A very dear friend of mine who is now living in the U.S. said to me once, "Hidup di Jakarta itu kualitasnya rendah banget ya. Macet, banjir, polusi... Kalaupun aku pulang ke Indonesia, aku nggak mau hidup di Jakarta".
And Jakartans, do you agree with that statement?
Sejujurnya, sedih bangeeet karena di awal 2013 ini berita yang menghampiri Jakarta memang nggak ada bagus-bagusnya. Terutama tentang banjir yang melanda ibukota dan bahkan menenggelamkan daerah-daerah utama seperti jalan Sudirman dan Thamrin. Tak terhitung banyaknya rumah yang terendam, harta benda yang hanyut, dan terutama, korban baik luka maupun meninggal. My very deep condolences for each and every victim.
Tapi, apa benar hidup di Jakarta juga segitu menderitanya? Segitu "berkualitas rendah-nya" sampai-sampai tidak layak untuk membesarkan anak?
Well, probably it is. Kalau denger cerita temen-temen gue yang harus nganter anak sekolah pagi-pagi, belum lagi terjebak macet berjam-jam bahkan sebelum keluar dari kompleks perumahan, kayaknya kok emang kasian sama anak-anak ini. Belum lagi soal polusi, tingkat kriminalitas tinggi, plus kalo ada bencana semacam banjir kemarin ini...Awww...am I sure that I'll raise my kid in this city?
Tapi...bagaimanapun, Jakarta juga menawarkan hal-hal lain. Buat gue yang mencintai kota besar, Jakarta memberikan berbagai pilihan dan kemudahan, mulai dari cafe 24 jam, mal besar yang menyediakan segala kebutuhan, bahkan tempat bermain anak indoor, yang meski belum bisa menggantikan outdoor playground, keberadaannya cukup mengobati hati.
Yang paling gue suka dari Jakarta adalah, this city teaches me how to become a survivor. Banjir dan nggak ada public transport? Ojek siap mengantar ke manapun. Macet nggak ada dua? Siapkan mental untuk menyusuri jalan tikus! Kekurangan tempat hang out yang memadai? Use your creativity, this city offers many hidden gems among its polluted areas.
Dan yang pasti, kota ini juga memaparkan realita hidup yang nggak selamanya seperti dongeng Disney yang happily ever after. Banyaknya penduduk yang masih hidup di bawah garis kemiskinan, yang membutuhkan bantuan sekecil apapun di tengah hutan beton ibukota yang menjulang dengan angkuhnya. Dan meski banyak orang yang bilang kalau Jakarta penuh dengan orang-orang yang nggak peduli, gosh, I'm glad what happened during the flood last week showed the opposites. People were helping each other, for heaven's sake.
Temen kantor gue, orang Amerika yang tinggal di rumah daerah Blora bersama beberapa expat lainnya, harus mengalami kebanjiran parah akibat jebolnya tanggul Latuharhary. And what a nice surprise when they found out the whole neighborhood helping them to move all the stuff. Begitu juga dengan seorang anak Amerika lain, yang harus berangkat ke airport mengejar pesawat di saat banjir parah minggu lalu. Di tengah rasa putus asa akibat susahnya mendapat taksi, adaaa saja supir taksi baik hati yang bersedia mengantarnya ke bandara, terlepas dari situasi jalanan yang sulit waktu itu.
There are angels everywhere in every corner of the Earth, and Jakarta is not an exception. I'm a survivor here, and I'll teach my kid to be the same. Maybe we won't live here forever, maybe I don't want to grow old in this city, but for now, I'm glad I can experience things that can make me feel alive, to see life from a different perspective, and the most important thing: to show my kid that you need to be strong to face the world, to be a survivor =)