Wednesday, March 22, 2006

A Letter from Faraway Land

Kemaren ini gue dikasih tau kalo ada sepucuk surat buat gue yang masih nyasar ke rumah lama. Gue pikir, pasti surat dari bank, sekolah, atau brosur" nggak penting lainnya. Dan betapa kagetnya gue waktu tadi siang Hesti (mantan temen serumah gue)ngasih selembar amplop warna merah muda dengan nama gue yang diketik pake mesin tik manual. Entah kapan terakhir kalinya gue dapet surat dalam wujud yang sesungguhnya, karena biasanya urusan surat menyurat dengan temen" dan keluarga selalu gue lakuin melalui email.Tapi karena gue harus masuk kelas dan kuliah hari ini lumayan padat, surat itu pun sedikit terlupakan.
Gue baru sempet buka surat itu sesudah nyampe di rumah malem ini, dengan perasaan bete dan kecewa luar biasa karena ada sesuatu yang terjadi di luar rencana gue. Sambil duduk sendirian di depan TV, gue buka surat itu, yang ternyata isinya pun diketik dengan mesin tik manual, lengkap dengan tip ex dan beberapa coretan di sana sini.

Di bagian kop surat, tertera nama dan alamat Oma gue di Bandung, yang dicetak dengan bentuk tulisan kaligrafi. Tampak coretan tipis pensil yang mengganti nama Oma gue (yang udah meninggal tahun 2004 lalu) dengan nama Opa gue. Gue sedikit merinding. Udah lama gue nggak denger kabar dari Opa gue. Korespondensi terakhir yang kita lakuin adalah melalui email, itu pun lebih banyak cerita dari pihak gue, dan curhatan dari pihak Opa gue.Dan untuk sementara waktu, sosok Opa agak menghilang dari pikiran gue.

Pelan" gue baca surat itu, yang ternyata diketik dengan campuran bahasa Indonesia, Inggris dan Belanda. Beberapa kosakata yang nggak gue ngerti, akhirnya berusaha gue tebak sendiri. Dan tanpa gue sadar, setitik air dari mata gue tiba" menetes ke kertas itu. Gue bisa ngerasain betapa Opa gue sangat merindukan Oma gue, ketika dia merekomendasikan gue tempat" indah yang pernah mereka kunjungin bareng di Belanda, Belgia dan Jerman. Atau ketika dia mengingatkan gue sama darah Belanda yang masih ada dari pihak Oma, dan membandingkan kesamaan sifat gue dan Oma gue.

Dan terakhir, surat itu ditutup dengan beberapa kalimat bahasa Inggris, yang menyemangati gue untuk sukses dalam studi gue, untuk tetap semangat dalam menjalani hidup gue, dan untuk mencoba mengerti arti hidup : "You will understand life much better if you are able to manipulate your way of thinking, avoiding pain and frustration. And that's not thaught in ordinary schools throughout the world."

Suddenly, I feel much better. Bete gue langsung ilang, masalah gue nggak ada apa" nya. Gue masih punya sejuta hal yang bisa gue syukurin dalam hidup, dan salah satunya, datang dalam wujud sepucuk surat beramplop merah muda...

No comments:

Post a Comment