...means you have less time to pursue the rest of your dreams
...means you have more regrets, tears and disappointment in life
...means you start to worry about wrinkles, gaining weight and cellulite
...means you face more problems, including domestic problems, kids problems, relationship problems, etc
...means you miss your childhood days more and more...
But being 31...
...also means that you add more experience, golden moments, and valuable lessons into life
...and it also means that God has granted one more year into your life, a fine reason to celebrate!
And being 31 doesn't mean...
...that you have less energy to reach out for your dreams
...or that you won't be given any second chance in life
...or that it's too late to do anything interesting.
All in all, I'm so grateful being 31. And being who I am today =)
Thank you God for everything.
Friday, November 25, 2011
Friday, November 18, 2011
Reality Bites
Salah satu hal paling sulit dalam pekerjaan gue sekarang adalah mengakui kalau ada beberapa hal yang memang belum bisa diubah dari negara kita ini. Dan hal-hal itu, meski memang bisa terjadi di belahan dunia manapun, sayangnya justru terjadi di Indonesia...dan menimpa orang asing, yang kebetulan menjadi tanggung jawab gue selama mereka tinggal di Indonesia.
I'm talking about sexual harassment.
Miris banget waktu mendengar kalau salah seorang volunteer yang mengajar di Kupang, rumahnya dimasuki oleh seorang laki-laki (tetangga!!!)saat dia sedang mandi, untung saja refleks si cewek ini cukup cepat, dan dia sempat membanting pintu tepat di muka si laki-laki sinting (yang saat itu sudah buka celana!!!)
Belum hilang kekagetan, ada kasus lain lagi di Palembang. Kali ini, masih menimpa volunteer perempuan, yang diikuti oleh seorang laki-laki pengendara motor saat sedang berjalan menuju rumahnya, dan disentuh dengan tidak senonoh oleh makhluk menyedihkan itu.
Yang bikin tambah gemes adalah, ternyata tidak hanya sebagai "korban", tapi bule-bule ini juga merupakan sasaran empuk untuk dituduh menjadi "pelaku pelecehan seksual". Gilanya, peristiwa ini malah menimpa volunteer perempuan yang tiba-tiba dituduh oleh sekelompok anak pesantren di lingkungan rumahnya, kalau dia telah menggoda dan memprovokasi mereka dengan mengenakan bikini di depan anak-anak itu! Sinting banget. Apalagi setelah ditelusuri dan dilakukan sejumlah meeting dengan orang-orang yang terkait, ternyata anak-anak itu terbukti berbohong, entah karena iseng, atau sakit hati pernah ditolak? Who knows.
Kenapa ya, masih harus ada jenis orang seperti ini, yang mencoreng nama Indonesia di dunia luar? Bagaimana bangsa ini mau cerdas sih, kalau orang-orang yang ingin membantu mencerdaskan anak-anak kita malah diperlakukan seperti ini?
Well, it's true that this could happen anywhere in the world. Gue pernah diikuti oleh seorang laki-laki kulit hitam di Washington DC yang keukeuh ngajak gue pergi sama dia dan jadi pacarnya. Gue juga pernah dikerjain sekelompok anak laki-laki keturunan Maroko waktu gue tinggal di Belanda. Di negara semaju apapun, penduduk yang primitif itu memang masih ada.
Tapi alangkah gondoknya saat gue harus mengakui kalau Indonesia, yang penuh dengan orang-orang ramah, baik hati, berpikiran terbuka dan gemar menolong, ternyata masih harus dinodai oleh banyaknya orang sinting, kurang kerjaan dan nggak punya otak, yang menganggap perempuan (apalagi bule!) adalah sasaran empuk hawa nafsu mereka.
Oh well, maafkan posting penuh kemarahan ini ya. I still love this country. It's the crazy people that I can't stand.
I'm talking about sexual harassment.
Miris banget waktu mendengar kalau salah seorang volunteer yang mengajar di Kupang, rumahnya dimasuki oleh seorang laki-laki (tetangga!!!)saat dia sedang mandi, untung saja refleks si cewek ini cukup cepat, dan dia sempat membanting pintu tepat di muka si laki-laki sinting (yang saat itu sudah buka celana!!!)
Belum hilang kekagetan, ada kasus lain lagi di Palembang. Kali ini, masih menimpa volunteer perempuan, yang diikuti oleh seorang laki-laki pengendara motor saat sedang berjalan menuju rumahnya, dan disentuh dengan tidak senonoh oleh makhluk menyedihkan itu.
Yang bikin tambah gemes adalah, ternyata tidak hanya sebagai "korban", tapi bule-bule ini juga merupakan sasaran empuk untuk dituduh menjadi "pelaku pelecehan seksual". Gilanya, peristiwa ini malah menimpa volunteer perempuan yang tiba-tiba dituduh oleh sekelompok anak pesantren di lingkungan rumahnya, kalau dia telah menggoda dan memprovokasi mereka dengan mengenakan bikini di depan anak-anak itu! Sinting banget. Apalagi setelah ditelusuri dan dilakukan sejumlah meeting dengan orang-orang yang terkait, ternyata anak-anak itu terbukti berbohong, entah karena iseng, atau sakit hati pernah ditolak? Who knows.
Kenapa ya, masih harus ada jenis orang seperti ini, yang mencoreng nama Indonesia di dunia luar? Bagaimana bangsa ini mau cerdas sih, kalau orang-orang yang ingin membantu mencerdaskan anak-anak kita malah diperlakukan seperti ini?
Well, it's true that this could happen anywhere in the world. Gue pernah diikuti oleh seorang laki-laki kulit hitam di Washington DC yang keukeuh ngajak gue pergi sama dia dan jadi pacarnya. Gue juga pernah dikerjain sekelompok anak laki-laki keturunan Maroko waktu gue tinggal di Belanda. Di negara semaju apapun, penduduk yang primitif itu memang masih ada.
Tapi alangkah gondoknya saat gue harus mengakui kalau Indonesia, yang penuh dengan orang-orang ramah, baik hati, berpikiran terbuka dan gemar menolong, ternyata masih harus dinodai oleh banyaknya orang sinting, kurang kerjaan dan nggak punya otak, yang menganggap perempuan (apalagi bule!) adalah sasaran empuk hawa nafsu mereka.
Oh well, maafkan posting penuh kemarahan ini ya. I still love this country. It's the crazy people that I can't stand.
Subscribe to:
Posts (Atom)