Friday, June 28, 2013

10 years

It's been exactly 10 years since the first time I wrote in this blog. Sometimes I felt like abandoning it, but I've never had the heart to really leave it.

So many things had happened for the past ten years. I had fallen in love and losing it, trying to understand what love is all about, and let go what I thought was my future. I almost gave up on love and relationship, and sometimes I still feel the same, despite everything I've experienced. But I decided to try anyway, for the last time, and I'm grateful that I'm still working on it until this day. (Plus I got the big bonus, something that I've never thought that I would ever do in life).

My life always felt like a roller coaster, I circled the world trying to find out what I'm looking for. And to be honest, I still don't know what am I going to do for the rest of my life.

This past 10 years, I'm basically still the same girl, who loves Leonardo Dicaprio, a huge fan of Inzaghi and Azzurri, and sometimes I felt that time flies too fast.

But I promise myself that I will never give up to look for the meaning of my life. Whatever happens. Wherever I will be. I hope I still have the courage to write down all my thoughts, my passion, my love and my regrets. And thank you for being with me for the past 10 years, readers (whoever you are). I hope you will bear with me for the next coming years :)

Cheers!

Thursday, June 13, 2013

Old

Masih menyambung postingan terakhir yang menyangkut umur dan pekerjaan.

Jadi ya, penuaan mulai terasa saat di kantor semua orang memanggilmu Mbak/Ibu (atau Mas/Pak untuk yang cowok). Gue masih inget waktu gue kerja pertama kalinya, hampir 10 tahun yang lalu, gue selalu sungkan kalau mau manggil ke sesama rekan kerja, biarpun umurnya cuman beda dikit sama gue, pasti tetep gue panggil Mbak atau Mas.

Dan ternyataaa...sekarang, kejadianlah gue yang dipanggil Mbak sama sebagian besar anak-anak kantor, yang usianya memang masih di bawah gue :D

Penuaan juga sangat terasa saat kamu melihat iklan lowongan kerja yang menyatakan kalau salah satu persyaratannya adalah "berumur maksimal sekian sekian tahun terhitung tanggal sekian sekian". Kalau dulu waktu masih mudaan, ngelamar kerja itu lebih ngeliat persyaratan semacam pengalaman, latar belakang pendidikan, dan sejenisnya. Nggak pernah deh kepikir udah ketuaan untuk melamar suatu pekerjaan. Yang ada malah takutnya kurang dalam hal pengalaman. Nah, giliran sekarang pengalaman sudah seabrek, kualifikasi pendidikan lumayan tinggi...ehhhh ternyata...si umur ini yang suka jadi ganjelannya. Ini terutama berlaku untuk orang-orang di posisi middle management ya, yang belum layak apply posisi direktur misalnya, tapi pengalamannya sebenernya udah lumayan oke.

Yang gue berasa banget adalah waktu ngeliat vacancy UN Young Professional Program. Dari dulu ngebeeet banget pengen coba ikutan, tapi entah kenapa momennya selalu kelewatan. Kali ini, giliran gue ngeliat lowongan UN YPP itu di Kompas gede banget kemaren ini, ehhh....syaratnya donk: maksimal 32 tahun terhitung 31 Des 2013. Huhuhuhu pengen nangis daraaaah!!!! Bahkan di bagian FAQ yang ada di websitenya, soal umur ini juga dibahas. Karena sering banget orang-orang nanyain: gimana kalo saya usia 33 di tanggal 1 Desember? Boleh tetep ikutan apply gak? Dan jawabannya teges banget. Even beda sehari pun udah dianggap nggak memenuhi persyaratan. Hikshiks!!!

Terkadang gue jadi suka menyesali betapa banyaknya gue membuang waktu di usia 20-an. If only I knew, so many opportunities, so many chances... Yang mungkin nggak akan keulang lagi di masa depan. Oh well. Hadapilah kenyataan. It's time to move on.

Buat yang tertarik dan masih berusia maksimal 32 tahun sampai akhir tahun ini, monggo cek link ini. Ntar nyesel kayak gue lho!

Tuesday, June 11, 2013

Generasi Tanggung

Kemarin ini gue sempet ngobrol sama beberapa temen kantor yang usianya 20-an akhir atau 30-an awal. Dan menurut kita, generasi yang lahir di akhir dekade 70-an atau awal dekade 80-an adalah generasi yang tanggung. Betul, kita pernah mengalami kebahagiaan luar biasa dalam wujud permainan tradisional semacam mancing belut, galah asin, benteng-bentengan (alias rebonan kalo di Bandung), loncat karet, bekel, congklak dan sejenisnya. Kita juga menjadi saksi hidup dari lahirnya sebuah era baru bernama internet. Masih inget banget seru-seruannya bikin alamat email sendiri, chatting di mIRC sampe nungguin internet dial up di rumah nyambung (dengan bunyi-bunyian yang khas).

Kita adalah generasi yang merasakan dua era yang berbeda, dan dua-duanya sama menakjubkannya. antara Atari dan Play Station, antara Tetris dan PSP, antara video Betamax dan DVD. Dan menurut gue betapa beruntungnya kita yang termasuk dalam generasi gantung ini. Kecuali dalam satu hal: bahasa.

Yep, nyeseeeel banget dulu nggak lebih niat belajar berbagai bahasa. Bahkan bahasa Inggris pun termasuk so-so lah. Bisa sih, nulis/ngomong/baca, tapi nggak yang fluent banget seperti kebanyakan anak sekolah jaman sekarang, yang sejak TK pun sudah cas-cis-cus bahasa Inggris/Mandarin/dll.

Yang lebih parah adalah, rata-rata kita masih mempunyai sekitar 20 tahun-an lagi untuk berkarier. Yang artinya, kita harus bersaing dengan generasi di bawah kita. Sebenarnya, setiap generasi akan mengalami hal yang sama: atasan bersaing dengan bawahannya yang biasanya lebih enerjik, lebih cerdas dan lebih banyak tahu. Hanya saja, di generasi-generasi sebelumnya, gap yang terjadi tidak terlalu besar.

Misalnya saja, gue mungkin memang lebih tahu tentang perkembangan teknologi terbaru dibanding bos gue, tapi pengetahuan gue nggak banyak-banyak banget. Jauh bedanya dengan pengetahuan teknologi yang diketahui oleh generasi keponakan/sepupu gue misalnya, yang mengedit foto lewat adobe saja sudah merupakan keahlian yang wajar. Begitu juga dengan bahasa. Bahasa Inggris generasi gue mungkin sedikit lebih baik dibandingkan dengan generasi nyokap, tapi yang jelas, gap nya nggak sebesar generasi gue dengan generasi para ponakan gue, yang rata-rata sudah berbahasa Inggris dari TK atau SD.

Nah.... sebagai generasi tanggung, banyak banget emang yang harus dikejar. Perkembangan dunia selama dua dekade terakhir ini edan banget soalnya, dibandingkan dengan dekade 50-70an. Seperti meloncati beberapa generasi sekaligus. Dari mulai internet, smartphone, sains dan teknologi... rata-rata apa yang dikhayalkan di film sci-fi jaman dulu, pasti sudah ada dalam kehidupan nyata.

Yang pasti, belajar dari kelakuan para bos yang pernah kerja sama gue, satu hal yang gue harap bisa gue lakukan adalah terbuka pada perubahan. Nggak usah malu-malu deh minta diajarin program baru sama bawahan. Dan nggak ada kata terlambat juga buat belajar, apapun bentuknya. Formal? Non-formal? Yang penting jangan menutup diri, jangan malu mengakui kekurangan kita. Toh, bukan salah kita kan, dilahirkan sebagai generasi tanggung? Lagipula, mungkin anak-anak jaman sekarang bahkan nggak tahu apa itu congklak! :)