Sekitar dua minggu yang lalu, gue berkunjung ke Paris. Hanya tiga hari, berangkat hari Jumat pagi naik Thallys, pulang hari Minggu malam naik kereta yang sama. Jujur, tujuan utama gue cuman satu, singgah di Louvre, museum super besar yang namanya makin berkibar setelah demam Da Vinci Code.
Gue berusaha sebisa mungkin untuk menikmati suasana yang ditawarkan Paris. Mulai dari menapaki gereja Notre Dame yang bikin gue teringat sama film Disney Hunchback of Notredame, foto-foto dari atas monumen Arc de Triomphe, menyusuri Les-Champs Elysees yang selalu padat, mengagumi keunikan bangunan Site du Centre Pompidou yang sarat dengan aroma seni, tidur-tiduran santai di taman dekat Plaza Concorde, menanti lampu menyala di Menara Eiffel,sampai mendaki bukit menuju gereja berkubah Sacré Coeur. Semuanya menyenangkan. Tapi tetap, ada yang mengganjal.
Rasanya berbeda dengan waktu gue singgah di Barcelona, misalnya. Di mana gue langsung bisa jatuh hati dengan kota di negara matador itu. Paris, bagi gue terlalu...komersil. Semuanya berbau-bau turis, terlepas dari semua acara TV yang didubbing Bahasa Perancis dan minimnya toko buku berbahasa Inggris.
Dan yang paling terasa jelas adalah betapa besarnya fenomena Da Vinci Code di kota yang katanya adalah salah satu kota teromantis di seluruh dunia ini. Memang, gue salah satu penggemar berat karya fenomenalnya Dan Brown itu (biarpun cukup kecewa dengan film layar lebarnya). Dan memang benar, salah satu tujuan utama gue mengunjungi Paris adalah untuk mengubek-ubek Louvre yang katanya adalah tempat penyimpanan The Holy Grail yang bikin heboh itu. Tapi...waktu dihadapkan kenyataan bahwa Paris sudah terlalu terkontaminasi dengan Da Vinci Code, kok gue jadi ilfil ya?
Ada Walking Tour yang menyusuri tempat" Robert Langdon berpetualang di kota Paris. Ada audio tour di Louvre yang narasinya dibawakan oleh Jean Reno (salah satu aktor di film Da Vinci Code).Dan bahkan, saat gue menyempatkan diri mampir di Gereja San Sulpice (yang juga jadi salah satu setting novelnya Dan Brown), ada artikel-artikel tentang Da Vinci Code dipasang di sana, tepat di sebelah roseline yang terkenal itu.
Hmmm...anyway. I really enjoyed my stay in Paris. But for me, Paris is just...another city. Not the city of love, or the city of romance. Or even the city of The Holy Grail. It's just another city. And maybe I didn't really like it, or fell in love with it. But I will remember my times spent there. And the memories I made there. And just hoping that someday, I will return =)
No comments:
Post a Comment