Monday, October 22, 2012

Free Malling

Hidup di Jakarta sebenarnya sekarang sudah cukup menyenangkan untuk membawa anak-anak berjalan-jalan. Banyak variasi tempat selain mall yang patut dikunjungi, seperti museum, taman, area outdoor, sampai tempat-tempat bersejarah. Tapi sejujurnya, ada hari-hari dimana gue hanya pingin ke mall, ngadem di ruangan ber-AC (apalagi Jakarta sudah lama banget nggak disambangi hujan) sambil nyantai-nyantai aja.

Tapi, kelemahan mall adalah uang melayang tanpa terasa. Apalagi kalau pergi ke tempat permainan seperti Fun World atau Timezone, huhuuu seratus ribu bisa habis dalam sekejap. Belum lagi kalau disambi ngopi-ngopi, atau makan di restoran...Mana mungkin bisa berhemat, apalagi kalau lagi tanggal tua, menderita banget.

Sayangnya, di mall-mall Jakarta memang belum banyak playground atau tempat bermain yang gratisan. Jadi kita harus pintar-pintar mencari ide yang bisa cukup menghibur hati anak-anak tanpa terlalu mencekik dompet orang tua. Kalau untuk tanggal tua sih, lumayanlah beberapa altenatif di bawah ini =)

1. Free Playground 
Tentu nggak secanggih Giggles di FX dengan semprot-semprotan airnya, atau semeriah Fun World Grand Indonesia yang super heboh. Tapi ada beberapa playground mini yang cukup menyenangkan untuk menghabiskan waktu. di Burger King Senayan City, misalnya, ada ruangan khusus playground anak. Kita bisa membeli soft drink dan duduk menunggu, bahkan kayaknya nggak beli apa-apa pun nggak ada yang peduli juga (meski terlalu pelit sih kalau untuk sekadar soft drink pun nggak mau beli, hihi). Ace Hardware di Living World Mall juga memiliki playground gratisan yang lumayan lengkap dan besar. Sementara itu, di PIM juga tersedia beberapa mini playground (sebenarnya cuman berupa perosotan dan mainan modelnya Little Tikes). Kelemahan playground gratisan, tentu ramenya yang suka nggak kira-kira. Sangat disarankan datang di hari biasa, atau di jam-jam aneh seperti pagi hari pas mall baru buka, atau setelah lewat jam makan siang untuk playground di restoran.

Mainan di Playground gratisan Ace Hardware - kok burem yah...


2. Toy Store
Ini agak tricky sih, soalnya main ke toy store berarti harus siap menghadapi drama dan godaan membelikan mainan. Tapi beberapa toy store memiliki fasilitas bermain gratis yang diharapkan bisa meredam hasrat belanja si kecil. Sogo dan Metro misalnya, sering menyediakan meja khusus untuk bermain lego sepuasnya (selama nggak ada anak lain yang ngantri sih, hehe). Juga suka ada mainan track mobil atau kereta api Thomas yang dinyalakan non stop, lumayanlah menghibur juga untuk tontonan. Di toko mainan lain seperti ELC, Toys Kingdom atau Kidz Station, sebenarnya juga banyak mainan yang boleh dicoba gratis, atau sekadar dipandang-pandang. Asal cukup tebel muka untuk keluar dari toko tanpa membeli apa-apa, dan siap menghadapi drama si kecil, main-main ke toy store bukanlah ide yang buruk.

Nyobain keyboard di ELC, sampe mbak-mbaknya hapal sama yofel =p


3. Art & Craft
Sebenarnya, kalau mau mengeluarkan sedikit modal (30 ribuan rupiah), ada fasilitas mewarnai gambar dengan pewarna cair yang nantinya disetrika dan dikeringkan (nggak tau namanya apa). Selain marak di playground, fasilitas semacam ini juga banyak terdapat di tempat lain di mall, seperti di department store semacam Matahari, di toko buku bahkan di foodcourt. Tapi, kalau memang tidak mau mengeluarkan uang sama sekali, di Paperclip (toko stationery) juga ada fasilitas mewarnai gratis untuk anak-anak. Biasanya mereka menyiapkan area khusus di sudut toko, lengkap dengan meja-kursi, kertas yang sudah ada gambar yang siap diwarnai, dan pensil warna atau crayon. Lumayan juga untuk menghabiskan waktu, dan biasanya tempat ini tidak terlalu ramai.

4. Bookstore!
Tentu saja ini sama tricky nya dengan toko mainan, tapi merupakan alternatif yang sangat menyenangkan. Toko buku yang children friendly adalah Kinokuniya (di Plaza Senayan maupun Grand Indonesia), di mana area buku anak dibuat cukup lega, bisa sambil lesehan, sambil membuka buku-buku yang seringkali tidak dibungkus plastik. Gramedia di Grand Indonesia juga cukup menyenangkan. Selain membaca buku, Gramedia memiliki fasilitas permainan komputer untuk anak (sebenarnya sih ini area promosi untuk menjual DVD atau games edukatif, tapi bisa dipakai untuk main-main kok). TGA di Senayan City juga memiliki koleksi buku anak yang lumayan seru, di samping interiornya yang tak kalah menarik. 

5. Free shows
Setiap mall memiliki daya tarik dan ciri khasnya masing-masing, tapi pasti ada minimal satu show atau pertunjukan atau kegiatan gratisan yang ditawarkan, baik reguler maupun yang khusus. Contoh show gratisan yang reguler: air mancur menari di Grand Indonesia, pertunjukan jam di Plaza Senayan (yang kayaknya nggak pernah berubah tapi tetep ditungguin para pengunjung), atau air mancur menari di taman Central Park Mall (beda jenis dengan Grand Indonesia, yang ini lebih seperti air mancur loncat-loncat). Selain show reguler, tiap mall sering menawarkan show-show khusus terutama di musim liburan sekolah (Juni-Juli atau Desember). So far, gue pernah mengajak Yofel melihat show Spongebob dan Thomas di Central Park, Spiderman di Senayan City, juga Sea World (lengkap dengan touch pool dan aquariumnya) di Citraland Mall. Kelemahannya? Rameeee...jadi harus siap-siap berdesakan atau antri dengan pengunjung lain, terutama di hari libur.

After the show- bisa elus-elus si Thomas =)


6. Every little thing...
Selain kegiatan-kegiatan di atas, masih banyak yang bisa dimanfaatkan dari fasilitas mall, bahkan yang kecil-kecil dan nggak penting. Misalnya, taman di Central Park Mall, seru banget buat lari-larian, atau sekadar ngeliatin ikan koi di kolamnya. Atau di Mal Taman Anggrek, ngeliatin orang main ice skating (terutama kalau lagi ada event perlombaan atau pertandingan hoki) juga nggak kalah seru. Yang juga culun tapi menyenangkan adalah keliling-keliling supermarket pake kereta, terutama kalau ada kereta khusus anak seperti di Carefour yang berbentuk mobil mainan. 

Apapun kegiatannya, yang penting kebersamaannya kan. Jadi, ngemall nggak apa-apa juga kok, asal sesekali tetap main ke luar, cari variasi tempat yang ada udara non-AC nya =)  Oiya, untuk kegiatan ngemall gratisan ini, lebih baik kalau kartu kredit ditinggal dulu di rumah, biar nggak tergoda rayuan anak beli ini-itu.



Friday, October 12, 2012

How Far Will You Go?

Masih ingat kegundahan gue soal Blackberry beberapa tahun lalu? Well, well... Saat gue pikir gue sudah nggak usah diribetin oleh BB dan segala macam dilemanya (dan saat ini memegang satu BB dari kantor dan satu BB dari nyokap).. Who knows? It's apparently only the tip of the iceberg.

Beberapa minggu lalu, gue ketemuan sama temen-temen kuliah, dan satu fenomena yang gue lihat adalah betapa gadget sudah menjadi bagian penting dari hidup mereka. Nggak hanya Blackberry, sekarang hampir semua teman gue itu sudah memegang iPhone atau Android. Tapi kenapa sebagian besar dari mereka nggak melepas BB? Karena teman-teman mereka yang lain masih menggunakan BB dan berkomunikasi via BBM atau BB Group.

Lalu kenapa harus iPhone atau Android? Because they are the "it" phones now! Dan bukan hanya bentuknya yang keren atau feature nya yang canggih lho, tapi juga komunitas pemakainya (banyak yang bilang pemakai BB kurang smart karena sering menyebarkan broadcast message nggak penting). Ditambah lagi, berbagai aplikasi dan sosial media yang eksklusif bisa diakses oleh gadget-gadget tersebut.

Mengutip salah satu teman gue yang meminta gue untuk segera membuat akun Path "Soalnya Twitter udah nggak seru sekarang, ribet!" (Dan gue masih terbayang-bayang hari-hari awal gue berusaha keras memahami kegunaan Twitter. Masa harus diulang lagi sekarang?) Belum lagi Instagram yang membuat setiap pemakainya serasa menjadi jago fotografi dalam sekejap. Lalu bagaimana dengan BBM? Lho, kan ada Whatsapp yang bisa digunakan untuk berbagai smartphone tanpa harus keluar uang!

Anyway, bahkan para pencinta olah raga seperti lari dan sepeda pun sekarang sangat eksis dengan gadgetnya masing-masing, berlomba-lomba untuk menunjukkan kemajuannya melalui aplikasi seperti Endomondo atau Nikeplus.

Semakin terkejut juga saat gue bertemu teman-teman lama dari kantor majalah. iPhone ternyata sudah menjadi bagian hidup mereka juga, termasuk follow-follow-an di Path dan Instagram.

Dan gue jadi bertanya-tanya, sampai kapan ya perjuangan ini akan berakhir? How far will you go until one fine day, you'll decide to say "enough"?