Kalau menilik jalan hidup gue, kadang gue suka pusing sendiri... Kok bisa ya end up di pekerjaan yang sekarang, menjadi orang yang seperti sekarang, dan punya passion seperti sekarang? Karena sebetulnya apa yang gue lakukan saat ini sama sekali nggak ada hubungannya dengan yang gue pelajari saat SMA dan kuliah dulu. Bahkan kemarin, waktu chat di Whastapp sama sahabat gue sejak SMA yang sekarang tinggal di Middle East, kita sempat membahas betapa nggak bergunanya ilmu fisika dan kimia yang dulu mati-matian kita pelajari supaya bisa masuk jurusan IPA :)
Jujur, dulu gue masuk IPA karena semua keluarga gue berlatar belakang teknik, mulai dari nyokap yang dosen arsitektur, bokap yang kontraktor sipil, dan abang gue yang kuliah Teknik Industri. Begitupun saat gue lulus SMA dan masuk kuliah, pemikiran "sayang kan, udah masuk IPA" yang mendorong gue untuk memilih Teknik Industri. Ahhh...what do you expect from a 18 year old kid? I didn't even know what I want for lunch back then - let alone what my future would hold.
Anyway, masa-masa kuliah mungkin menjadi masa-masa yang paling menentukan buat gue karena di sanalah gue menyadari kalau dunia teknik bukan untuk gue. And voila, gue langsung terjun ke dunia jurnalistik, tanpa punya background sedikitpun tentang dunia media. Lanjut kuliah lagi di bidang komunikasi, sampai akhirnya nyasar-nyasar ke dunia pendidikan saat ini. And thankfully I love what I do. Tapi gue nggak menyesal sepenuhnya lho masuk jurusan Teknik. Karena setelah digembleng dengan angka dan logika selama 4 tahun lebih membuat gue lebih mudah berpikir secara sistematis dan logis. Dan itu perlu banget di kerjaan yang berhubungan dengan orang-orang seperti yang gue lakukan sekarang.
Anyway, sebenarnya yang mau gue bahas di sini bukan tentang hidup gue sih (zzzz). Justru gue mau menilik di mana sih temen-temen gue semasa kuliah di Teknik dulu? Apa emang semuanya jadi insinyur teladan ala-ala si Doel? Atau meninggalkan dunia teknik sejauh mungkin seperti yang gue lakukan?
Salah seorang teman main gue dulu, yang sama-sama malesnya ngerjain tugas kuliah berbau teknik, sekarang ada yang sudah jadi produser di sebuah stasiun TV swasta, menggawangi acara talkshow yang cukup beken di tanah air. Yang lucu, temen gue ini memang dari dulu seneng terlibat dalam kepanitiaan, kita malah pernah bareng jadi pengurus himpunan, dan dia selalu kebagian memegang divisi yang butuh kreativitas.
Ada lagi temen gue yang dulu pernah bareng nge-side job jadi wedding singer, akhirnya menekuni dunia ini dengan serius bersama suaminya (yang juga alumni jurusan TI). Setiap weekend sepertinya acara mereka full dengan job-job di kawinan berbagai kota. Way to go guys!
Sebaliknya, ada juga salah seorang teman gue yang lumayan deket, yang dari kuliah selaluuuu aja mengungkapkan ide-idenya yang idealis. Waktu gue memutuskan terjun jadi jurnalis selulus kuliah, dia salah satu suporter setia gue, dan selalu bilang kalau "Gue sirik banget sama loe, jadi jurnalis itu salah satu cita-cita gue dari dulu". And I was like "Ok, so why didn't you do it?" Dan dia jawab, one day. Tapi ternyata sampai hari ini, dia malah terdampar di salah satu perusahaan minyak asing, dan sepertinya betah banget di sana :)
Banyak juga temen-temen kuliah dulu yang akhirnya membuka butik atau online shop, ada yang jadi guru bahkan kepala sekolah di sebuah SD Nasional Plus, ada juga yang akhirnya menetap di luar negeri karena "ikut suami". Tapi ternyata banyak juga yang masih tetap setia dengan ilmu-ilmu tekniknya. Bekerja di pabrik mobil, perusahaan konsultan, industri rokok atau kelapa sawit, juga meniti karier di bank. Dan memang, dulu banyak yang bilang kalau Teknik Industri itu ilmu "banci" - dibilang full teknik juga engga, karena kita banyak belajar ilmu manajemen dan keuangan. Tapi dibilang pure management juga nggak, karena kita cuma tau lapis luarnya doang.
Tapi gue rasa apapun jalan hidup yang ditempuh gue dan temen-temen gue itu, sedikit banyak masa-masa menuntut ilmu di Teknik Industri cukup membantu pembentukan masa depan kita. At least, selain dari mata kuliahnya, juga pergaulan dan kegiatan di luar ruang kelas. Buat gue pribadi, masa-masa aktif di himpunan, jadi panitia ini itu, nulis di buletin kampus, atau jadi asisten praktikum di lab, semuanya punya peranan tersendiri sampai gue akhirnya berjalan di jalur yang sekarang ini.
Tapi-tapi kalo ditanya, misalnya boleh ngulang lagi kuliah S1, masih mau nggak masuk TI? Jawabannya positif: enggak! Hihihi...Kemungkinan gue akan mengambil Media Studies, atau Sastra Inggris, atau International Relations/International Education. But probably I won't be satisfied either! Emang nothing's perfect sih ya, termasuk arranging for your future :)
Astrid, makasih ya udah nyasar ke blog gue dan meninggalkan jejak :D Gajadi nanya deh sekarang kerja di bidang apa. Udah dijelasin semua disini :P Kayaknya kita agak serupa. Alias super gak nyambung dari SMA sampe kerja hehehe :D
ReplyDelete@nana: halo naaa..thanks juga udah mampir yaaa..toss dari sesama orang nyasar hahaha, yang penting enjoy ya!
ReplyDeletetid..benerrrr bangeddd ilmu TI kagak berguna sama sekali nehhh...mungkin yg nyangkut di otak cuma memory ttg Matrix, Kemah, Ngospek, Praktikum, Ulang tahun angkatan, Bu Cicih, n temen2 yg Te-o-pe :)
ReplyDeleteahahaha benerrrr bu cicih is the best yaaa
Delete