time to stop!), bokap ngomong sesuatu tentang masa lalu dan masa kini. Tentang seberapa besar keinginan kita untuk ngelupain hal" jelek dimasa lalu, hanya mengambil sisi terbaik dari setiap kejadian, dan nggak pernah mendendam.

Dan gue jadi tercenung, inget tahun yang baru lewat, seberapa seringnya gue ngerasa dikecewain, seberapa banyaknya penyesalan yang ada terhadap setiap keputusan, dan seberapa jamaknya perasaan nggak bisa memaafkan itu muncul, terutama terhadap diri gue sendiri..

Mungkin, hanya mungkin, karena gue sendiri nggak ngerasa yakin, gue bisa mulai tahun yang baru dengan sebuah catatan kecil untuk diri gue (mungkin semacam resolusi?), untuk berusaha lebih memunculkan yang terbaik dari setiap hal, termasuk diri gue sendiri..No more scepticism..no more unforgivable things...

Selamat memasuki tahun 2006 ya....=)