Berada di usia akhir duapuluhan adalah pengalaman yang sangat memusingkan. Di satu sisi, masih ada sisa-sisa idealisme dan kengototan dari masa lalu yang rasanya sayang untuk ditinggalkan. Tapi, di sisi lain, energi untuk terus memperjuangkan mimpi-mimpi itu semakin lama semakin berkurang, digantikan oleh semakin dekatnya realitas serta tuntutan sekitar yang sepertinya bertambah berat.
Apalagi kalau bertemu dengan teman-teman seumur yang kadang sudah berada pada tingkat pencapaian yang cukup tinggi, sementara kita sendiri masih dibingungkan dengan apa tujuan hidup kita, loncat dari satu pekerjaan ke pekerjaan lainnya, berusaha mencicipi sebanyak mungkin bumbu kehidupan, dengan konsekuensi tidak ada jabatan khusus yang bisa dibanggakan dari pekerjaan kita, gaji yang yah..gitu-gitu aja, tabungan yang selalu menipis, bahkan belum ada rencana-rencana jangka panjang termasuk investasi dalam bentuk apapun. Menyedihkan sebenarnya.
Dan kita mulai berharap supaya orang-orang nggak terus bertanya-tanya tentang rencana kita ke depan, kapan menikah, kapan mau mencari pekerjaan yang benar-benar menjanjikan, atau, kalau memang sudah menikah dan berkeluarga, kapan punya anak, di mana akan tinggal, dan lain sebagainya.
Dan di samping segala keluhan tentang berada di usia akhir duapuluhan ini, sebersit ketakutan tetap ada, dalam menghadapi "kotak umur" selanjutnya..awal tigapuluhan. Sambil bertanya-tanya, apakah ini masih layak disebut quarter life crisis, biarpun sebenarnya rentang seperempat kehidupan itu sudah semakin berada di titik ujung...
No comments:
Post a Comment