Setelah melewati perjalanan panjang, dimulai dengan kebaktian pengucapan syukur di Den Haag bareng sama Hellena dan Michael, acara wisudaan di sekolah yang sempet bikin kaget karena ternyata nyantai banget (pada pake celana jins dan kaos, sementara gue keukeuh dengan kebaya gue, haha, untung nggak sanggulan segala), traveling bareng nyokap seputaran barcelona, montseraat, brussel, bruge, ghent, amsterdam dan singapore (flonaaa...maap yaaa ga sempet ketemu, cuman bentar banget di spore nya, hectic pisan...next time harus ketemuan yaaa)...
Finally, I'm home...=) Back to Bandung.
Dan lumayan terkaget-kaget juga, karena rasanya gue baruuu aja kemaren pergi, semuanya tampak sangat familiar, tapi sekaligus juga asing. Tempat tidur di kamar gue udah jadi super besar, ruangan atas udah merangkap jadi studio arsiteknya adek gue yang sangat berantakan, anjing" gue keliatan tambah gede dan gondrong...Everything seems so different...but also familiar at the same time.
Dan gue masih harus terus mengingatkan diri gue sendiri untuk bilang "terima kasih" instead of "dank je wel", jalan di jalur kiri dan bukan di jalur kanan, STOP mengkurs segala sesuatu, karna toh semua barang dijual dengan harga Rupiah instead of Euro, bisa menikmati film di TV dengan baca teks berbahasa Indonesia (bukan bahasa belanda yang ngejelimet), dan cium pipi orang cukup dua kali, bukan tiga kali!!
Anyway...mau mulai merancang jajanan dan tempat" yang harus dikunjungi dulu, ya...=)
Friday, September 29, 2006
Tuesday, September 12, 2006
Scribble
...and i looked around my room. my tiny little room. with all the posters gone off the walls. and instead of the books and messy papers that usually covering the floor, there lying my huge suitcase, open.
and i remembered. all the nights i spent here. sometimes accompanied with homesick songs. or broken heart tears. or brain that felt like exploding because of all the deadline assignments.
and i sigh.
this year, i learnt a lot. not only about theories, putting my thoughts into the papers, or dealing with the teachers. but most of all, about living far from familiarity. about love. and friendship. about struggling and surviving. about experiencing every details. about being thankful. about living life to its fullest.
and here i am, in my little room, trying to put my one-year life into one big suitcase, one travelling bag, four card boxes, and a very graceful heart. ready to end an era.
and once again, preparing for the new one.
and i remembered. all the nights i spent here. sometimes accompanied with homesick songs. or broken heart tears. or brain that felt like exploding because of all the deadline assignments.
and i sigh.
this year, i learnt a lot. not only about theories, putting my thoughts into the papers, or dealing with the teachers. but most of all, about living far from familiarity. about love. and friendship. about struggling and surviving. about experiencing every details. about being thankful. about living life to its fullest.
and here i am, in my little room, trying to put my one-year life into one big suitcase, one travelling bag, four card boxes, and a very graceful heart. ready to end an era.
and once again, preparing for the new one.
Saturday, September 09, 2006
Things I'm Gonna Miss
Berhubung udah deket dengan waktu kepulangan ke tanah air, sepertinya emang wajar aja kalo belakangan gue jadi sedikit mellow dan penuh nostalgia menyangkut negara mungil eks penjajah Indonesia ini, tempat gue tinggal selama setahun terakhir.
Dan kalau dipikir-pikir, banyak juga loh yang sepertinya bakal gue kangenin dari kehidupan gue selama di sini. Pergi keliling kota hanya bermodalkan sepeda cupu, tanpa harus takut disaingi knalpot metromini atau terperosok ke lubang-lubang di jalanan. Menikmati suasana kota Den Haag yang sejak jam 6 sore udah mulai sepi. Mengagumi gedung-gedung tua yang arsitekturnya bakal bikin nyokap atau ade gue (yang sama-sama terjun di dunia arsitek) terkesiap. Duduk di salah satu bangku Plein Centrum atau tepi sungai Buitenhof sambil baca buku. Bahagia setiap hari Kamis karena itulah satu-satunya hari di mana toko-toko buka sampe jam 9 malem.
Menyerbu KFC dengan nasi dan sambal tiap hari Senin malam (waktunya ayam-ayam KFC jadi super murah!). Menahan kantuk sampai jam 2 pagi karena ruang depan rumah dipake tempat nongkrong anak-anak. Sesi curhat bersama Hellena, temen serumah gue, tentang segala hal aneh dan weirdo people yang kita temuin selama hidup di sini. Chatting semaleman dan nyalain internet seharian tanpa takut ada yang protes karena tarif telepon membengkak. Download lagu kurang dari 1 menit dengan koneksi internet yang luar biasa cepat.
Baileys, Heineken, Sherry kebanggaan Regi, dan segala jenis minuman yang dengan gampang dan murahnya bisa didapet di sini. Nonton Sneak Preview setiap Selasa malam bareng Christian. Merencanakan jalan-jalan keliling Belanda dan mencari tiket-tiket murah untuk kunjungan ke negara lain. Pesta-pesta ulang tahun temen sekelas dari berbagai negara, having a drink after a whole crazy day in class. Menanti gugurnya daun kuning, turunnya salju putih, harumnya kuncup bunga yang mulai bermunculan, terbenamnya matahari musim panas yang bertahan lama di ufuk langit.
Teman-teman dalam senang dan sedih. Gelak tawa dan air mata.
And the most important thing, a truly memorable and precious lifetime experience.
Tuesday, September 05, 2006
Rencana, dan Impian
Semenjak berasa lega karna beban" sekolah yang udah berakhir, gue jadi punya banyak waktu luang buat merenung". Hmm..sebenernya, selama ini gue juga banyak merenung sih (baca: melamun), tapi karna masih kebayang" thesis dan kawan"nya, merenungnya jadi kurang maksimal.
Dan topik perenungan paling utama, tentu aja pertanyaan klise: Mau ngapain gue abis ini?
Dari beberapa perbincangan dan e-mail dengan temen" wartawan, sebagian besar menyarankan gue untuk nggak kembali ke dunia pewartawanan. Kenapa? Karna menurut mereka, profesi itu sangat mubazir buat seorang lulusan Master (cieee) seperti gue, setidaknya dari segi gaji, dan mungkin, jenjang karir.
Seorang temen ex wartawan TV yang lagi menuntut ilmu di Inggris malah bilang, "Itu nista banget kali, buat seorang lulusan Master Belanda kaya elo". Waduh...masa sih segitunya?
Jujur, gue emang masih membuka opsi buat melakukan hal" lain di luar dunia jurnalistik. Alasannya, biar lebih buka peluang aja, dan siapa tau, gue menemukan sesuatu yang lebih gue suka. Tapi, hari ini, perasaan gue terusik lagi.
Bermula dari ajakan seorang temen gue, Pamela, yang bekerja di pemerintahan Taiwan dan lagi melakukan riset di Belanda, untuk menghadiri salah satu hearing di International Criminal Court yang ada di kota Den Haag. Gue pikir, okelah, paling nggak gue bisa ngeliat yang namanya hearing di pengadilan internasional itu seperti apa.
Ternyata, hmm..keren, keren. Meskipun nggak terlalu mudeng sama kasus yang lagi dibahas (menyangkut situasi di negara Kongo), tapi gue langsung terkesan gitu pas masuk ke ruang buat visitors, yang dibatasin sama kaca bening dengan ruang sidang. Di deretan depan, ada bangku khusus untuk Pers, yang dipenuhi sama cowok" dan cewek" berpenampilan modis, yang pada lagi sibuk nyatet".
Untuk ngedengerin hearing itu, kita dikasi semacam audio tool gitu, lengkap dengan earphone nya, karena hearingnya dilakuin dalam dua bahasa, Inggris dan Perancis, jadi ada interpreternya gitu. Dan begitu ngikutin jalannya hearing, tanpa sadar gue malah bikin" angle berita, sambil mikir mana yang bakal gue pake seandainya gue disuruh naikin beritanya.
Dan saat itulah...ohh...gue baru menyadari kalo gue sangat kangen sama yang namanya liputan! Masa" nongkrong berjam" di DPR dengerin anggota komisi 1 ngoceh" nggak karuan, contek" an lead berita, laporan di pojokan, colongan ngabur makan siang...Bedanya sama di ICC ini, wartawan DPR sih cuek banget ngampar" di ruang sidang kalo emang kursinya udah kepenuhan, dan curi" makanan kotak punya anggota dewan. Hehehe...
Hummm...jadi, kembali ke dilema gue...Balik ke dunia peliputan? Atau mencoba peruntungan di tempat lain? Seberapa pentingnya sih gaji buat gue? Duh...hidup emang selalu dipenuhi pilihan sulit.
*Mungkin, gue bakal kembali ke impian semula aja, punya peternakan anjing. Senangnya...=)*
Dan topik perenungan paling utama, tentu aja pertanyaan klise: Mau ngapain gue abis ini?
Dari beberapa perbincangan dan e-mail dengan temen" wartawan, sebagian besar menyarankan gue untuk nggak kembali ke dunia pewartawanan. Kenapa? Karna menurut mereka, profesi itu sangat mubazir buat seorang lulusan Master (cieee) seperti gue, setidaknya dari segi gaji, dan mungkin, jenjang karir.
Seorang temen ex wartawan TV yang lagi menuntut ilmu di Inggris malah bilang, "Itu nista banget kali, buat seorang lulusan Master Belanda kaya elo". Waduh...masa sih segitunya?
Jujur, gue emang masih membuka opsi buat melakukan hal" lain di luar dunia jurnalistik. Alasannya, biar lebih buka peluang aja, dan siapa tau, gue menemukan sesuatu yang lebih gue suka. Tapi, hari ini, perasaan gue terusik lagi.
Bermula dari ajakan seorang temen gue, Pamela, yang bekerja di pemerintahan Taiwan dan lagi melakukan riset di Belanda, untuk menghadiri salah satu hearing di International Criminal Court yang ada di kota Den Haag. Gue pikir, okelah, paling nggak gue bisa ngeliat yang namanya hearing di pengadilan internasional itu seperti apa.
Ternyata, hmm..keren, keren. Meskipun nggak terlalu mudeng sama kasus yang lagi dibahas (menyangkut situasi di negara Kongo), tapi gue langsung terkesan gitu pas masuk ke ruang buat visitors, yang dibatasin sama kaca bening dengan ruang sidang. Di deretan depan, ada bangku khusus untuk Pers, yang dipenuhi sama cowok" dan cewek" berpenampilan modis, yang pada lagi sibuk nyatet".
Untuk ngedengerin hearing itu, kita dikasi semacam audio tool gitu, lengkap dengan earphone nya, karena hearingnya dilakuin dalam dua bahasa, Inggris dan Perancis, jadi ada interpreternya gitu. Dan begitu ngikutin jalannya hearing, tanpa sadar gue malah bikin" angle berita, sambil mikir mana yang bakal gue pake seandainya gue disuruh naikin beritanya.
Dan saat itulah...ohh...gue baru menyadari kalo gue sangat kangen sama yang namanya liputan! Masa" nongkrong berjam" di DPR dengerin anggota komisi 1 ngoceh" nggak karuan, contek" an lead berita, laporan di pojokan, colongan ngabur makan siang...Bedanya sama di ICC ini, wartawan DPR sih cuek banget ngampar" di ruang sidang kalo emang kursinya udah kepenuhan, dan curi" makanan kotak punya anggota dewan. Hehehe...
Hummm...jadi, kembali ke dilema gue...Balik ke dunia peliputan? Atau mencoba peruntungan di tempat lain? Seberapa pentingnya sih gaji buat gue? Duh...hidup emang selalu dipenuhi pilihan sulit.
*Mungkin, gue bakal kembali ke impian semula aja, punya peternakan anjing. Senangnya...=)*
Friday, September 01, 2006
Nuhuunnn...
Makasih banget buat semua yang udah support, udah ngedoain, udah ngirim sms, udah telfon bangunin gue malem", udah ngasi komen" penghiburan dan penyemangat di posting sebelumnya...=)
Akhirnya akuw lulus jugaaa....Terbebas dari sistem pendidikan aneh di Belanda, dari dosen" yang suka nggak jelas maunya apa, dari tugas" menumpuk dan thesis yang super duper menyebalkan...
I'm gonna miss all those things...(NEAAAHHHH!!!)
Bandung, here I come!
Akhirnya akuw lulus jugaaa....Terbebas dari sistem pendidikan aneh di Belanda, dari dosen" yang suka nggak jelas maunya apa, dari tugas" menumpuk dan thesis yang super duper menyebalkan...
I'm gonna miss all those things...(NEAAAHHHH!!!)
Bandung, here I come!
Subscribe to:
Posts (Atom)