Wednesday, January 29, 2014

Commitment

So... The first month in 2014 is almost over. How are your new year's resolutions doing? :)
The beginning of the year is the perfect time to reflect and set up a new goal. All failures that we had during last year should be forgotten, and let's start everything fresh in a new page.

That spirit usually lasts for.... hmmm I don't know, 1 week maybe? :D

I tried not to have too many impossible resolutions for the past few years, because I know that I didn't have that much commitment and consistency (based on my own experience haha). But I still had some "challenges" for myself every year. Small ones and I tried to find something that is measurable.

For example, every year I set a goal of the number of books I wanted to read during the year. Goodreads helps me a lot with this because they have specific challenge and reminder for this. At the beginning of the year, I always read like crazy, but about the middle of the year, my spirit started to sink, all books seemed boring, and sometimes I just couldn't find a relaxing time to read.

That also happens when I set a goal for doing more sports. I hit the gym three times a week, but after a few weeks, I skipped it every now and then. And after skipping gym for some time, all the strength and endurance I built previously were gone. I had to start from scratch, and it sucks.

There are two things that are important to reach your goals, resolutions, or whatever you call them: commitment and consistency.

Do it as if it's still the first week. Don't ever stop, whatever your goal is, you know you can reach it if you just keep doing it constantly. Why do you think people who have tried all kinds of diet could not reach the target weight they really wanted? Because they didn't do it consistently. They didn't make it their way of life. They tried and failed, or even worse, tried and succeeded for a little bit, and then got bored or even be satisfied just as it was.

I'm not good with commitment myself. But let's see if this year I could beat my own laziness. Let's see if I would still going to the gym next December, and if I could reach my goal to read 100 books until the end of the year. Let's prove that everyone has a sense of commitment. Even though it's been buried very very deep down inside for so many years.

Cheers!

Wednesday, January 01, 2014

2014

Another new year!

I actually wanted to write so many things as my last post for 2013. Recaps, reflections, reminiscence, but so little time!!!

So I promised myself that I will write more this year. I'm gonna bring back my old sparks in writing. And I'm gonna live my life to the fullest.

Bring it on, 2014 :)

Happy new year folks!

Pullman Hotel,January 1st, 2014.

Monday, November 25, 2013

33

I'm turning 33! Can't believe it that time flies really fast, especially this year. I still remember when I came to the office last year bringing the delicious cake from Secret Recipe, and visiting the Indonesian Book Fair buying lots of presents for myself :D

One of the most important decisions for me this year is to bring back the healthy lifestyle. After giving up sports during my 20s, I guess it's time for me to start doing it again. So I joined a gym in my apartment building and for the first time in my life, have a personal trainer :D

Of course I would love to lose some weights, which women in their 30s do not want to? :D But the most important thing is, I have lost so many beloved people - friends and family- for the past few years because of illnesses. Yes it's true that God knows when is the best time for us to leave this world, but that doesn't mean we don't need to live a healthy life.

I want to see my kid grows old, and I want to spend the rest of my life with my loves. And it doesn't matter if we choose running, or going to the gym, or lift heavy things, or certain kind of diet, as long as we are happy doing it, and keep on the main purpose of living a healthy life, it's all good :)

Cheers for another good year! :)

Jubilare, Bandung 23 Nov 2013

Friday, October 18, 2013

One Fine Day

Minggu lalu, tanggal 9 Oktober, Yofel ulang tahun ke-4. Bener-bener ya. time really flies! Kebetulan pas ulang tahun itu Yofel lagi libur mid term. Jadi, instead of ngerayain di sekolah, akhirnya gue memutuskan untuk cuti dan bawa Yofel ke... Dufan! :)

Masuk di dunia fantasi, dunia ajaib yang mempesona *nyanyi*

Sejujurnya, yang semangat ke Dufan bukan hanya Yofel, tapi gue juga! Hahaha...kayaknya udah lebih dari 10 tahun gue nggak menyambangi theme park ini... Padahal kemarin-kemarin ini udah sempet ke Universal Studios Singapore, Trans Studio Bandung, malahan ke Six Flags juga pas dulu di Belanda. Tapi Dufan? Malah ditelantarkan ;p

Jadi, hari Rabu itu, gue bertiga Yofel dan Ncus (Rayo nggak bisa ikut karena cutinya udah abis, hiks) menyambangi Dufan. Meski di websitenya ditulis Dufan buka jam 11 siang di weekdays, ternyata pas kita nyampe sana jam 10.30, gerbangnya udah dibuka kok. Tiket per orang (termasuk anak di atas 100 cm) IDR 150k. Not bad lah!

Kesan pertama pas masuk? Sepiiiii :D Inilah enaknya dateng di hari biasa. Nggak perlu ngantri sana-sini, tiketnya pun lebih murah 100 ribu dibanding weekend/hari libur. Memang sih ada beberapa rombongan (antara lain anak-anak SMA dari Bandung, terus ada juga rombongan karyawan Alfamart), tapi overall masih termasuk sepi dan bebas antri.

Saking sepinya, pas naik beberapa wahana, dan Yofel pingin ngulang sekali lagi, kita nggak perlu turun karena nggak ada antrian orang sama sekali :D Terus asiknya lagi, kita bisa minta petugasnya untuk nambah putaran.. Waktu naik Alap-alap (roller coaster mini) sama Yofel, petugasnya nambah putaran sampai 6 kali...Trus waktu gue naik Halilintar, yang biasanya cuman 1 putaran, dikasih 2 putaran dalam sekali naik. Seru bangettt!!!

Dufan sekarang tentu udah beda sama Dufan jaman baheula yang terakhir kali gue datengin. Banyak permainan baru seperti Tornado, Hysteria atau pertunjukan spesial efek Treasure Land yang lumayan keren ternyata. Tapi kangen juga sama beberapa wahana, kayak Balada Kera, yang udah nggak ada dan diganti sama pertunjukan yang lebih canggih. Perbedaan lainnya, sekarang hampir di semua wahana besar, disediakan studio foto tempat kita bisa mencetak foto-foto candid yang diambil otomatis pas kita lagi naik wahana. Tipsnya, jangan terlalu cepat puas dan langsung impulsif kepingin beli fotonya, apalagi kalau dateng di hari biasa yang sepi, karena kita bisa naik 1 wahana berulang-ulang dan memilih foto yang paling keren :) Lumayan soalnya harganya, IDR 35k per foto.

Jadiii, selama di sana, mainan apa yang sudah bisa dinaikin oleh Yofel?

1. Turangga-rangga, komidi putar yang klasik banget, khas Dufan karena merupakan wahana pertama yang kita lihat setelah masuk gerbang Dufan. Sebenernya wahana ini standar banget, dan kalo antriannya panjang gue juga mikir-mikir mau naik ini..Tapi karena sepi, hayuklah kita pemanasan naik kuda. Yang perlu diperhatiin, putarannya ternyata lumayan kencang kalo dibandingin dengan komidi putar di mall-mall, dan kudanya lumayan tinggi, tanpa pengaman. Jadi harus hati-hati kalau bawa anak kecil.

Pemanasan dulu!

2. Bianglala, ferris wheel raksasa yang seru karena bisa dipakai sebagai ajang lihat-lihat wahana lain dari atas, sambil merencanakan mau naik apa saja setelah ini. Kekurangan Dufan adalah signage yang masih kurang, peta yang sebenernya ada tapi nggak dibagikan kecuali dia minta, sehingga agak susah mengira-ngira rute dan arah menuju wahana yang mau kita naiki. Bianglala lumayan bisa menjangkau pemandangan Dufan yang luas.

3. Alap-alap, roller coaster mini untuk anak-anak dengan tinggi di atas 100 cm. Nggak nyangka, ternyata ini menjadi wahana favorit Yofel! Kita naik Alap-alap sampai 3 kali, dan yang terakhir sampai 6 putaran, dan Yofel masih mau lagi. Heuheuheuuuu he really has my genes!

Yofel's favorite ride :)


4. Gajah Bledug, satu lagi yang cocok buat anak-anak. Sebenernya mainan model begini udah banyak banget di playground mall, tapi main di tempat terbuka kayak gini masih tetep seru. Yofel naik sampe 2 kali :)

5. Poci-poci, semacam naik cangkir yang diputer-puter. Seru juga meski agak memusingkan. Kita naik 2 kali karena sepi banget nggak ada yang ngantri ;p Yang perlu diperhatiin, nggak ada pintu di wahana ini, bentuknya kayak cangkir tapi ada sisi yang terbuka, jadi anak-anak harus dipegang erat-erat, apalagi ternyata puterannya lumayan kenceng!

6. Burung tempur, sejenis Gajah Bledug tapi dengan wahana berbentuk burung tempur, bisa disetir ke kiri/kanan jadi kesannya lebih seru. Lagi-lagi kita naik 2 kali :)

7. Ubanga-banga, bom-bom car untuk anak-anak. Lagi-lagi, kalau antrian panjang, mendingan nggak usah naik ini karena sudah banyak di mall. Tapi karena waktu itu sepi, akhirnya Yofel naik juga sekali.

8. Rajawali Condor, mainan yang intinya kita naik ke wahana pesawat berbentuk rajawali dan diputer-puter sampai atas. Gue agak ngeri Yofel pusing tapi ternyata dia enjoy. Satu pesawat sebenarnya untuk 1 orang, tapi kalau untuk anak kecil lebih baik berdua dengan orang dewasa, takutnya pas lagi di atas dia berdiri karena memang nggak ada seatbeltnya.

9. Pontang-pontang, entah kenapa dulu gue taunya Pontang-panting :) Mainan seperti kursi yang dilempar ke sana-sini dengan kecepatan tinggi. Satu kursi bisa buat berdua, tapi hati-hati karena pengamannya nggak menutup rapat, jadi kalau anak kecil bisa merosot ke bawahnya.

Agak tegang di Pontang Pontang


10. Treasure Land, pertunjukan special effect yang masih termasuk baru. Di hari biasa, ada dua kali pertunjukan, jam 1500 dan 1700. Ceritanya seru, dengan spesial effect api, air dan cahaya yang keren juga. Pas buat anak-anak. Setelah selesai pertunjukan, bisa foto bareng dengan pemainnya :) Lama pertunjukan sekitar 45 menit.

11. Rumah Jahil: alias rumah kaca, Yofel seneng banget di sini karena baru pertama kalinya dia masuk ke wahana model begini. Waktu masuk kedua kalinya, Yofel coba cari jalan sendiri dan berhasil :)

Nyasar di Rumah Jahil


12. Rumah miring, ini wahana super old school karena dulu favorit gue pas masih kecil! Ajaibnya, interior rumah miring ini belum berubah. Yofel seneng banget disini dan emang buat anak kecil wahana ini termasuk seru :)

13. Bumper boat, semacam boat yang bisa ditabrak-tabrakin ala bom-bom car. Mainan ini kayaknya juga agak baru karena jaman dulu seinget gue nggak ada. Untuk naik ini, kita perlu bayar tambahan IDR 25k untuk satu boat.

Driving Bumper Boat


14. Perang Bintang, ini satu-satunya wahana yang pas masuk ke dalamnya Yofel sempet takut, karena lorong tempat ngantrinya gelap dan misterius. Apalagi pas kita di sana nggak ada orang! Tapi setelah naik ke keretanya, Yofel seneng kok. Mainannya kayak tembak-tembakan laser interaktif gitu, jadi kita dikasih target sambil jalan keretanya, terus berusaha nembak target-target itu. Tiap orang dapet satu tembakan.

15. Istana Boneka, of course ini wajib hukumnya. Meski sebenernya basi banget, keretanya pelan, dan boneka-bonekanya itu-itu aja dari jaman dulu, tapi wahana ini lumayan banget buat ngadem karena ber AC. Plus, Yofel bisa dikenalin sama berbagai tempat di dunia.

He's having fun :) at Istana Boneka


Selain itu, gue sendiri sempet naik Halilintar, Kora-Kora, dan Tornado (first experience nih), yang semuanya seru!!

Tapi ada juga kerugian dateng di hari biasa. Saking sepinya, kita nggak bisa naik wahana Piring Ombang Ambing (Yofel penasaran berat), karena minimal harus dinaiki oleh 8 orang untuk alasan keseimbangan. Dan setelah nunggu-nunggu hampir setengah jam, baru kekumpul 4 orang. Gagal deh :(

Menunggu Ombang-Ambing


Kerugian lain, kadang Dufan melakukan maintenance permainan dan wahananya yang paling populer di hari biasa, untuk mencegah kerusakan di saat hari libur. Waktu kita ke sana, wahana Hysteria lagi diperbaiki dan ditutup sepanjang hari. Sayang banget padahal gue penasaran pingin naik :)

Anyway, we had lots and lots of fun that day, and we hope we could be back again soon!

Happy birthday Yofel :)

Coming Soon - Ice Age :)



Friday, October 04, 2013

Singapore Philatelic Museum

Saat berkunjung ke Singapura bulan lalu untuk tugas kantor (of course! huhu), gue menginap di Peninsula Hotel, di dekat City Hall. Gue selalu bertekad, di setiap traveling yang berhubungan dengan kerjaan, gue harus menyempatkan diri untuk setidaknya mengunjungi satu tempat yang tidak ada hubungannya dengan pekerjaan :)

Gue langsung mengubek-ngubek peta Singapura sambil mengira-ngira kapan bisa kabur dari si bos (yap, traveling sama bos lebih menantang lagi karena harus tau banget kapan waktunya melipir). Akhirnya kesempatan itu datang saat ada jeda waktu di siang hari, sebelum kembali ada acara sore harinya. Dengan alasan mau cari oleh-oleh buat Yofel (yang memang beneran gue lakukan sih), akhirnya gue pun berhasil kabur.

Ada beberapa tempat menarik yang sebenarnya bisa dikunjungi di daerah hotel. Yang pertama dan paling menggiurkan buat gue adalah Bras Basah, kompleks penjualan second hand books yang harganya murah meriah. Tapi tentunya mampir ke sana nggak cukup hanya 2 jam saja, jadi dengan sangat terpaksa option ini pun harus dicoret. Pilihan lain adalah Mint Toy Museum, museum mainan yang kelihatannya menarik banget. Tapi berhubung jarak dengan hotel masih agak jauh dan kemungkinan menghabiskan waktu di perjalanan, pilihan ini juga dicoret. Maka tersisalah pilihan terakhir, yaitu Singapore Philatelic Museum, yang kalau melihat dari peta sih, sepertinya nggak jauh dari hotel.

Singapore Philatelic Museum


Ternyata setelah pusing mengira-ngira arah, gue baru sadar kalau museum ini letaknya persis di belakang hotel, bahkan kelihatan dari jendela kamar gue. Zzzzz.... Dasar tukang nyasar dan langganan disoriented nih!

Museum ini terletak di daerah yang memang masih dipadati oleh bangunan bergaya kolonial Inggris, terlihat juga dari tampak depan bangunan dengan bata merah dan atap putih yang khas jaman dulu. Banner dan poster warna-warni menambah keceriaan museum ini. Lebih tampak seperti sekolah anak TK daripada bangunan museum sebenarnya. Masuk ke dalam suasananya pun menyenangkan, cerah dan bersih. Meski bangunannya kuno, tidak ada kesan angker sama sekali. (Jadi inget beberapa museum di Jakarta yang agak menyeramkan suasananya, huhu)

Tiket masuknya hanya $6 saja untuk dewasa, dan gue langsung masuk ke ruangan depan, tempat berlangsungnya pameran kompetisi stamp collection antar sekolah di Singapura. Yang menang memang keren-keren banget koleksinya.

Stamp collecting competition
 Dari sana, gue berlanjut ke ruangan display. Museum filateli ini dibagi dalam 4 ruangan utama yang menempati lantai dasar dan lantai atas bangunan. Orange Room merupakan ruangan tempat kita diperkenalkan dengan asal mula prangko, Purple Room menjabarkan tentang langkah-langkah pembuatan prangko dalam detail yang menarik, Room of Rarities menyimpan koleksi prangko langka museum ini, dan Heritage Room menyinggung sejarah Singapura secara general.

Purple Room, warnanya eye catching banget!
 Selain itu, ada juga Children's Gallery yang sering menampilkan eksibisi khusus anak-anak. Waktu gue ke sana, eksibisinya adalah tentang permainan Ular Tangga (Snakes & Ladders) yang diselenggarakan dalam rangka merayakan tahun ular.

Snakes & Ladders - I wish Yofel was here!

Terakhir sebelum pulang, gue mampir ke souvenir shop (of course!!) untuk membeli beberapa postcard termasuk vintage Singapore. Gong-nya tentu saja ketika gue menemukan koleksi prangko dinosaurus yang dijual dengan harga $3. Uhuhuhu unyu banget! One day kalau Yofel udah gede, rencananya koleksi ini mau dihibahkan buat dia aja :)

Dino stamp

Overall Singapore Philatelic Museum sangat menarik untuk dikunjungi. Kesederhanaan konsepnya didukung oleh fasilitas yang keren, menarik, dan ramah untuk anak-anak, sehingga tema prangko yang bisa dibilang sudah ketinggalan jaman, masih bisa tetap dinikmati oleh anak-anak masa kini (yang lebih familiar mengirim email daripada postcard!) tanpa berkesan membosankan.

Dan untuk kesekian kalinya, tentu saja gue masih berharap Indonesia akan punya lebih banyak museum keren seperti ini lagi! Bisa kok! :)

Singapore Philatelic Museum
23 B Coleman Street, Singapore
www.spm.org.sg









Friday, August 30, 2013

98

...is the age of my grandpa when he passed away last week.

He's one of the oldest persons I've known, who had lived a rich, awesome life. He loved to read even when his eyes could not see really clearly anymore. He even still drove a car until he's 90 years old and the police rejected his request to extend the driver's license :)

He liked to write me long letters, the most memorable one was the one he sent me when I was living in Netherlands.

He's the only grandpa I've ever known, but incredibly we were not even blood related! He was my dad's stepfather, but since my other grandpa was gone before I was even born, I never knew other grandfathers.

He showed me how to reach my dreams, and even though we had some differences, I still loved to have a long discussion with him.

He was a great painter and loved to give his paintings to us, so we had something to remember him wherever we will live.

He was a good man, and we're going to miss him a lot.

Rest in peace, Opa Yo :)


Friday, July 19, 2013

Properti

Sama sekali bukan tulisan tentang investasi, karena gue sendiri pun bukan ahli investasi. Utang kartu kredit dan KTA belum lunas, reksadana juga baru mulai belum lama ini, dan tabungan juga ngos-ngosan terus tiap bulan...Jadi, mungkin tulisan ini hanya sekadar opini nggak penting dari gue yang sebenernya nggak ada hubungannya juga dengan tips-tips berinvestasi.

Melihat maraknya investasi properti akhir-akhir ini, sedikit menggelitik gue untuk nyinyir tentang fenomena tersebut. Terutama, karena gue sendiri pun belum mendapat kesempatan untuk mempunyai rumah sendiri, dan kebetulan, gue tinggal di apartemen, yang menjadi salah satu target investasi paling hits sekarang ini, terutama di kota besar seperti Jakarta.

Banyak unit di apartemen gue yang kosong (atau setidaknya disewakan harian instead of tahunan) karena tingginya harga sewa yang ditetapkan oleh si pemilik (atau dalam hal ini, melalui agen real estate yang sudah ditunjuk). Rata-rata tarif sewa tahunan ini memang tidak masuk akal, padahal kadang tidak diimbangi dengan fasilitas yang memuaskan (misalnya furnitur yang kondisinya sudah tidak layak, pipa air kamar mandi yang sudah bocor atau AC yang umurnya sudah uzur). Yang membuat kesal, tentu saja kenyataan bahwa semua orang butuh tempat tinggal, dan betapa sulitnya mencari tempat tinggal di Jakarta, yang lokasinya tidak terlalu jauh dari mana-mana.

Sementara para pemilik properti ini sepertinya tidak peduli dengan kesulitan yang dialami para calon penyewa, karena yang penting uang mengalir masuk dan investasi jalan terus. Belum lagi para investor yang sengaja membeli lebih dari satu unit apartemen untuk disewa-sewakan. Pemiliknya sendiri sudah punya tempat tinggal lain entah dimana, dan tentunya nggak begitu peduli dengan kebutuhan calon penyewa- selama apartemen/rumah mereka laku disewakan. Yang bikin bete adalah kalau unit-unit tersebut tetap kosong, harga yang ditawarkan tidak mau diturunkan, dan baik pemilik maupun penyewa sama-sama gigit jari. Dan semuanya hanya karena satu alasan: greed!

Menurut gue, properti adalah bentuk investasi yang paling egois. Bukan saja karena menyangkut kebutuhan dasar orang banyak, tapi karena niatnya biasanya sudah salah dari awal: mencari keuntungan dari kesulitan orang lain. Rumusnya sederhana: cari rumah/tempat tinggal susah, tawarin aja apartemen/rumah untuk disewakan, pasang harga setinggi mungkin karena toh semua orang pasti butuh tempat tinggal, jadi akan ada yang menyewa pada akhirnya.


Oh ya, satu lagi alasan kenapa gue nggak mendukung investasi properti: terkadang, pemilik rela saja rumah/apartemennya kosong, karena sedang mencari satu waktu di mana harga properti semakin menanjak dan kebutuhan semakin meningkat, sehingga di saat yang tepat, boom, ia tinggal menjual propertinya dan mendapat keuntungan berlipat ganda. Tapi....selama rumah/apartemen itu kosong, sebenarnya tanpa sadar ia sudah menyia-nyiakan space yang semakin sempit di kota besar seperti Jakarta ini. Bayangkan ada berapa ribu rumah/apartemen yang tersia-siakan selama dikosongkan seperti itu, yang mungkin jadi salah satu penyebab semakin banyaknya orang yang terpaksa commute- mencari rumah sejauh mungkin dari pusat kota, menambah kemacetan Jakarta, dan lain sebagainya yang dampaknya tak berujung.

Ini belum beranjak ke investor yang lebih canggih semacam gedung perkantoran, hotel dan mall ya. Malas rasanya membahas tentang mereka.

Mungkin, masih ada orang-orang yang berinvestasi di bidang properti dengan penuh etika dan niat baik. Harga reasonable, menyediakan tempat tinggal affordable buat mahasiswa misalnya dengan kos-kosan, and that's great! Yang pasti, jangan sampai kata-kata "investasi" membutakan kita dan membuat kita lupa akan keberadaan yang lebih penting di sekitar kita.

Ps: dan gue harap, seandainya gue sudah punya rumah/tempat tinggal milik sendiri pun, gue masih akan berpikiran sama seperti ini. We'll see :)

Friday, June 28, 2013

10 years

It's been exactly 10 years since the first time I wrote in this blog. Sometimes I felt like abandoning it, but I've never had the heart to really leave it.

So many things had happened for the past ten years. I had fallen in love and losing it, trying to understand what love is all about, and let go what I thought was my future. I almost gave up on love and relationship, and sometimes I still feel the same, despite everything I've experienced. But I decided to try anyway, for the last time, and I'm grateful that I'm still working on it until this day. (Plus I got the big bonus, something that I've never thought that I would ever do in life).

My life always felt like a roller coaster, I circled the world trying to find out what I'm looking for. And to be honest, I still don't know what am I going to do for the rest of my life.

This past 10 years, I'm basically still the same girl, who loves Leonardo Dicaprio, a huge fan of Inzaghi and Azzurri, and sometimes I felt that time flies too fast.

But I promise myself that I will never give up to look for the meaning of my life. Whatever happens. Wherever I will be. I hope I still have the courage to write down all my thoughts, my passion, my love and my regrets. And thank you for being with me for the past 10 years, readers (whoever you are). I hope you will bear with me for the next coming years :)

Cheers!

Thursday, June 13, 2013

Old

Masih menyambung postingan terakhir yang menyangkut umur dan pekerjaan.

Jadi ya, penuaan mulai terasa saat di kantor semua orang memanggilmu Mbak/Ibu (atau Mas/Pak untuk yang cowok). Gue masih inget waktu gue kerja pertama kalinya, hampir 10 tahun yang lalu, gue selalu sungkan kalau mau manggil ke sesama rekan kerja, biarpun umurnya cuman beda dikit sama gue, pasti tetep gue panggil Mbak atau Mas.

Dan ternyataaa...sekarang, kejadianlah gue yang dipanggil Mbak sama sebagian besar anak-anak kantor, yang usianya memang masih di bawah gue :D

Penuaan juga sangat terasa saat kamu melihat iklan lowongan kerja yang menyatakan kalau salah satu persyaratannya adalah "berumur maksimal sekian sekian tahun terhitung tanggal sekian sekian". Kalau dulu waktu masih mudaan, ngelamar kerja itu lebih ngeliat persyaratan semacam pengalaman, latar belakang pendidikan, dan sejenisnya. Nggak pernah deh kepikir udah ketuaan untuk melamar suatu pekerjaan. Yang ada malah takutnya kurang dalam hal pengalaman. Nah, giliran sekarang pengalaman sudah seabrek, kualifikasi pendidikan lumayan tinggi...ehhhh ternyata...si umur ini yang suka jadi ganjelannya. Ini terutama berlaku untuk orang-orang di posisi middle management ya, yang belum layak apply posisi direktur misalnya, tapi pengalamannya sebenernya udah lumayan oke.

Yang gue berasa banget adalah waktu ngeliat vacancy UN Young Professional Program. Dari dulu ngebeeet banget pengen coba ikutan, tapi entah kenapa momennya selalu kelewatan. Kali ini, giliran gue ngeliat lowongan UN YPP itu di Kompas gede banget kemaren ini, ehhh....syaratnya donk: maksimal 32 tahun terhitung 31 Des 2013. Huhuhuhu pengen nangis daraaaah!!!! Bahkan di bagian FAQ yang ada di websitenya, soal umur ini juga dibahas. Karena sering banget orang-orang nanyain: gimana kalo saya usia 33 di tanggal 1 Desember? Boleh tetep ikutan apply gak? Dan jawabannya teges banget. Even beda sehari pun udah dianggap nggak memenuhi persyaratan. Hikshiks!!!

Terkadang gue jadi suka menyesali betapa banyaknya gue membuang waktu di usia 20-an. If only I knew, so many opportunities, so many chances... Yang mungkin nggak akan keulang lagi di masa depan. Oh well. Hadapilah kenyataan. It's time to move on.

Buat yang tertarik dan masih berusia maksimal 32 tahun sampai akhir tahun ini, monggo cek link ini. Ntar nyesel kayak gue lho!

Tuesday, June 11, 2013

Generasi Tanggung

Kemarin ini gue sempet ngobrol sama beberapa temen kantor yang usianya 20-an akhir atau 30-an awal. Dan menurut kita, generasi yang lahir di akhir dekade 70-an atau awal dekade 80-an adalah generasi yang tanggung. Betul, kita pernah mengalami kebahagiaan luar biasa dalam wujud permainan tradisional semacam mancing belut, galah asin, benteng-bentengan (alias rebonan kalo di Bandung), loncat karet, bekel, congklak dan sejenisnya. Kita juga menjadi saksi hidup dari lahirnya sebuah era baru bernama internet. Masih inget banget seru-seruannya bikin alamat email sendiri, chatting di mIRC sampe nungguin internet dial up di rumah nyambung (dengan bunyi-bunyian yang khas).

Kita adalah generasi yang merasakan dua era yang berbeda, dan dua-duanya sama menakjubkannya. antara Atari dan Play Station, antara Tetris dan PSP, antara video Betamax dan DVD. Dan menurut gue betapa beruntungnya kita yang termasuk dalam generasi gantung ini. Kecuali dalam satu hal: bahasa.

Yep, nyeseeeel banget dulu nggak lebih niat belajar berbagai bahasa. Bahkan bahasa Inggris pun termasuk so-so lah. Bisa sih, nulis/ngomong/baca, tapi nggak yang fluent banget seperti kebanyakan anak sekolah jaman sekarang, yang sejak TK pun sudah cas-cis-cus bahasa Inggris/Mandarin/dll.

Yang lebih parah adalah, rata-rata kita masih mempunyai sekitar 20 tahun-an lagi untuk berkarier. Yang artinya, kita harus bersaing dengan generasi di bawah kita. Sebenarnya, setiap generasi akan mengalami hal yang sama: atasan bersaing dengan bawahannya yang biasanya lebih enerjik, lebih cerdas dan lebih banyak tahu. Hanya saja, di generasi-generasi sebelumnya, gap yang terjadi tidak terlalu besar.

Misalnya saja, gue mungkin memang lebih tahu tentang perkembangan teknologi terbaru dibanding bos gue, tapi pengetahuan gue nggak banyak-banyak banget. Jauh bedanya dengan pengetahuan teknologi yang diketahui oleh generasi keponakan/sepupu gue misalnya, yang mengedit foto lewat adobe saja sudah merupakan keahlian yang wajar. Begitu juga dengan bahasa. Bahasa Inggris generasi gue mungkin sedikit lebih baik dibandingkan dengan generasi nyokap, tapi yang jelas, gap nya nggak sebesar generasi gue dengan generasi para ponakan gue, yang rata-rata sudah berbahasa Inggris dari TK atau SD.

Nah.... sebagai generasi tanggung, banyak banget emang yang harus dikejar. Perkembangan dunia selama dua dekade terakhir ini edan banget soalnya, dibandingkan dengan dekade 50-70an. Seperti meloncati beberapa generasi sekaligus. Dari mulai internet, smartphone, sains dan teknologi... rata-rata apa yang dikhayalkan di film sci-fi jaman dulu, pasti sudah ada dalam kehidupan nyata.

Yang pasti, belajar dari kelakuan para bos yang pernah kerja sama gue, satu hal yang gue harap bisa gue lakukan adalah terbuka pada perubahan. Nggak usah malu-malu deh minta diajarin program baru sama bawahan. Dan nggak ada kata terlambat juga buat belajar, apapun bentuknya. Formal? Non-formal? Yang penting jangan menutup diri, jangan malu mengakui kekurangan kita. Toh, bukan salah kita kan, dilahirkan sebagai generasi tanggung? Lagipula, mungkin anak-anak jaman sekarang bahkan nggak tahu apa itu congklak! :)