Friday, July 19, 2013

Properti

Sama sekali bukan tulisan tentang investasi, karena gue sendiri pun bukan ahli investasi. Utang kartu kredit dan KTA belum lunas, reksadana juga baru mulai belum lama ini, dan tabungan juga ngos-ngosan terus tiap bulan...Jadi, mungkin tulisan ini hanya sekadar opini nggak penting dari gue yang sebenernya nggak ada hubungannya juga dengan tips-tips berinvestasi.

Melihat maraknya investasi properti akhir-akhir ini, sedikit menggelitik gue untuk nyinyir tentang fenomena tersebut. Terutama, karena gue sendiri pun belum mendapat kesempatan untuk mempunyai rumah sendiri, dan kebetulan, gue tinggal di apartemen, yang menjadi salah satu target investasi paling hits sekarang ini, terutama di kota besar seperti Jakarta.

Banyak unit di apartemen gue yang kosong (atau setidaknya disewakan harian instead of tahunan) karena tingginya harga sewa yang ditetapkan oleh si pemilik (atau dalam hal ini, melalui agen real estate yang sudah ditunjuk). Rata-rata tarif sewa tahunan ini memang tidak masuk akal, padahal kadang tidak diimbangi dengan fasilitas yang memuaskan (misalnya furnitur yang kondisinya sudah tidak layak, pipa air kamar mandi yang sudah bocor atau AC yang umurnya sudah uzur). Yang membuat kesal, tentu saja kenyataan bahwa semua orang butuh tempat tinggal, dan betapa sulitnya mencari tempat tinggal di Jakarta, yang lokasinya tidak terlalu jauh dari mana-mana.

Sementara para pemilik properti ini sepertinya tidak peduli dengan kesulitan yang dialami para calon penyewa, karena yang penting uang mengalir masuk dan investasi jalan terus. Belum lagi para investor yang sengaja membeli lebih dari satu unit apartemen untuk disewa-sewakan. Pemiliknya sendiri sudah punya tempat tinggal lain entah dimana, dan tentunya nggak begitu peduli dengan kebutuhan calon penyewa- selama apartemen/rumah mereka laku disewakan. Yang bikin bete adalah kalau unit-unit tersebut tetap kosong, harga yang ditawarkan tidak mau diturunkan, dan baik pemilik maupun penyewa sama-sama gigit jari. Dan semuanya hanya karena satu alasan: greed!

Menurut gue, properti adalah bentuk investasi yang paling egois. Bukan saja karena menyangkut kebutuhan dasar orang banyak, tapi karena niatnya biasanya sudah salah dari awal: mencari keuntungan dari kesulitan orang lain. Rumusnya sederhana: cari rumah/tempat tinggal susah, tawarin aja apartemen/rumah untuk disewakan, pasang harga setinggi mungkin karena toh semua orang pasti butuh tempat tinggal, jadi akan ada yang menyewa pada akhirnya.


Oh ya, satu lagi alasan kenapa gue nggak mendukung investasi properti: terkadang, pemilik rela saja rumah/apartemennya kosong, karena sedang mencari satu waktu di mana harga properti semakin menanjak dan kebutuhan semakin meningkat, sehingga di saat yang tepat, boom, ia tinggal menjual propertinya dan mendapat keuntungan berlipat ganda. Tapi....selama rumah/apartemen itu kosong, sebenarnya tanpa sadar ia sudah menyia-nyiakan space yang semakin sempit di kota besar seperti Jakarta ini. Bayangkan ada berapa ribu rumah/apartemen yang tersia-siakan selama dikosongkan seperti itu, yang mungkin jadi salah satu penyebab semakin banyaknya orang yang terpaksa commute- mencari rumah sejauh mungkin dari pusat kota, menambah kemacetan Jakarta, dan lain sebagainya yang dampaknya tak berujung.

Ini belum beranjak ke investor yang lebih canggih semacam gedung perkantoran, hotel dan mall ya. Malas rasanya membahas tentang mereka.

Mungkin, masih ada orang-orang yang berinvestasi di bidang properti dengan penuh etika dan niat baik. Harga reasonable, menyediakan tempat tinggal affordable buat mahasiswa misalnya dengan kos-kosan, and that's great! Yang pasti, jangan sampai kata-kata "investasi" membutakan kita dan membuat kita lupa akan keberadaan yang lebih penting di sekitar kita.

Ps: dan gue harap, seandainya gue sudah punya rumah/tempat tinggal milik sendiri pun, gue masih akan berpikiran sama seperti ini. We'll see :)